Suzuki berhasil mengembangkan mesin dan sasis yang membuat motor GSX-RR mereka lebih kompetitif di ajang MotoGP. Evolusi ”kuda besi” itu menjadi modal kuat dalam perburuan gelar juara musim ini.
Oleh
Agung Setyahadi
·4 menit baca
LOSAIL, MINGGU — Suzuki semakin optimistis bisa bersaing dalam perebutan gelar juara MotoGP musim ini setelah mendapat hasil positif pada dua uji coba pramusim. Motor GSX-RR 2020 lebih kompetitif dengan peningkatan kecepatan puncak, kestabilan sasis, dan setelan elektronik yang maksimum.
Evolusi Suzuki itu ditegaskan dengan performa dua pebalap mereka, Alex Rins dan Joan Mir, yang tampil konsisten saat uji coba di Sirkuit Sepang, Malaysia, 7-9 Februari, dan Sirkuit Losail, Qatar, 22-24 Februari.
Suzuki membuat kejutan dengan performa Rins yang konsisten menjaga waktu lap dalam simulasi balapan saat tes pramusim di Sepang. Dia bersaing ketat dengan pebalap Yamaha, Maverick Vinales, dalam pencarian pace race itu.
Rins meneruskan usahanya mencari ritme dan konsistensi pace race dalam dua hari awal di Losail. Pada hari pertama dia belum bisa melakukan banyak putaran secara terus-menerus karena masih mencari data pendinginan sirkuit, sesuai waktu balapan yang akan berlangsung pukul 18.00 waktu Losail. Sebelumnya, balapan seri Qatar berlangsung pukul 20.00 atau pukul 00.00 WIB.
Rekan setim Rins, Joan Mir, juga melakukan simulasi balapan sejak hari pertama. Bahkan, dia juga sering melakukan time attack sehingga beberapa kali menjadi pebalap tercepat.
Namun, di akhir uji coba hari pertama, Rins membuat catatan waktu tercepat sehingga dua pebalap Suzuki berada di puncak.
”Lintasan sedikit licin, tetapi tidak seburuk yang saya bayangkan, dan saya senang bisa mencetak waktu bagus dan lama menguasai puncak catatan waktu. Ini penting dan memberi perasaan yang bagus, konsistensi sangat krusial dan ini hasil yang bagus,” ujar Mir seperti dikutip Crash.
Pada hari kedua tes, Minggu (23/2/2020) hingga pukul 22.00 WIB, Rins dan Mir masih berada di papan atas, yaitu di posisi kedua dan ketiga. Waktu tercepat dikuasai pebalap Pramac Ducati, Francesco Bagnaia, dengan waktu 1 menit 54,520 detik.
Adapun pebalap Honda, Marc Marquez, di posisi ke-11 setelah terjatuh pada tikungan 9 dan motornya rusak parah, tetapi pebalap Spanyol itu tidak cedera.
Simulasi pace race dan time attack yang dilakukan pebalap Suzuki itu adalah upaya membenahi satu faktor kunci penentu hasil balapan, yaitu posisi start di baris terdepan.
Musim lalu, Suzuki kurang bagus selama kualifikasi sehingga kerap start dari garis belakang. Musim ini, Rins dan Mir berusaha keras memperbaikinya dengan motor yang lebih baik.
Perbaikan menyeluruh
Davide Brivio, Manajer Tim Suzuki MotoGP, menilai performa kedua pebalapnya itu merupakan hasil proses perbaikan menyeluruh, mulai dari mesin, sasis, tim, hingga pebalap. Semua berbenah demi target yang lebih tinggi pada musim ini.
”Kami merasa memiliki motor dengan basis yang bagus, salah satunya sasis, sehingga cepat di tikungan dan mudah dikendalkan. Kami berhati-hati mempertahankan sisi kekuatan itu, sekaligus melakukan perbaikan,” ujarnya dalam wawancara dengan MotoGP, Minggu (23/2/2020).
”Tahun lalu satu titik lemah kami adalah mesin, yaitu top speed, dan perbaikan sudah kami lakukan. Mesin 2020 memang bukan lompatan besar, tetapi sedikit lebih baik (dalam kecepatan puncak),” lanjut Brivio, yang mengakui bahwa banyak yang telah diuji coba, seperti sasis dan lengan ayun, sepanjang musim dingin.
Perbaikan kecepatan puncak, juga stabilitas sasis, menjadi faktor penting untuk mendukung Rins dan Mir bersaing dengan para pebalap tim mapan, yaitu Honda, Yamaha, dan Ducati. Suzuki menggunakan mesin yang sama dengan Yamaha, empat silinder segaris. Adapun Honda dan Ducati menggunakan mesin V4-90 derajat.
Kami merasa memiliki motor dengan basis yang bagus, salah satunya sasis, sehingga cepat di tikungan dan mudah dikendalkan. Kami berhati-hati mempertahankan sisi kekuatan itu, sekaligus melakukan perbaikan.
Musim lalu, mesin V4 sangat dominan dengan keunggulan di tenaga yang lebih besar dan lebih cepat. Namun, mesin V4 tidak mudah dikendalikan dan kurang cepat saat melewati tikungan-tikungan lambat.
Hal itu berkebalikan dengan mesin empat silinder segaris yang lebih mudah melewati tikungan, tetapi memiliki kecepatan puncak lebih rendah. Suzuki dan Yamaha musim ini berusaha keras meningkatkan kecepatan puncak dan juga akselerasi.
”Mesin V4 dan in-line memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Mungkin saja (mesin segaris) bisa menang. Jika melihat trek di sirkuit banyak yang menguntungkan V4, tetapi di beberapa sirkuit kami bisa lebih baik, seperti di Austin (Amerika Serikat) dengan lintasan lurus yang sangat panjang dan beberapa bagian yang membutuhkan cara membalap yang bagus, kami bisa menang di sana (musim lalu). Terlepas dari Marquez terjatuh, kami bisa bersaing di sana,” ujar Brivio.
Memenangi balapan, menurut Brivio, juga membutuhkan kejelian strategi. ”Ini juga pengaruh mempelajari strategi untuk menjadi lebih cerdik. Di trek lurus kami kurang diuntungkan dan harus menunggu untuk kembali saat di tikungan. Sangat menarik pertarungan teknologi dengan konsep dan filosofi yang berbeda ini,” ujarnya.