Kumpulan bintang Paris Saint-Germain memberikan pelajaran bagi ”anak ajaib” Borussia Dortmund. ”Die Borussen” harus angkat koper di babak 16 besar Liga Champions Eropa setelah kalah agregat 2-3 dari tuan rumah PSG.
Oleh
M IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
PARIS, KAMIS — Kekalahan Borussia Dortmund atas Paris Saint-Germain (PSG) di babak 16 besar Liga Champions Eropa membuktikan bintang muda ”Die Borrusen” masih perlu mematangkan diri untuk bersaing di level elite ”Benua Biru”. Dua gol yang bersarang ke gawang Roman Burki dalam laga di Stadion Parc des Princes, Paris, Kamis (12/3/2020) dini hari WIB, cukup mengantarkan sang tuan rumah melaju ke perempat final setelah selalu gagal di tiga edisi terdahulu.
Seperti di laga pertama di Jerman, PSG bermain menekan sejak menit awal. Pelatih ”Les Parisiens” Thomas Tuchel menurunkan Neymar, Angel Di Maria, dan Pablo Sarabia untuk menemani penyerang tunggal Edinson Cavani. Sementara itu, Kylian Mbappe memulai laga dari bangku cadangan setelah menderita demam dalam dua hari terakhir.
Di lini tengah, Tuchel menurunkan Leandro Paredes untuk menutup pos gelandang, Marco Veratti, yang harus absen akibat akumulasi kartu kuning. Paredes dan Idrisse Gueye memberikan keseimbangan bagi PSG, terutama untuk meredam sejak dini aliran bola kepada trio lini depan Dortmund yang diisi Thorgan Hazard, Erling Haaland, dan Jadon Sancho.
Dalam 30 menit pertama, PSG memaksa Dortmund untuk bertahan di zona pertahanan sendiri. Hanya Haaland yang bisa bergerak melewati garis tengah lapangan.
Sebuah sepak pojok yang dieksekusi Di Maria pada menit ke-28 mampu ditanduk Neymar yang lolos dari kawalan Achraf Hakimi. Itu adalah gol pertama Neymar bagi PSG di Parc des Princes pada babak gugur Liga Champions sejak bergabung ke tim itu pada 2017.
Meskipun telah unggul agregat gol tandang, Neymar dan kolega tetap menyimpan rasa penasaran untuk menambah pundi gol. Hasilnya, di pengujung paruh pertama, dari sebuah serangan balik yang diinisiasi Di Maria dari lini tengah, bola diberikan kepada Sarabia yang berada di sisi kanan, lalu bola diarahkan langsung ke kotak penalti Dortmund. Bek sayap, Juan Bernat, yang berada di jantung pertahanan Die Borussen tanpa kesulitan mengubah arah bola untuk mengecoh Burki.
Pelatih Borussia Dortmund Lucien Favre menyatakan, anak asuhannya kesulitan meredam tekanan yang diberikan PSG di awal laga. Menurut dia, dua gol PSG seharusnya bisa diantisipasi dengan baik oleh lini belakang Dortmund karena berawal dari ketidakmampuan pemain bertahan menutup ruang gerak pemain tuan rumah.
”Gol pertama yang diawali sepak pojok menunjukkan kesalahan kami. Kemudian, untuk gol kedua, seharusnya kami bisa bertahan lebih baik,” ujar mantan pelatih tim Perancis, Nice, itu, seusai laga tersebut.
Di babak kedua, Favre telah mengintruksikan anak asuhannya bermain menyerang. Namun, kekokohan lini belakang Les Parisiens yang diisi oleh Marquinhos dan Presnel Kimpembe sulit ditembus oleh pemain Dortmund.
Meskipun coba menekan tuan rumah, Favre menilai, anak asuhannya kurang menampilkan keputusan final yang tepat ketika meramu serangan sehingga tidak berhasil membongkar pertahanan PSG. ”Kami bermain dengan garis (pertahanan) tinggi di paruh kedua, tetapi kesulitan menemukan ruang untuk menghasilkan peluang,” katanya.
Alhasil, Favre berharap pengalaman dari laga ini bisa menjadi pelajaran untuk menyelesaikan musim ini, terutama untuk fokus menjaga persaingan di Liga Jerman. Saat ini, Dortmund berada di urutan kedua Liga Jerman dan terpaut empat poin dari pemuncak klasemen, Bayern Muenchen.
Selama pertandingan itu, PSG sukses mengantisipasi variasi serangan Dortmund yang dominan berasal dari kedua sisi sayap. Hasilnya, pemain Dortmund gagal memberikan pelayanan terbaik bagi Haaland yang selalu diikuti oleh Kimpembe di sepanjang laga.
Lambat bertransisi
Sang pencetak dua gol di pertemuan pertama itu hanya menyentuh bola 20 kali dan tidak sekalipun melakukan tendangan ke gawang selama 90 menit. ”Kami paham sejak awal bahwa pertandingan akan sulit, tetapi kami tidak bermain dengan baik,” ucap Haaland.
Menurut legenda Jerman, Lothar Matthaus, Dortmund terlalu lambat dalam melakukan transisi dari bertahan ke menyerang. Permainan bertahan yang terlalu rendah sepanjang 70 menit awal menyulitkan Die Borussen untuk memberikan serangan yang merepotkan PSG.
”Mereka gagal menemukan ruang di lini pertahanan PSG. Di sisi lain, permainan dari sisi sayap mereka juga kurang memberikan pengaruh,” kata mantan kapten tim nasional Jerman itu kepada Sky Deutschland.
Secara statistik laga itu berjalan imbang dengan persentase 50:50 untuk penguasaan bola. PSG melakukan empat tendangan yang mengarah ke gawang, sedangkan Dortmund hanya mampu menciptakan dua tendangan yang mengarah ke kiper PSG, Keylor Navas.
Bernat, yang dinobatkan sebagai pemain terbaik dalam pertandingan itu, menuturkan, permainan yang baik di awal laga serta kemampuan meredam serangan Dortmund menjadi kunci kemenangan PSG di laga itu. ”Sambutan dan keriuhan yang kami dengar (dari pendukung) ketika tiba di stadion memberikan kami kekuatan,” kata Bernat.
Tanpa penonton
Untuk laga itu, otoritas kepolisian Paris mengeluarkan maklumat agar pertandingan dilangsungkan tanpa penonton. Meski begitu, ribuan pendukung Les Parisiens tetap berkumpul di luar stadion. Dalam beberapa kesempatan, yel-yel, nyanyian, dan teriakan mereka terdengar hingga ke dalam stadion.
Otoritas kepolisian Paris mengeluarkan maklumat agar pertandingan dilangsungkan tanpa penonton. Meski begitu, ribuan pendukung ’Les Parisiens’ tetap berkumpul di luar stadion. Dalam beberapa kesempatan, yel-yel mereka terdengar hingga ke dalam stadion.
Marquihos mengatakan, mental juara yang dimiliki PSG telah terlihat dalam laga kedua melawan Dortmund. Hal itu, katanya, harus dipertahankan agar mampu bersaing lebih jauh di kompetisi antarklub paling bergengsi di dunia itu.
”Kami harus terus mempertahankan kekuatan mental ini. Kami memiliki karakter untuk melalui pertandingan selanjutnya,” kata bek berkebangsaan Brasil itu.
Keberhasilan menyingkirkan Dortmund membuat PSG untuk pertama kali melaju ke babak delapan besar sejak 2016. (REUTERS)