Bayern Muenchen pernah mendapat kejutan dari Chelsea pada 2012. Mereka berharap tidak mendapat kejutan yang sama saat kedua tim akan bertemu lagi di Stamford Bridge.
Oleh
D HERPIN DEWANTO PUTRO
·3 menit baca
LONDON, SENIN – Memori mengenai laga final Liga Champions musim 2011-2012 yang dikenal dengan istilah ”finale dahoam” kembali muncul menjelang pertemuan antara Chelsea dan Bayern Muenchen di Stadion Stamford Bridge, Rabu (26/2/2020) pukul 03.00 WIB. Pada laga pertama babak 16 besar Liga Champions itu, kedua tim berada dalam situasi yang hampir sama seperti yang terjadi delapan tahun silam.
Bayern adalah tim yang difavoritkan memenangi final itu. Mereka berada dalam penampilan terbaiknya di Liga Jerman dan tampil di Arena Sepakbola Muenchen (kini Stadion Allianz Arena), kandang Bayern. Itu sebabnya disebut ”finale dahoam”, istilah Bavaria yang berarti ”final di rumah”.
Sebaliknya, Chelsea waktu itu tengah kepayahan. Seperti yang ditulis Kicker, para pemain ”The Blues” seperti John Terry, Ramires, Raul Meireles, dan Branislav Ivanovic, tidak bisa tampil. Di Liga Inggris, Chelsea hanya finis di peringkat keenam dan memenangi tiga dari tujuh laga terakhirnya sebelum final.
Namun, Chelsea akhirnya bisa menang dan merebut trofi ”Si Kuping Lebar” setelah melewati adu penalti. Frank Lampard, yang kini menjadi manajer Chelsea, turut menyumbang satu gol pada adu penalti itu. Tim ”Die Roten” pun tersungkur di rumah sendiri.
Peristiwa itu menjadi memori kelam yang berusaha dilupakan para pemain Bayern yang merasakan langsung laga itu seperti kiper Manuel Neuer atau gelandang serang Thomas Mueller. ”Saya tidak tahu. Saya rasa tidak perlu lagi membahas laga (final) itu,” kata Neuer seperti dikutip Bild.
Mueller yang menjadi pemain pertama yang mencetak gol pada laga final itu juga ingin mengubur memori tersebut. ”Saya rasa final itu tidak ada hubungannya dengan laga (kontra Chelsea) ini,” tambah Mueller.
Namun, Chelsea saat ini belum bisa tampil konsisten dan juga tidak menjadi tim favorit. Laman Whoscored, misalnya, memprediksi Bayern menang, 3-2. Minimnya stok pemain pelapis menjadi salah satu penyebab Chelsea tampil inkonsisten. Mereka hanya mengandalkan kemampuan Tammy Abraham di lini serang dan ketika Abraham cedera, Lampard kesulitan mencari penggantinya.
Lampard beruntung karena striker yang kerap ia cadangkan, Olivier Giroud, memberikan angin segar saat mengalahkan Tottenham Hotspur akhir pekan lalu. Striker asal Perancis itu mencetak gol pertamadi Liga Inggris musim ini.
Teror ”Lewan-goal-ski”
Persoalan kedua Chelsea adalah pertahanan mereka yang masih rapuh. Musim ini mereka sudah kebobolan 37 gol adari 27 laga di Liga Inggris, dan kebobolan 9 gol di Liga Champions. Penampilan kiper Kepa Arizabalaga, belakangan tidak memuaskan sehingga Lampard memilih memainkan kiper kedua, Willy Caballero.
Chelsea harus waspada karena mereka akan kedatangan tamu spesial yang kini menjadi pencetak gol terbanyak, baik di Liga Jerman maupun Liga Champions musim ini, yaitu Robert Lewandowski. Ia sudah mencetak 25 gol di Liga Jerman dan 10 gol di Liga Champions. Wajar jika namanya masih diplesetkan menjadi Robert ”Lewan-goals-ski”.
Striker Polandia itu jelas menjadi ancaman bagi tuan rumah. Apalagi, Lewandowski merasa sangat nyaman didampingi Mueller. ”Akan lebih mudah jika ada Mueller di samping saya,” katanya.
Pada laga terakhir Bayern, ketika mengalahkan Paderborn, 3-2, Lewandowski mencetak dua gol. Namun, bukan Mueller yang membantu Lewandowski pada laga itu, melainkan Serge Gnabry yang juga menjadi ancaman bagi Chelsea. Gnabry pada laga kontra Paderborn itu mencetak satu gol dan dua assist.
Meski menang, laga kontra Paderborn itu sedikit membuat Bayern cemas. Paderborn adalah tim penghuni dasar klasemen Liga Jerman dan bisa membobol gawang Bayern dua kali. Orang yang paling cemas tentu saja adalah manajer interim Bayern, Hansi Flick, yang masih menunggu bisa menjadi manajer tetap. Laga kontra Chelsea pada babak 16 besar ini bisa menjadi pembuktiannya.
Kesalahan yang dilakukan Bayern menghadapi Paderborn memberikan celah bagi Chelsea untuk memberikan tekanan yang sama. ”Kami harus mampu bertarung, berlari, dan melukai. Jika harus bertahan, kami harus bertahan bersama-sama,” kata pemain Chelsea, Jorginho seperti dikutip Evening Standard. (AFP/REUTERS)