Ketika Para ”Raksasa Lapangan” Menguasai Pertandingan
Para pemain ”raksasa” atau big man asing menunjukkan perannya di paruh musim reguler Liga Bola Basket Indonesia (IBL) 2020. Selain mencetak rebound sebanyak-banyaknya, para big man juga mumpuni sebagai pencetak skor.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dengan postur tinggi nan atletis seperti raksasa, pemain big man asing menunjukkan kuasanya di paruh musim reguler Liga Bola Basket Indonesia (IBL) 2020. Tak hanya menjadi pengoleksi rebound, para ”raksasa lapangan” ini juga menjalankan tugas sebagai mesin pencetak skor tim.
Pemandangan di daftar pencetak poin terbanyak IBL agak berbeda musim ini. Lima pencetak poin terbanyak liga yang biasa dikuasai para guard ataupun forward, justru didominasi tiga center asing, yakni Dior Lowhorn (Pelita Jaya Bakrie), Michael Glover (NSH Jakarta), dan Savon Goodman (Louvre Surabaya).
Peran sebagai mesin skor melengkapi tugas utama mereka sebagai pengambil rebound. Alhasil, mereka mendominasi IBL dengan rerata double-double setiap laga. Lowhorn memproduksi 28,8 poin per laga (ppg) dan 14 rebound per laga (rpg), Glover dengan 23,1 ppg dan 11,7 rpg, serta Goodman dengan 21,1 ppg dan 13,5 rpg.
”Permainan bola basket yang saya percaya, ringnya ada di atas. Jadi butuh pemain tinggi dan besar untuk bisa mendominasi di bawahnya. Itu yang saya percaya untuk bisa mendominasi permainan,” kata Pelatih Pelita Jaya Ocky Tamtelahitu, Kamis (27/2/2020), saat dihubungi.
Menurut Ocky, keberadaan pemain berpostur besar menambah kuat senjata dalam bertahan dan menyerang. Peran mereka masih sangat relevan di IBL. ”Bahkan peran itu masih sangat dibutuhkan di liga tertinggi seperti NBA,” jelas mantan pebasket nasional era 1990-an itu.
Ketiga center asing itu tidak hanya bertubuh tinggi, tetapi juga berbobot besar dengan massa otot tebal. Lowhorn setinggi 1,96 meter dengan berat 130 kg dan Glover setinggi 1,95 meter dengan berat 121 kg, memiliki bentuk tubuh gempal. Goodman yang tingginya sama seperti Lowhorn sedikit lebih atletis dengan berat 105 kg.
Paradigma basket modern sempat menghapus pentingnya keberadaan big man. Terutama setelah era keemasan tim NBA, Golden State Warriors, yang tiga kali menjuarai liga tanpa memakai center. Mereka mengandalkan tiga angka dengan transisi permainan cepat.
Lowhorn, Glover, dan Goodman membawa berkah bagi timnya. Pelita Jaya memuncaki klasemen sementara. Sementara itu, yang cukup mengejutkan, tim ”Kuda Hitam” NSH berada di peringkat kedua dan tim debutan Louvre bisa masuk ke tiga besar.
Pelatih Louvre Andika Saputra menjelaskan, Goodman tidak hanya membawa postur besar. Pemain yang membawa Stapac Jakarta juara musim lalu itu juga memiliki mobilitas tinggi dengan lari yang cukup cepat.
”Saya sudah suka sama dia sejak awal. Senang lari dan rajin defense. Pengaruhnya sangat besar musim ini untuk mendukung tim dan dua pemain asing lain juga,” kata Andika.
Di lain sisi, pengalaman juara Goodman sangat membantu Louvre berada dalam zona play off hingga paruh musim. Pemain yang bisa menempati posisi empat atau power forward itu menyesuaikan diri dengan cepat.
Kurang berjuang
Pelatih NSH AF Rinaldo ”Inal” meyakini, pengaruh big man, terutama Glover, di IBL sangat besar. Salah satunya karena pemain-pemain lokal berposisi serupa kurang mau berjuang melawan pemain asing.
”Big man lokal kita bukan yang dominan. Ukuran badan besar, tetapi tidak mau berjibaku. Cuma beberapa orang yang saya lihat mau berjuang. Karena itu, big man asing masih dominan di sini,” sebut pelatih yang baru menukangi NSH musim ini.
Inal, yang berposisi point guard saat masih menjadi pemain, menilai big man juga punya kelemahan, yaitu transisi. Dia menyiasati kelemahan itu dengan mengincar sebanyak mungkin offensive rebound. ”Biar lawan tidak bisa langsung transisi saat bola tidak masuk. Kami juga stop lawan yang membawa bola dengan menekan,” jelasnya.
Glover yang dominan dengan posturnya justru memercayai bahwa ukuran bukan suatu yang penting di dalam basket. Hal lebih penting menurut pemain berjuluk ”Optimus Prime” ini adalah agresivitas.
”Kamu bisa setinggi 6 kaki, 6,5 kaki atau lebih tinggi. Tetapi tidak, itu tidak penting. Kamu hanya butuh agresif dan hati untuk bisa bertarung sepanjang pertandingan. Itu jauh lebih penting daripada sebuah ukuran,” kata pemain yang pernah bermain di Liga Basket Filipina (PBA) tersebut.
Terbukti, Glover pernah membawa timnya menang dari Indonesia Patriots (tim nasional). Glover menjadi pemain terbaik dengan 39 poin, 12 rebound, dan 3 asis. Padahal dia dijaga raksasa lebih besar, center Patriots, yakni Lester Prosper dengan tinggi 2,09 meter.