Kemenpora Pastikan Pembinaan Terus Berlanjut walau Olimpiade Batal
Pemerintah memastikan pembinaan olahraga akan terus berjalan meskipun Olimpiade Tokyo 2020, ajang olahraga internasional terbesar tahun ini, ditunda atau sampai dibatalkan karena wabah virus korona.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Wabah virus korona yang berawal dari kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, kian merebak dan masuk pada masa genting secara global. Bahkan, sejumlah ajang olahraga ditunda, dipindah, hingga dibatalkan. Wabah ini juga mengancam penyelenggaraan Olimpiade Tokyo 2020 di Jepang, 25 Juli-8 Agustus. Di tengah isu itu, Kementerian Pemuda dan Olahraga memastikan pembinaan atlet di semua cabang olahraga akan tetap berlanjut walaupun akhirnya Olimpiade 2020 ditunda ataupun dibatalkan.
”Kami pastikan proses MOU bantuan anggaran bantuan pelatnas untuk induk cabang olahraga tahun ini akan terus berlanjut. Pemerintah memberikan anggaran bukan hanya untuk mengikuti suatu ajang, melainkan untuk keberlanjutan pembinaan atlet dan cabang olahraga. Olimpiade menjadi salah satu tolak ukur prestasi. Namun, kalau tidak ada Olimpiade, pembinaan harus tetap lanjut,” ujar Menpora Zainudin Amali di Jakarta, Kamis (27/2/2020).
Zainudin mengatakan, Kemenpora tetap terus berkoordinasi dengan kementerian terkait untuk memantau wabah korona, terutama dengan Kementerian Kesehatan. Mereka pun terus menghimpun informasi dari luar untuk memastikan bagaimana penyebaran virus tersebut, terutama otoritas penyelenggara Olimpiade.
Apabila pada akhirnya Olimpiade 2020 ditunda atau dibatalkan karena korona, Kemenpora akan mengikuti sepenuhnya keputusan tersebut. ”Kami berharap wabah korona bisa segera teratasi dan Olimpiade Tokyo tetap digelar. Namun, kalau keputusan terburuk terjadi dengan ditunda atau dibatalkannya Olimpiade itu, kami tentu akan menghormati keputusan tersebut. Sebab, ini bencana yang tidak pernah diperhitungkan dan kita semua harus memperhatikan keselamatan atlet maupun ofisial,” katanya.
Sebelumnya, Ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Raja Sapta Oktohari menuturkan, sampai saat ini, pihaknya belum menerima informasi apa pun dari IOC ataupun NOC Jepang mengenai wabah korona. Sejauh ini, agenda penyelenggaraan Olimpiade 2020 pun tetap sesuai rencana. Menggeser atau membatalkan Olimpiade 2020 akan menjadi kerugian besar untuk Jepang yang sudah menghabiskan banyak uang untuk memenangkan posisi tuan rumah hingga membangun infrastruktur.
Apalagi, Jepang pernah sekali kalah dalam pencalonan diri menjadi tuan rumah Olimpiade 2016. Saat itu, kekalahan tersebut menyebabkan kerugian materi mencapai Rp 1,6 triliun. ”Bisa dibayangkan, kalau Olimpiade kali ini ditunda atau dibatalkan, Jepang akan mengalami kerugian yang sangat besar. Padahal, mereka sudah sangat serius untuk menyelenggarakan Olimpiade tahun ini,” tuturnya.
Okto melanjutkan, otoritas olahraga dan kesehatan di Jepang meyakini, wabah korona segera berakhir pada musim panas mendatang. Mereka menduga virus itu tidak akan berkembang dalam suhu tinggi. Apalagi saat Olimpiade 2020 berlangsung pada Juli-Agustus, Jepang sedang berada pada puncak musim panas dengan suhu mencapai 37 derajat celsius. ”Mungkin saja, pada saat itu, virus itu tidak bisa berkembang atau mati,” ujarnya.
Kendati demikian, Okto mengutarakan, banyak ajang kualifikasi Olimpiade 2020 yang terganggu oleh wabah korona. Sejumlah kualifikasi ada yang ditunda ataupun dipindah ke tempat yang lebih kondusif. ”Namun, tidak ada kualifikasi yang sampai dibatalkan. Semuanya masih tetap dilaksanakan walau harus ditunda atau dipindah ke tempat lain, terutama yang digelar di wilayah China dan sekitarnya,” katanya.