Atalanta melanjutkan keajaibannya di Liga Champions Eropa musim ini. Satu kaki ”Si Dewi” kini ada di perempat final seusai menggilas Valencia, 4-1, pada laga pertama babak 16 besar, Kamis (20/2/2020) dini hari WIB.
Oleh
M IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
MILAN, KAMIS — Bagi masyarakat kota Bergamo, Italia, Gian Piero Gasperini bukan sekadar pelatih tim Atalanta. Ia dipuja, bahkan dianggap sebagai pelukis kisah dongeng tim berjuluk ”Si Dewi” itu di kancah sepak bola Italia dan Eropa.
Hal itu tidak terlepas kiprah fenomenal tim itu dalam empat tahun terakhir sejak diasuh Gasperini. Atalanta berevolusi dari tim yang nyaris terdegradasi dari Liga Italia Serie A, yaitu pada 2016, menjadi salah satu dari delapan klub terbaik di Eropa musim ini.
Predikat sebagai salah satu tim elite di Eropa itu kini nyaris mereka genggam seusai menggilas wakil Spanyol, Valencia, 4-1, pada pertemuan pertama babak 16 besar Liga Champions, Kamis (20/2/2020) dini hari WIB. Satu kaki Atalanta kini berpijak di babak perempat final kompetisi antarklub itu seusai kemenangan telak tersebut.
Perjalanan Atalanta di Liga Champions musim ini tidak ubahnya ”keajaiban”. Pada musim debutnya di kompetisi ini, Si Dewi lolos dari fase penyisihan grup dengan menyingkirkan dua tim yang lebih berpengalaman, Dinamo Zagreb dan Shakhtar Donetsk. Mereka bahkan sempat hanya meraih satu poin dari empat laga awal.
Namun, mereka bangkit dan tampil sempurna pada dua laga terakhir penyisihan grup itu sehingga lolos ke fase gugur dengan koleksi tujuh poin. Prestasi itu membawa antusiasme tinggi bagi warga Bergamo. Keberadaan Atalanta pada babak 16 besar Liga Champions menjadi momen terbesar bagi warga setempat.
Meskipun sampai harus meminjam Stadion San Siro di kota Milan karena rumah mereka sendiri, yaitu Stadion Gewiss, dianggap kurang laik menggelar laga Liga Champions, Atalanta mampu membanggakan Bergamo dan Italia. Dalam waktu 62 menit, mereka telah menghancurkan Valencia dengan empat gol. Tim tamu baru bisa membalas satu gol pada menit ke-66.
Ironisnya, pemilik asli stadion megah itu, yakni AC Milan dan Inter Milan, justru absen pada fase gugur kompetisi antarklub paling elite sejagat itu. Inter kandas pada fase penyisihan grup, adapun Milan dicoret dari Liga Europa (kompetisi kasta kedua di Eropa) akibat masalah finansial.
Izin membolos
Tidak heran, Wali Kota Bergamo Giorgio Gori sampai mendukung sikap seorang ayah di kota itu yang meminta anaknya izin membolos sekolah sehari agar bisa ikut menyaksikan laga kontra Valencia itu. Bocah bernama Edoardo dan ayahnya itu lantas diizinkan pergi menempuh perjalanan 55 kilometer ke San Siro.
Keduanya tergabung bersama 44.000 suporter Si Dewi yang membentuk lautan manusia berbaju biru dan hitam di San Siro. ”Edoardo (sang anak) tidak bisa masuk sekolah karena alasan sejarah-budaya. Dia akan menjadi saksi sejarah baru Bergamo bersama ayahnya,” bunyi isi harapan Gori di Twitter-nya yang ternyata menjadi kenyataan.
Didorong antusiasme serupa, Presiden Atalanta Antonio Percassi membagi-bagikan replika jersi klub itu ke rumah-rumah sakit di Bergamo. Nyaris setiap bayi yang terlahir di kota itu dalam beberapa pekan terakhir pun mendadak kompak berbalut kostum biru-hitam khas Atalanta.
”Cinta dan gairah untuk warna biru-hitam (Atalanta) harus dimulai dari para bayi yang baru terlahir dan tumbuh berkembang bersama mereka,” bunyi keterangan resmi Atalanta menjelaskan alasan pembagian jersi ke rumah-rumah sakit itu.
Seusai laga itu, Gasperini pun tidak mampu menyembunyikan kegembiraannya atas penampilan timnya yang agresif dan energik. ”Ini adalah malam yang akan kami ingat selamanya. Hasil yang luar biasa, penuh dengan emosi,” kata pelatih yang dianugerahi warga kehormatan Bergamo tahun lalu itu.
Meskipun kemenangan itu seperti menghadirkan bab baru dari ”dongeng” sepak bola Atalanta, Gasperini meminta para pemain dan rakyat Bergamo untuk tidak terlarut euforia. Menurut dia, masih ada 90 menit di Stadion Mestalla, Valencia, yang akan menentukan perjalanan Atalanta di Liga Champions musim ini.
Kedua tim akan kembali berduel pada laga balasan di Spanyol, 11 Maret mendatang. Hans Hateboer, pemain terbaik pencetak dua gol Atalanta pada laga kemarin menilai, Valencia sebagai lawan yang sulit di kandangnya sendiri. Tim Spanyol itu memiliki kekuatan dan kecepatan dalam menyerang sehingga beberapa kali membuat kesulitan lini belakang ”La Dea”.
Meski begitu, ia yakin keunggulan tiga gol bisa menjadi modal yang baik untuk menjalani laga tandang itu sekaligus menatap perempat final, fase yang belum pernah mereka impikan sebelumnya. ”Kami tahu atmosfer di Mestalla akan membuat laga nanti terasa sulit. Namun, kami akan memulai pertandingan dengan keunggulan 4-1,” ucap bek asal Belanda itu, seperti dikutip Football Italia.
Sementara itu, Pelatih Valencia Albert Celades mengatakan, pihaknya akan mempersiapkan laga kedua sebaik mungkin. Bermain di kandang sendiri nantinya, ia berharap para pemainnya tidak lagi menyia-nyiakan peluang gol seperti laga di Milan.
”Kami kuat di rumah sendiri, utamanya dengan kehadiran para pendukung. Hasil laga pertama memang menyulitkan kami, tetapi kami akan bersiap,” ucap Celades mencoba tetap optimistis.
Sejumlah kritik disampaikan media Spanyol terkait dengan penampilan Valencia di Milan. Surat kabar yang berbasis di Valencia, Super Deporte, menilai, permainan mengecewakan di semua lini menjadi penyebab Valencia mengalami kekalahan dari Atalanta. Adapun surat kabar Marca menganggap kualitas Valencia sudah menurun dibandingkan ketika meraih gelar Piala Spanyol, Mei 2019 lalu.
Bek sayap ”Los Ches”, Jose Luis Gaya, tidak sepakat dengan penilaian negatif itu. Menurut dia, kualitas permainan Valencia dan Atalanta tidaklah timpang. Maka itu, baginya, kekalahan telak itu bukanlah hasil yang adil. ”Kami dan para fans kecewa dengan hasil ini. Namun, percayalah, kami akan melakukan segala cara untuk membalikkan keadaan di Mestalla,” kata Gaya. (Reuters)