RB Leipzig mencatat sejarah baru setelah lolos ke babak perempat final Liga Champions. Mereka kini menjadi ancaman bagi klub-klub elite Eropa yang lebih berpengalaman.
Oleh
D HERPIN DEWANTO PUTRO
·4 menit baca
LEIPZIG, RABU - Usia muda dan minimnya pengalaman tidak menghalangi RB Leipzig untuk terus bersinar di ajang Liga Champions. Klub ini baru terbentuk pada 2009 dan diasuh pelatih Julian Nagelsmann yang baru berusia 32 tahun. Namun, mereka mengalahkan finalis musim lalu, Tottenham Hotspurs, 3-0, di Stadion Red Bull Arena, Leipzig, Rabu (11/3/2020) dini hari WIB.
Leipzig melaju ke babak perempat final untuk pertama kalinya setelah menyingkirkan Spurs dengan keunggulan agregat gol, 4-0. Pada laga pertama babak 16 besar yang berlangsung tiga pekan lalu di London, Leipzig menang, 1-0, berkat tendangan penalti Timo Werner.
Melalui kesuksesan ini, Leipzig mendobrak tradisi bahwa Liga Champions hanya bisa diikuti klub-klub besar dan berpengalaman panjang. Leipzig bisa membuktikan, mereka yang masih muda bisa tampil lebih baik.
Momen yang menggambarkan jarak lebar antara usia dan pengalaman kedua tim begitu terasa ketika Nagelsmann beradu lengan dengan manajer Spur, Jose Mourinho, usai laga kemarin. Setelah virus korona mewabah di Eropa, UEFA meniadakan tradisi jabat tangan sebelum maupun usai laga.
Momen singkat itu seperti penobatan Nagelsmann sebagai salah satu pelatih muda terbaik di Eropa. Sejak melatih Hoffeinheim pada 2016, Naggelsmann sudah dijuluki ”mini Mourinho” karena dianggap punya gaya yang mirip. Malam kemarin, Nagelsmann akhirnya berhasil mengalahkan Mourinho yang asli.
Nagelsmann baru berusia 16 tahun ketika Mourinho meraih trofi Liga Champions bersama Porto pada tahun 2004. Sejak itu, Mourinho masuk jajaran manajer elite di Eropa, kembali meraih trofi Liga Champions bersama Inter Milan, dan merebut trofi Liga Europa bersama Manchester United.
Meski masih ”bau kencur”, Nagelsmann mampu menjadikan Leipzig sebagai kuda hitam di Liga Champions musim ini. ”Penampilan kami (di Liga Champions) lebih baik daripada penampilan kami di Liga Jerman,” kata Nagelsmann.
Penampilan Leipzig di Liga Jerman tidak seburuk yang dikatakan Nagelsmann. Mereka masih berada di peringkat ketiga, terpaut lima poin dari Bayern Muenchen yang berada di puncak klasemen. Masih ada peluang bagi mereka menggusur Borussia Dortmund yang berada di peringkat kedua.
Bisa bersaing ketat di papan atas Liga Jerman sudah merupakan keajaiban bagi Leipzig. Setelah terbentuk pada 2009, mereka memulai perjalanan dari kasta terbawah dan terus mendapatkan promosi hingga sampai ke Bundesliga, liga kasta teratas di Jerman. Hanya dalam waktu satu dekade, mereka sudah bisa menembus babak perempat final Liga Champions.
”Malam ini terasa menyenangkan. Saya akan sulit tidur karena masih memikirkan kemenangan ini,” kata kapten Leipzig, Marcel Sabitzer, yang mencetak dua gol malam itu. Ia menjadi pemain Austria pertama yang mencetak dua gol dalam satu laga pada babak fase gugur Liga Champions.
Sabitzer membobol gawang Spurs ketika laga baru berjalan 10 menit. Gol itu adalah hasil dari kerja keras Leipzig untuk menekan Spurs, yang sedang pincang karena sebagian besar pemain pilar cedera.
Spurs dalam dua laga kontra Leipzig tidak diperkuat dua penyerang utama, Harry Kane dan Son Heung-min. Kane mengalami cedera hamstring sejak Januari dan Son patah tulang lengan kanan tiga pekan lalu. Spurs juga kehilangan pemain penting seperti Ben Davies, Moussa Sissoko, dan Davinson Sanchez.
Mourinho sebenarnya masih punya gelandang mahal yang dibeli Spurs musim panas lalu, yaitu Tanguy Ndombele. Namun, Mourinho kecewa dengan penampilan Ndombele saat Spurs ditahan imbang Burnley, 1-1, pada Liga Inggris, akhir pekan lalu. Mourinho pun membiarkan Ndombele duduk di bangku cadangan sepanjang laga melawan Leipzig.
”Kami saat ini punya masalah sangat besar. Kami tidak punya penyerang dan kami tidak bisa melukai lawan,” kata Mourinho. Spurs malam itu, kata Mourinho, tidak tampak seperti sebuah tim sungguhan melainkan sekumpulan pemain yang sekadar bermain bola.
Tanpa trofi
Kekalahan dari Leipzig itu pun memperburuk musim Spurs dan Mourinho musim ini. Mereka tidak lagi punya peluang meraih trofi setelah gagal di Piala Liga Inggris, Piala FA, dan tidak mungkin juara di Liga Inggris. Spurs saat ini terdampar di peringkat kedelapan dengan 41 poin.
Wajar bila para pemain Spurs sangat terpukul. Penyerang Spurs, Lucas Moura, sampai menangis begitu wasit meniup peluit panjang. Mourinho pun menghampiri lalu memeluknya.
Padahal musim lalu, Moura adalah pahlawan dengan mencetak tiga gol saat Spurs menyingkirkan Ajax pada babak semifinal. Waktu itu, Spurs masih solid dan diperkuat gelandang serang kreatif seperti Christian Eriksen yang kini sudah pindah ke Inter Milan.
Spurs saat itu bisa menghentikan laju Ajax sebagai tim berisikan para pemain muda dan menjadi kuda hitam. Musim ini mereka juga bertemu kuda hitam yang mirip Ajax, yaitu Leipzig. Namun, mereka gagal karena kehilangan keseimbangan.
Fokus Spurs kini adalah memperbaiki posisi di klasemen Liga Inggris agar bisa merebut tiket ke kompetisi Eropa musim depan, minimal ke Liga Europa. Spurs saat ini masih tertinggal empat poin dari Manchester United yang berada di posisi kelima.
Tugas Mourinho tidak mudah karena Spurs tidak mampu menang dalam enam laga terakhir di semua kompetisi. Dari enam laga itu, mereka sudah kalah sebanyak lima kali.
Hal terpenting bagi Mourinho adalah memperbaiki mental para pemainnya yang hancur. ”Kami tahu ini musim yang buruk dan kami tidak bisa sembunyi. Namun, kami harus berusaha bangkit,” kata gelandang serang Spurs, Dele Alli. (AP/AFP/REUTERS)