Djokovic Bicara Motivasi hingga Grup WhatsApp “Big Three”
Sebulan setelah menjuarai Grand Slam Australia Terbuka untuk kedelapan kalinya, Novak Djokovic berlaga di ATP Dubai. Usai pertandingan, dia lebih banyak berbicara soal tenis di luar lapangan.
Oleh
Yulia Sapthiani
·3 menit baca
Novak Djokovic mengawali penampilannya di turnamen ATP Dubai dengan kemenangan cepat atas petenis Tunisia, Malek Jaziri, 6-1, 6-2, Senin (24/2/2020) tengah malam WIB. Karena tak banyak yang bisa diceritakan tentang laga itu, pada konferensi pers Djokovic berkisah tentang hal lain.
Salah satunya tentang Dubai. Meski sempat absen tiga tahun terakhir, petenis Serbia itu punya ikatan dengan kota besar Uni Emirat Arab itu. Dia empat kali menjuarai turnamen kategori ATP World Tour 500 tersebut pada 2009, 2010, 2011, dan 2013.
Djokovic dan keluarganya juga kerap menjadikan Dubai sebagai tempat liburan sekaligus latihan pada masa libur kompetisi di akhir tahun. Bagi Djokovic dan petenis elite lainnya, seperti Roger Federer, Dubai adalah tempat ideal untuk mempersiapkan diri menghadapi persaingan awal musim di Australia. Kesamaan cuaca di Dubai dan Australia, serta kemudahan akses perjalanan internasional ke banyak negara membuat Dubai menjadi tempat favorit petenis.
Jika bisa menjuarai ATP Dubai, pekan ini, Djokovic akan menyempurnakan kemenangannya pada 2020. Sebelum menjuarai Australia Terbuka, dia turut mengantarkan Serbia menjadi tim terbaik pada kejuaraan beregu putra, Piala ATP, di Australia.
Gelar di Australia Terbuka, gelar Grand Slam ke-17 untuk Djokvic, mendekatkan namanya pada Federer sebagai tunggal putra dengan gelar Grand Slam terbanyak (20) dan Rafael Nadal (19). Dia juga merebut posisi Nadal di puncak peringkat dunia.
Djokovic total menempati peringkat pertama selama 279 pekan, sejak pertama kali pada 4 Juli 2011. Dia hanya kalah dari Federer (310 pekan) dan Pete Sampras (286 pekan).
Sebelum tampil di Dubai, Djokovic (32) mengatakan, meraih gelar Grand Slam sebanyak-banyaknya dan menjadi petenis nomor satu dunia selama mungkin menjadi alasannya bermain tenis hingga kini. Namun, ayah dua anak ini juga memiliki pandangan lain pada tenis.
”Tenis adalah pelajaran hidup bagi saya. Tenis telah membentuk karakter saya sebagai atlet dan manusia, melalui semua proses yang saya jalani. Itu sebabnya, membuat rekor tak lagi menjadi target utama,” tuturnya.
Djokovic juga bercerita tentang putra sulungnya, Stefan (5,5) yang mulai menyukai tenis. Stefan mulai bermain tenis dan menonton penampilan ayahnya langsung di stadion.
”Ternyata dia bisa menikmati pertandingan dengan tenang. Dia juga tahu Roger, Rafa, (Stefanos) Tsitsipas, dan (Dominic) Thiem. Tetapi, saya belum pernah bertanya siapa petenis favoritnya, mudah-mudahan saya,” canda Djokovic.
Nama-nama yang disebut Djokovic adalah para pesaing beratnya, terutama Federer dan Nadal. Persaingan ketiganya—yang dijuluki ”Big Three”—menempatkan mereka satu level di atas petenis lain.
Namun, di tengah persaingan itu, ketiganya berkomunikasi dengan baik. Mereka bahkan membentuk grup dalam aplikasi WhatsApp. ”Ya, kami punya grup. Kadang semua aktif, kadang tidak. Tetapi, saat ada yang aktif, yang lain pasti merespons,” kata Djokovic.
Pernyataan Djokovic tentang grup WhatsApp ”Big Three” itu pun ramai dipublikasikan media internasional. Mereka mencoba menebak nama grup itu dan apa yang diperbincangkan oleh ketiganya.
Djokovic sendiri tak banyak bercerita tentang obrolannya. Dia hanya mengatakan, grup itu adalah salah satu wujud pertemanan di balik persaingan ketat mereka. (AFP)