Juventus berupaya menjauh dari kejaran Lazio dan Inter Milan dengan mengusung target poin penuh saat menghadapi SPAL, Minggu (23/2/2020) dini hari WIB. Cristiano Ronaldo akan kembali dimainkan sejak menit awal.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
TURIN, JUMAT — Juventus akan menjadikan laga melawan SPAL di pekan ke-25 Liga Italia, Minggu (23/2/2020) dini hari WIB, sebagai simulasi penggunaan skema baru untuk menghadapi pekan-pekan krusial penentu gelar juara, terutama di Liga Champions Eropa. Lini depan menjadi perhatian Maurizio Sarri agar ”Si Nyonya Besar” bisa meredakan beban Cristiano Ronaldo sebagai sumber utama pencipta gol.
Di Liga Italia musim ini, Ronaldo telah mencetak 20 gol dari 48 gol yang dicetak Juventus dari 24 pertandingan. Penyerang Juve lainnya belum bisa mengimbangi produktivitas megabintang berusia 35 tahun itu. Misalnya, kombinasi gol Paulo Dybala dan Gonzalo Higuain hanya 11 gol di kompetisi tertinggi di ”Negeri Pizza”.
Sejak meraih scudetto pada 2012, Juventus sesungguhnya memiliki kekuatan rahasia untuk membobol gawang lain, yaitu ketajaman lini tengah. Akan tetapi, berdasarkan data La Gazzeta dello Sport, hingga akhir Februari ini, sumbangan gol dari pemain gelandang Juve paling rendah sejak mulai menguasai kembali Italia delapan tahun silam.
Kekuatan sektor tengah Juve yang dihuni pemain berkualitas, di antaranya Miralem Pjanic, Aaron Ramsey, dan Rodrigo Bentancur, hanya berhasil mencetak empat gol di seluruh kompetisi musim ini. Total jumlah gol itu hanya 9 persen dari total klub asal Turin itu.
Jumlah itu sangat timpang jika dibandingkan dengan kinerja lini tengah Si Nyonya Besar di dua musim ketika berhasil menembus final Liga Champions Eropa, yaitu tahun 2015 dan 2017. Kala itu, gelandang Juve mencetak 28 gol (39 persen dari total gol Juve) dan 13 gol (17 persen).
Atas dasar itu, Sarri akan memperkenalkan skema lini depan baru. Trisula Ronaldo, Dybala, dan Juan Cuadrado akan menjadi senjata utama Juventus untuk mencetak gol. Komposisi penyerang itu telah dicoba Sarri pada laga pertama semifinal Piala Italia kontra AC Milan, 14 Februari, yang berakhir imbang 1-1.
Dybala dan Cuadrado memikat Sarri. Keduanya menjadi penentu kemenangan Juve atas Brescia, akhir pekan lalu. Dikutip dari Sky Sport Italia, Sarri mengungkapkan, dirinya memiliki situasi rumit karena memiliki sejumlah pemain berkualitas yang tidak memiliki gaya bermain berbeda.
”Dybala pemain depan yang bagus ketika berperan dari bawah, Ronaldo suka bermain melebar, sedangkan Cuadrado bisa bermain di banyak posisi. Atas dasar itu, kami lebih cocok bermain dengan pola tiga penyerang dibandingkan dengan menempatkan pemain berperan trequartista (pengatur serangan),” ucap Sarri.
Berdasarkan skema itu, Ronaldo akan tetap bermain melebar dari sisi kiri dengan sesekali melakukan penetrasi ke sisi tengah pertahanan. Kemudian, Cuadrado dominan bergerak di sisi kanan. Posisi Cuadrado bisa pula diisi Douglas Costa, sedangkan Dybala akan bermain sebagai false nine untuk mengisi kekosongan di sisi tengah pertahanan lawan.
Terkait dengan permainan Juventus yang belum konsisten, utamanya kekalahan di dua laga tandang terakhir di Liga Italia, Sarri tidak menganggap hal itu menutup kans mereka untuk bersaing di Liga Champions Eropa. Seperti diketahui, Juventus akan menghadapi tim Perancis, Olympique Lyon, di babak 16 besar, Kamis (27/2/2020) dini hari WIB.
”Kami masih memiliki ruang untuk berkembang di sisi pertahanan dan penyerangan. Intinya kami hanya perlu fokus pada diri sendiri,” kata pelatih kelahiran Naples, Italia, itu.
Kiper veteran Juventus, Gianluigi Buffon, mengingatkan bahwa Si Nyonya Besar masih dalam proses transisi perubahan gaya bermain di bawah arahan Sarri. Berada di peringkat pertama Liga Italia, lolos ke fase perdelapan final Liga Champions, dan semifinal Piala Italia, lanjut Buffon, adalah capaian yang menunjukkan Juve berada di jalur yang tepat untuk menyapu bersih gelar juara di tiga kompetisi itu.
”Perubahan itu membutuhkan waktu. Sudah tepat bagi kami mencoba sesuatu yang berbeda untuk meraih seluruh target di musim ini,” kata Buffon dikutip Football Italia.
Sementara itu, SPAL juga tengah memasuki periode baru. Masih bertengger di posisi akhir Liga Italia dengan 15 poin dari 24 laga, SPAL berupaya bangkit dengan kehadiran pelatih baru Luigi Di Biagio.
SPAL telah empat kali mengalami kekalahan beruntun di Liga Italia. Terakhir Andrea Petagna dan kolega takluk dari Lecce 1-2. Laga itu adalah kehadiran perdana Luigi Di Biagio sebagai ”arsitek” SPAL.
Adapun Juventus belum pernah menang selama dua kali berlaga di kandang SPAL, Stadion Paolo Mazza. Di musim lalu, Si Nyonya Besar takluk 1-2.
”Berbicara tentang selamat dari situasi (degradasi) ini mungkin terdengar gila. Tetapi, saya sudah melihat beberapa hal gila sepanjang karier saya sehingga saya yakin segalanya masih bisa terjadi bagi kami,” kata mantan pelatih tim nasional Italia U-21 itu. (AFP)