Lazio dan Inter Milan berupaya memanfaatkan pekan ke-25 Liga Italia, Minggu (23/2/2020), untuk menjaga momentum persaingan ”scudetto”. Di sisi lain, dua tetangga, Genoa dan Sampdoria, berupaya lari dari zona degradasi.
Oleh
M IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
GENOA, SABTU — Memasuki paruh kedua musim ini, Lazio merevisi target mereka. Awalnya, Pelatih Simone Inzaghi hanya berkeinginan timnya menembus zona Liga Champions Eropa. Namun, mulai Februari ini, Lazio menghidupkan asa baru untuk meraih gelar juara Liga Italia.
Penampilan 19 kali tak terkalahkan di kompetisi utama ”Negeri Piza” menjadi sinyal bahwa Lazio siap mengakhiri puasa scudetto alias trofi juara Liga Italia selama dua dekade terakhir.
Pada pekan ke-25 Liga Italia, Minggu (23/2/2020), ”I Biancocelesti” akan bertanding di Stadion Luigi Ferraris untuk menghadapi sang tuan rumah Genoa. Laga ini bakal berjalan sengit. Pasalnya, Lazio akan berupaya menjaga momentum untuk bisa memberikan tekanan kepada pesaing juara lainnya, yaitu Juventus dan Inter Milan. Di sisi lain, Genoa masih berjuang untuk keluar dari jerat jurang degradasi.
Lazio berjarak satu poin dari pemimpin klasemen Liga Italia, Juventus. Adapun Genoa berjarak satu poin pula dari Sampdoria yang berada di posisi ke-17 atau batas bertahan di Liga Italia Serie A.
Di tempat yang sama musim lalu, Lazio takluk 1-2 kepada ”Il Grifone”. Alhasil, Simone Inzaghi tetap menganggap Genoa setara dengan Inter Milan yang mereka tumbangkan akhir pekan lalu.
”Selama empat tahun kami telah mengalami pertumbuhan yang signifikan. Kita harus memahami bahwa setiap akhir pekan di Liga Italia menyimpan banyak bahaya yang tersembunyi,” ujar Inzaghi, yang ikut menyumbangkan gelar Liga Italia kepada Lazio tahun 2000, dikutip Sky Sport Italia.
Inzaghi memang paham bahwa untuk meraih scudetto butuh banyak pengorbanan, baik fisik maupun mental, hingga titik akhir. Hal itu ditunjukkannya saat membawa Lazio meraih scudetto pada 2000. Trofi juara harus diraih lewat tetesan keringat terakhir, yaitu ditentukan pada laga di pekan pamungkas.
Ketika itu, Lazio menang 3-0 atas Reggina di Roma. Gelar juara Liga Italia itu baru bisa dipastikan setelah Juventus takluk kepada Perugia 0-1 pada pekan yang sama di akhir musim itu.
Pesta ulang tahun
Meskipun begitu, pelatih berusia 43 tahun itu tidak menghalangi anak-anak asuhannya untuk meluapkan hasrat sebagai salah satu pesaing utama juara Liga Italia musim ini. Hasrat yang tidak lagi bisa ditutup-tutupi itu antara lain terlihat dalam perayaan ulang tahun Ciro Immobile, ”lumbung gol” Lazio, 20 Februari lalu.
Diapit oleh Immobile dan gelandang Luis Alberto, penyerang Felipe Caicedo dengan menggunakan pengeras suara berteriak lantang, ”Kami akan meraih scudetto!” Seketika seisi ruangan itu pun bergemuruh dalam antusiasme hebat.
Menurut Immobile, seluruh pemain Lazio saat ini bak sebuah keluarga. Tak heran, ia menyelenggarakan pesta ulang tahunnya yang ke-30 itu dengan mengundang seluruh elemen di Lazio, mulai dari pemain, pelatih, dokter tim, hingga staf perlengkapan klub. Selama empat musim bersama, lanjutnya, seluruh elemen ”Biancocelesti” telah merasakan perkembangan klub sebagai salah satu tim terbaik di Italia.
Kami memulai musim ini dengan banyak mimpi. Sekarang, kami menikmati diri kami sendiri. Kami adalah sebuah keluarga yang tengah mengejar mimpi (scudetto).
”Kami memulai musim ini dengan banyak mimpi. Sekarang, kami menikmati diri kami sendiri. Kami adalah sebuah keluarga yang tengah mengejar mimpi (scudetto),” ucap pemuncak daftar pencetak gol terbanyak di Liga Italia itu, seperti dikutip Football Italia.
Mantan pelatih Lazio, Sven-Goran Eriksson, menilai, skuad utama Lazio memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan Juve dan Inter. Berkat kekuatan di lini tengah, lanjutnya, Lazio mampu menghasilkan permainan terbaik di Italia musim ini. ”Lazio akan memenangi scudetto,” ujar pelatih yang kali terakhir membawa Lazio meraih gelar juara Liga Italia dan Piala Italia pada 2000 itu.
Meskipun demikian, gelandang Genoa, Iago Falque, mengingatkan Lazio bahwa bermain di Stadion Luigi Ferraris tidak akan mudah bagi tim tamu. Anak asuhan Davide Nicola itu akan bekerja keras untuk meraih hasil positif. Sebab, mereka tengah berjuang untuk selamat dari zona degradasi.
Suntikan Inter
Laga Inter melawan Sampdoria, Senin (24/2/2020) dini hari WIB, di Stadion Giuseppe Meazza, Milan, merupakan laga lain yang mempertemukan tim pesaing gelar juara dengan tim pejuang dari papan bawah. Inter berselisih tiga poin dari Juventus.
Inter memiliki suntikan moral tambahan setelah gelandang anyar Christian Eriksen mulai menemukan ritme permainan di bawah asuhan Pelatih Antonio Conte. Eriksen menyumbangkan satu gol dalam kemenangan Inter atas Ludogorets di Liga Europa, Jumat dini hari WIB lalu.
Bek Inter, Diego Godin, menilai, Eriksen membutuhkan waktu adaptasi untuk bisa bermain baik di Italia. Menurut dia, gaya permainan Italia yang berbeda dengan Inggris dan perbedaan bahasa membuat sang pemain membutuhkan waktu lebih untuk adaptasi di klub barunya itu.
Conte berpendapat serupa. Eriksen, kata Conte, butuh mengembalikan kondisi kebugarannya agar bisa menunjukkan penampilan terbaik. ”Saya memprioritaskan segala hal yang terbaik bagi Inter, termasuk untuk menurunkan Eriksen pada posisi dan waktu yang tepat. Saya yakin Eriksen mampu membantu kami untuk meraih tujuan kami di musim ini,” ucap Conte, dilansir laman Inter.
Sementara itu, Pelatih Sampdoria Claudio Ranieri meminta anak asuhannya agar mampu bertahan dengan baik, terutama mengantisipasi serangan Inter yang didominasi berasal dari sayap. ”Kami butuh Sampdoria yang sempurna dengan banyak hasrat, bermain efektif, dan memanfaatkan setiap momen untuk menyerang,” ujar Ranieri. (REUTERS)