Klub Perancis, Olympique Lyon, harus menghadapi momok besarnya Juventus saat menjalani laga pertama babak 16 besar, Kamis dini hari WIB. Misi itu bakal kian sulit karena ”Les Gones” tidak bisa diperkuat Memphis Depay.
Oleh
M IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
LYON, SELASA — Tim raksasa Italia, Juventus, adalah momok bagi Olympique Lyon dan sang pelatihnya, Rudi Garcia. Keduanya tidak pernah menang atas Juve. Maka itu, duel kedua tim pada laga pertama babak 16 besar Liga Champions Eropa, Kamis (27/2/2020) pukul 03.00 WIB, menjadi momentum tepat Lyon dan Garcia menghapus kutukan ”Si Nyonya Besar”.
Garcia berpengalaman bertemu Juve ketika menangani AS Roma periode 2013-2016. Selama petualangannya di tim ibu kota Italia itu, Garcia lima kali menghadapi Juve. Hasilnya, mereka empat kali kalah dan hanya sekali mencuri poin atas ”Si Nyonya Besar”.
Setali tiga uang, dalam empat pertemuan dengan juara Italia itu, Lyon tiga kali kalah dan sekali imbang. Bahkan, dua dari tiga kekalahan itu terjadi di rumah mereka, yaitu Stadion Groupama, Perancis. Skor kekalahannya pun identik, 0-1.
Rekor buruk itu membuat Lyon membutuhkan penawar kutukan hasil buruk dari Juve. Namun, sayangnya, Garcia dipastikan tidak bisa mengeluarkan salah satu ”ramuan” andalannya, yaitu Memphis Depay. Penyerang sayap asal Belanda itu harus absen akibat cedera lutut.
”Jika mampu melaju ke babak selanjutnya, itu adalah capaian luar biasa bagi klub. Itu terutama karena kami harus bermain tanpa Depay, yang merupakan (Cristiano) Ronaldo milik kami,” kata Garcia, seperti dikutip Corriere dello Sport.
Untuk itu, Lyon akan bergantung kepada gelandang Houssem Aouar dan penyerang muda Moussa Dembele yang menjadi poros permainan sekaligus lumbung gol ”Les Gones”. Kolaborasi keduanya telah menghasilkan total 29 gol di semua kompetisi musim ini.
Di sisi lain, Garcia mengatakan, timnya harus bisa menunjukkan penampilan terbaik ketika melawan Juve. Lini pertahanan, ungkapnya, perlu memberi perhatian sepanjang 90 menit untuk menangkal sedini mungkin ancaman dari lini serang Juve yang dipimpin Cristiano Ronaldo.
Ia pun berharap pasukannya meniru permainan Atletico Madrid dan Borussia Dortmund yang bisa meraih kemenangan pada laga pertama babak 16 besar Liga Champions, pekan lalu. ”Saya katakan kepada semua orang di Lyon bahwa laga (kontra Juve) ini adalah tantangan, sebuah pertarungan sesungguhnya. Maka itu, kita perlu memiliki motivasi ekstra, Kami harus mencontoh Atletico Madrid dan Borussia Dortmund yang bisa menang dengan bertahan sekaligus menguasai bola dengan baik,” ucap Garcia yang mulai menangani Lyon sejak Oktober 2019.
Optimisme yang digelorakan Garcia itu disambut positif Presiden Lyon Jean-Michel Aulas. Ia yakin, pengalaman tiga tahun berkiprah di Liga Italia bisa menjadi modal berharga Garcia meredam Juventus. ”Dia telah bermain melawan Juventus beberapa kali selama menangani AS Roma di Italia. Pengalaman itu membuat dia terlihat seperti orang Italia sebab ramuan taktiknya menyerupai para pelatih dari Liga Italia,” ujar Aulas, seperti dikutip Tuttosport.
Selain kehilangan Depay, publik Lyon juga tengah diselimuti ”awan kelabu”. Kondisi ”Les Gones” yang masih terjebak di peringkat ke-7 Liga Perancis membuat para pendukungnya meradang. Melalui akun Facebook, kelompok pendukung fanatik Lyon, Bad Gones 1987, mengeluarkan surat protes yang ditujukan kepada Aulas.
”Kapan kebencian kita terhadap kekalahan akan pergi? Di mana hasrat kita untuk menang dan melihat Lyon bersinar? Kelihatannya, nilai-nilai klub untuk meraih kejayaan telah meninggalkan kita,” bunyi surat yang diunggah kelompok itu, Minggu (23/2).
Mengejar mimpi
Pada saat kondisi Lyon yang masih limbung, Juventus menatap laga di Lyon dengan penuh kepercayaan diri. Kemenangan atas SPAL di Liga Italia, akhir pekan lalu, memutus dua kekalahan beruntun pada laga tandang mereka.
Meskipun Pelatih Juventus Maurizio Sarri masih mencari bentuk permainan terbaik timnya di Liga Italia, mereka belum terkalahkan di Liga Champions musim ini. Dalam tiga pertandingan bermain di kandang lawan, Juventus meraih dua kemenangan dan sekali imbang.
Selain itu, Ronaldo tengah dalam kondisi terbaiknya setelah mencetak 11 gol beruntun di Liga Italia. Adapun di Liga Champions musim ini, pemain berjuluk ”CR7” itu telah menyumbangkan dua gol untuk Juve.
Bek Juve, Leonardo Bonucci, mengakui, timnya lebih difavoritkan melaju ke perempat final dibandingkan dengan Lyon. Namun, lanjutnya, kemenangan sesungguhnya harus dibuktikan di lapangan.
Liga Champions adalah sebuah mimpi. Terkadang, di dalam hidup, lebih baik mengejar mimpi untuk menjadi kenyataan dan melewatkan target.
Dukungan para pendukung Les Gones dan para pemain mudanya yang berambisi unjuk gigi patut diwaspadai Juve. ”Di Liga Champions, mental sangat memegang peranan untuk meraih hasil maksimal. Alhasil, kami harus berhati-hati,” ujar Bonucci dikutip L’Equipe.
Sarri menambahkan, pemenang Liga Champions tidak hanya tim terbaik, tetapi juga yang paling beruntung. Untuk sukses di Liga Champions, ungkapnya, Juve harus mampu menunjukkan permainan terbaiknya dan menghindari kesalahan sekecil apa pun pada babak gugur. Atas dasar itu, ia berharap timnya berkonsentrasi penuh untuk meraih kemenangan di Perancis.
”Target kami adalah scudetto (gelar juara Liga Italia). Adapun Liga Champions adalah sebuah mimpi. Terkadang, di dalam hidup, lebih baik mengejar mimpi untuk menjadi kenyataan dan melewatkan target,” ujar pelatih yang mengantarkan Chelsea meraih gelar Liga Europa musim lalu itu. (REUTERS)