Format baru Piala Davis mulai 2020 menciptakan persaingan antarzona. Petenis Indonesia selain Christopher ”Christo” Rungkat harus lebih kompetitif dan tidak hanya bergantung kepada Christo sebagai pemain kunci.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Untuk kelima kalinya sejak 2014, Tim Piala Davis Indonesia bertahan pada Grup II melalui jalan playoff dengan Christopher ”Christo” Rungkat sebagai kunci. Dalam format baru yang menciptakan persaingan antarzona, petenis Indonesia selain Christo harus lebih kompetitif.
Indonesia selamat dari bayang-bayang degradasi ke Grup III Zona Asia/Oseania setelah mengalahkan Kenya, 4-0, dalam playoff Grup Dunia II di Jakarta, 3-7 Maret. Christo dan David Agung Susanto, masing-masing, menyumbangkan kemenangan dari nomor tunggal dan ganda sebagai pasangan. Satu kemenangan lagi ditambah petenis debutan berusia 17 tahun, Gunawan Trismuwantara.
Keunggulan 2-0, dari Christo dan David, pada hari pertama dilengkapi duet keduanya saat tampil dalam ganda putra di Stadion Tenis Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (7/3/2020). Kemenangan atas Ismael Changawa Ruwa Mzai/Ibrahim Kibet Yego, 6-7 (2), 7-6 (6), 7-6 (3), menjadi penentu bertahannya Indonesia pada Grup Dunia II. Dalam laga keempat, Gunawan yang merupakan petenis yunior terbaik Indonesia menang atas Kevin Cheruiyot, 6-2, 6-4.
Play off dengan ancaman degradasi ke Grup III Asia/Oseania ini untuk kelima kalinya dijalani Indonesia sejak 2014. Berbeda dengan empat playoff sebelumnya yang dijalani di Grup II Zona Asia/Oseania, persaingan melawan Kenya terjadi pada Grup Dunia II.
Mulai 2020, Federasi Tenis Internasional (ITF) menggabungkan tim dari semua zona (Asia/Oseania, Amerika, Eropa, dan Afrika) di Grup I dan II dalam satu persaingan, seperti Grup Dunia yang saat ini menjadi Final Piala Davis. Adapun persaingan Grup III dan IV tetap berlangsung di masing-masing zona.
Dalam setiap kemenangan yang diraih dalam play off, ”Merah Putih” mengandalkan Christo sebagai pemain andalan, termasuk melawan Kenya. Meski telah memfokuskan diri bersaing pada nomor ganda dalam karier personalnya, Christo selalu dibutuhkan turun dalam tunggal dan ganda untuk Tim Davis Indonesia.
Keaktifan petenis berusia 30 tahun itu membuahkan penghargaan dari ITF atas dedikasinya, 23 kali tampil bagi Tim Davis Indonesia, sejak debut pada 2007. Christo mendapat ”Player Commitment Award” karena telah 20 kali tampil dalam Piala Davis kandang-tandang.
Di sisi lain, ini memperlihatkan ketergantungan Indonesia pada petenis peringkat ke-80 dunia ganda tersebut. Christo menyumbangkan 69 persen kemenangan (39 kali menang dari 56 laga), termasuk saat melawan Kenya.
David, yang hanya setahun lebih muda dari Christo, tak punya statistik bagus dalam Piala Davis. Dari 22 pertandingan sejak debut pada 2010, hanya 11 yang dia menangi (50 persen kemenangan). Anthony Susanto (23 tahun), yang tampil dalam Piala Davis sejak 2017, baru menang sekali dari lima pertandingan.
PP Pelti memang selalu memasukkan memasukkan 1-2 petenis muda dalam Tim Davis, seperti Gunawan pada tahun ini. Ada pula M Rifqi Fitriadi, Ari Fahresi, dan M Althaf Dhaifullah. Akan tetapi, petenis-petenis dalam rentang usia 18-21 tahun itu belum punya cukup bekal untuk menjadi andalan.
Kurang kompetisi
Petenis-petenis putra Indonesia, selain Christo, memiliki kekurangan yang sama, yaitu sangat minim mengikuti turnamen internasional. David, misalnya, hanya tampil dalam 11 pertandingan (5 turnamen) pada 2019. Adapun Rifqi hanya empat kali bertanding dalam tiga turnamen.
Jumlah itu sangat jauh dari yang dikatakan Christo sebagai jumlah ideal bagi petenis. ”Atlet itu berkembang dalam turnamen. Kita bisa melihat petenis Thailand sebagai perbandingan. Level mereka lebih tinggi dari Indonesia. Idealnya, petenis harus bisa mengikuti 70-80 pertandingan dalam setahun. Dengan mengikuti turnamen, mereka pun bisa lebih kompetitif. Ini yang harus dilakukan petenis Indonesia,” katanya.
Untuk mencapai tahap itu, di hadapan ”adik-adiknya” dalam konferensi pers setelah melawan Kenya, Christo mengatakan, setiap atlet harus memiliki target pribadi. ”Rifqi, misalnya, bisa menetapkan target masuk peringkat 1.000. Gunawan juga harus punya target,” kata Christo.
Christo, yang akan tampil dalam turnamen ATP Challenger Lille, Perancis, 23-29 Maret, setelah Piala Davis juga mengingatkan pentingnya menjaga kedisiplinan di dalam dan luar lapangan sebagai atlet. Gaya hidup mereka, seperti disiplin dalam menjaga makanan dan kondisi tubuh, akan menjadi modal mengikuti rangkaian turnamen internasional. ”Tongkat estafet kan harus berlanjut. Merekalah yang akan menerimanya dari saya,” ujar Christo.
Ketua Umum PP Pelti Rildo Ananda Anwar berjanji membantu petenis-petenis muda mengikuti turnamen dengan level yang tepat yang bisa mereka ikuti. Ini karena petenis Indonesia tak memiliki peringkat internasional yang bagus untuk mengikuti level tinggi. David, satu-satunya yang memiliki peringkat ATP berada pada posisi ke-1346.