Paris Saint-Germain masih belum bisa melepas kutukan pada babak 16 besar Liga Champions Eropa. Kekalahan atas Borussia Dortmund pada laga pertama, Rabu (19/2/2020) dini hari WIB, membuat PSG harus berjuang keras.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
DORTMUND, RABU — Selama dua musim beruntun terganjal pada babak 16 besar Liga Champions Eropa membuat Paris Saint-Germain gagal menunjukkan penampilan terbaik pada laga pertama melawan Borussia Dortmund di Stadion BVB, Jerman, Rabu (19/2/2020) dini hari WIB. Rasa takut membuat agresivitas permainan ”Les Parisiens” sia-sia.
Untuk memberikan hasil yang lebih baik dari dua musim sebelumnya, Pelatih PSG Thomas Tuchel memaksakan bintang Brasil, Neymar, bermain sejak menit awal. Meskipun belum fit 100 persen karena menderita cedera tulang rusuk, awal Februari lalu, Tuchel ingin menghadirkan Neymar sebagai suntikan moral bagi timnya. Dalam dua edisi fase gugur Liga Champions sebelumnya, Neymar selalu absen akibat cedera.
Memang, penampilan Les Parisiens lebih menyerang dengan menguasai 52 persen berbanding 48 persen penguasaan bola ketimbang kubu tuan rumah. Namun, kehadiran Neymar tidak menjadi jaminan PSG bisa lebih unggul atas ”Die Borussen”. Neymar hanya mencetak satu gol, sedangkan Dortmund menyarangkan dua gol melalui tembakan wonder kid asal Norwegia, Erling Braut Haaland.
Menurut Tuchel, sistem menyerang dengan pertahanan tinggi yang ditampilkan anak asuhannya tidak bisa dikatakan sebagai biang kekalahan mereka. Pasalnya, gol kedua Dortmund diawali dari skema serangan balik yang hanya melibatkan dua pemain di area pertahanan PSG. Hasil minor itu, lanjutnya, lebih disebabkan cara bermain Neymar dan kolega yang gagal memanfaatkan berbagai momentum untuk mencetak gol.
Pada laga itu, Tuchel memilih formasi ”asing” bagi PSG. Jika dalam mayoritas pertandingan pada musim ini PSG bermain dengan formasi 4-2-4, dalam laga di Stadion BVB, ”arsitek” asal Jerman itu menyusun formasi 3-4-3.
Saya merasa kita seperti bermain dengan sedikit rasa takut, takut untuk membuat kesalahan. Kami harus mencari solusi atas persoalan ini.
Bek PSG, Thomas Meunier, mengatakan, meskipun Dortmund belum pernah mengalami kekalahan pada laga kandang kampanye ini, kekalahan yang dialami timnya murni karena ketiadaan keinginan untuk menang.
”Mereka (Dortmund) memiliki hasrat, rasa lapar, dan pemain ke-12, sedangkan kami kurang bertekad untuk sekadar meraih hasil imbang,” kata Meunier.
Raihan negatif dari Dortmund menunjukkan PSG belum menemukan formula yang tepat untuk menghapus kutukan babak 16 besar. Koran olahraga terkemuka di Perancis, L’Equipe, menyebut PSG tidak belajar atas kekalahan dari Real Madrid dan Manchester United pada dua edisi babak perdelapan final terdahulu. Perjudian strategi Tuchel serta memaksa Neymar bermain terbukti bukan keputusan tepat.
Adapun Neymar mengutuk keras pemilihan dirinya sebagai pemain awal dalam laga itu. ”(Keputusan bermain) Itu bukan pilihan saya. Hal itu diambil oleh klub dan para dokter. Saya tidak menyukai keputusan itu,” ucap pemain bernomor punggung 10 itu dikutip dari L’Equipe.
Perekrutan baru
Kemenangan Dortmund tidak bisa dilepaskan dari pemain baru yang hadir pada jendela transfer musim dingin, yaitu Erling Braut Haaland dan Emre Can. Kontribusi Haaland jelas terlihat dari dua gol kemenangan, sedangkan Can memberikan keseimbangan dan kengototan di lini tengah Dortmund. Can, yang didatangkan dari Juventus, menjadi tandem ideal bagi Axel Witsel untuk meredam penetrasi Neymar dan Kylian Mbappe sekaligus mengalirkan bola untuk memulai serangan balik.
Dalam pertandingan yang disaksikan 66.099 pasang mata itu, Can menjadi pemain Dortmund paling banyak mengalirkan bola kepada rekan setimnya setelah Witsel dengan 72 operan. Adapun Witsel mendistribusikan 78 operan.
Pujian terhadap Can hadir dari Pelatih Dortmund Lucien Favre. ”Emre Can bermain baik, begitu pula semua pemain yang berjibaku di lapangan. Kami sangat disiplin di dalam bertahan, kemudian kami juga memiliki kesempatan mencetak gol yang lebih baik,” ucap pelatih berusia 62 tahun itu.
Walaupun unggul 2-1, Dortmund tetap akan bermain mati-matian di Paris, 12 Maret mendatang. Pemain terbaik dalam laga itu, Haaland, menilai, keunggulan tipis atas Paris masih berbahaya sebab PSG dihuni pemain-pemain bagus yang akan semakin kuat saat bermain di kandang.
Meskipun meraih decak kagum, Haaland tetap membumi. ”Saya ingin berada di puncak daftar pencetak gol terbanyak. Namun, saya masih perlu bermain lebih baik dan meningkatkan kemampuan,” kata mantan pemain Red Bull Salzburg itu.
Pujian terhadap Haaland yang telah mencetak 10 gol di Liga Champions musim ini disampaikan pula oleh publik Norwegia. Koran terbesar di Norwegia, Aftenposten, menulis di halaman muka edisi Rabu kemarin, ”Haaland memukau dunia sepak bola. Dengan penampilan luar biasanya, Selasa malam, kekaguman terhadap pemain 19 tahun itu menyentuh level baru”. (AFP)