Pertahanan rapat di bawah ring mengantisipasi postur tinggi pemain Korea Selatan menjadi bumerang bagi timnas basket Indonesia. Mereka dihujani lemparan tiga angka lawan.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Meski sempat unggul pada awal laga, tim nasional bola basket Indonesia harus mengakui keunggulan raksasa Asia, Korea Selatan, 76-109, pada laga Kualifikasi Piala Asia FIBA 2021, Kamis (20/2/2020), di Mahaka Arena, Jakarta. Timnas salah mengantisipasi keunggulan postur badan tim tamu yang ternyata malah menjadi jebakan.
Di tengah dukungan penonton, timnas tancap gas pada kuarter pertama. Permainan cepat timnas mengejutkan tim tamu. Perpindahan umpan cepat menghasilkan celah untuk lemparan tiga angka membuat Andakara Prastawa dan rekan-rekan unggul 9-5.
Kecepatan duet guard, Prastawa dengan Abraham Damar Grahita, merepotkan barisan pertahanan Korsel. Kontribusi 10 poin dan 2 asis dari Abraham membuat timnas menutup kuarter pertama dengan 27-21.
Kuarter kedua menjadi titik balik pertandingan. Tim asuhan Kim Sang-shik ini berhasil membaca serangan timnas yang monoton dan lebih sabar dalam membangun serangan. Hasilnya, tiga lemparan beruntun membuat tim tamu berbalik unggul 37-30. Hujan angka ini memaksa pelatih timnas, Rajko Toroman, melakukan timeout.
Namun, hal itu tak banyak membantu. Timnas seperti kehilangan rohnya. Pola serangan yang mengandalkan lemparan tiga angka bisa dibaca dengan baik sehingga banyak kehilangan bola.
Masuknya pemain senior Jang Jae-sok (29) memengaruhi penampilan Korsel. Center setinggi 2,04 meter itu begitu tangguh di bawah ring dengan 10 poin, 4 rebound, dan 2 asis dalam 7 menit. Jang memanfaatkan keunggulan tinggi badannya dan membuat Korsel unggul jauh 55-37 pada paruh waktu. Mesin skor timnas macet, hanya menambah 10 poin dengan akurasi tembakan sangat rendah, 22 persen.
Timnas sempat berupaya bangkit pada kuarter ketiga. Tiga kali tembakan tiga angka beruntun dari Prastawa dan Kaleb Ramot memperkecil ketertinggalan menjadi 48-62. Namun, upaya itu dipatahkan setelah Korsel melakukan timeout. Tim tamu bangkit dengan tiga angka beruntun. Mereka tampil sangat baik dengan serangan ke bawah ring ataupun lemparan dari luar perimeter.
Pada kuarter terakhir, timnas semakin terpuruk. Mereka berupaya menutup celah lawan mengumpan kepada pemain tertinggi, Kim Jong-kyu (2,07 meter) dan memperketat pertahanan di bawah ring. Hal itu membuat guard lawan tak terkawal dan timnas pun tertinggal hingga pertandingan berakhir, 76-109.
Jebakan
Timnas terjebak dengan postur tinggi badan lawan. Korsel memiliki empat pemain setinggi lebih dari 2 meter, membuat timnas harus bertahan rapat. Namun, mereka malah dihujani lemparan tiga angka lawan yang sering tanpa penjagaan.
”Pemain kami ingin memberi tekanan ke dalam, tetapi mereka terlalu ke dalam. Hal itu memberi Korsel peluang lemparan tiga angka. Terbukti akurasi tembakan tiga angka mereka sangat luar biasa karena tidak dijaga,” kata Toroman.
Senjata terbesar Korsel, yakni tinggi badan, ternyata menjadi pancingan untuk membuat lemparan tiga angka. Sebanyak 51 poin, hampir separuh dari angka total, diperoleh dari 17 lemparan tiga angka. Akurasinya juga sangat tinggi, 17 kali dari 34 upaya, atau 50 persen.
Guard Kim Nakh-yeon menjadi pencetak angka terbanyak, menyumbang 14 poin dengan persentase lemparan tiga angka mencapai 75 persen.
Menurut Toroman, timnya tidak punya pilihan selain bertahan lebih dalam. Timnas kalah dalam postur badan karena tidak bisa menurunkan dua pemain naturalisasi, Lester Prosper dan Brandon Jawato, yang pengurusan paspornya belum selesai. Jika tidak dijaga, pemain lawan yang bertubuh tinggi dengan mudah mencetak angka.
”Kami bermain bagus pada kuarter pertama, tetapi setelah itu lawan lebih sabar. Kami harus mengakui sangat kehilangan Prosper dan Jawato. Sangat sulit bermain tanpa big man. Kami kalah segalanya dalam rebound,” kata pelatih asal Serbia itu.
Korsel memiliki empat pemain dengan tinggi tubuh lebih dari 2 meter. Sementara itu, timnas hanya bisa mengimbangi lewat Vincent Kosasih, center setinggi 2,03 meter. Dua pemain yang bergantian menempati posisi Kosasih, Hardian Wicaksono (1,89 m) dan Kevin Sitorus (1,95 m), tidak mampu mengimbangi postur lawan.
Korsel unggul jauh dalam rebound, 43 rebound berbanding 30 rebound milik timnas. Dua pemain tertinggi, Kim Jong-kyu dan Jang Jae-sok, dengan pengalamannya mampu membuat timnas kesulitan. Keduanya berkontribusi sangat besar, Jong-kyu membukukan 12 poin dan 5 rebound serta Jae-sok 13 poin, 4 rebound, dan 3 asis.
”Kami terpukau dengan perkembangan lawan. Mereka sangat agresif pada kuarter pertama. Namun, kami bisa mengendalikan setelah menemukan tempo yang seharusnya,” kata Pelatih Korsel Kim Sang-shik.
Abraham mendapatkan pujian dari Kim. Pemain yang mencetak 25 poin dan 4 asis ini tampil begitu percaya diri. Namun, performanya tidak diikuti rekan-rekan timnas lain. ”Percuma kalau kalah, poin ini tidak jadi apa-apa. Kami harus lebih baik saat melawan Filipina,” ujar Abraham.
Indonesia masih menyisakan lima pertandingan di Grup A, termasuk bertandang ke Korsel. Pada Minggu (23/2), timnas akan menjamu tim raksasa Asia lainnya, Filipina, di Mahaka Arena.