Panggung Olahraga Tersandera Korona
Satu per satu panggung olahraga dunia terhenti sejenak menyusul pandemi Covid-19 yang terus meluas, bahkan mulai menjangkiti banyak atlet ternama.
Satu per satu panggung olahraga dunia terhenti sejenak menyusul pandemi Covid-19 yang terus meluas, bahkan mulai menjangkiti banyak atlet ternama. Walaupun pahit, rehat sejenak dibutuhkan guna mencegah penularan masif sekaligus menanti pulihnya olahraga dunia dari ”luka” oleh virus korona baru.
MELBOURNE, JUMAT — Suasana janggal terlihat di kawasan Sirkuit Albert Park, Melbourne, Australia, Jumat (13/3/2020) pagi. Tidak terdengar raungan mesin v6 hibrida meski tim-tim Formula 1 telah sibuk menyiapkan mobil-mobil baru mereka di garasi masing-masing.
Dua jam menjelang latihan resmi pertama di seri perdana F1 2020 itu, Federasi Balap Mobil Internasional (FIA) mengeluarkan keputusan penting. Balapan F1 di Australia itu dibatalkan, start balapan musim 2020 pun ditunda hingga setidaknya Mei mendatang.
Keputusan mendadak itu tidak terlepas dari temuan kasus positif Covid-19 pada salah seorang anggota kru tim F1, Mclaren. Tim asal Inggris itu lantas menarik diri dari balapan di Australia, Kamis malam. Keputusan itu diapresiasi positif Lewis Hamilton, pebalap juara bertahan dari tim Mercedes.
Ia sempat khawatir penyelenggara nekat memaksakan seri perdana F1 musim 2020 itu di tengah pandemi Covid-19. Ia bahkan sempat menyindir, ”uang adalah raja”. ”Menyedihkannya, ini (dibatalkannya F1 seri Australia) adalah langkah tepat. Tidak seorang pun tahu kita berurusan dengan apa saat ini. Realitasnya, ini (pandemi Covid-19) sangat serius. Orang-orang sekarat setiap hari, banyak yang sakit. Jika pun tidak sakit, banyak orang terdampak oleh ini secara finansial dan emosional,” ujar Hamilton dikutip Crash.
Belum diketahui pasti kapan F1 musim baru ini akan resmi bergulir seusai dibatalkan seri Australia itu. ”Formula 1 dan FIA berharap memulai kejuaraan di Eropa pada akhir Mei. Tetapi, dengan peningkatan tajam kasus Covid-19 di Eropa dalam beberapa hari ini, itu akan rutin ditinjau ulang,” bunyi pernyataan Formula 1, Jumat (13/3/2020) malam WIB.
Balapan F1 di Melbourne menjadi ”korban” terbaru dari pandemi Covid-19, penyakit yang dipicu virus korona baru (SARS-CoV-2). Hingga Jumat malam, 134.300 orang dari 131 negara dan teritorial khusus telah terjangkit virus itu. Sebanyak 5.043 orang di antaranya tewas. Akibat wabah Covid-19, Federasi Sepak Bola Inggris (FA), kemarin sore, juga menghentikan sementara seluruh kompetisi domestik di negara itu, termasuk Liga Premier Inggris, mulai akhir pekan ini hingga 3 April mendatang.
Keputusan diambil setelah rapat darurat FA bersama otoritas liga profesional Inggris, yaitu Premier League (EPL) dan English Football League (EFL). Rapat melalui sambungan video jarak jauh tersebut juga ”dihadiri” perwakilan klub di liga sepak bola profesional negara itu. ”Klub-klub disarankan untuk menghentikan seluruh aktivitas kepentingan yang melibatkan pemain, kunjungan ke pusat latihan, dan pertemuan pendukung,” bunyi keterangan FA.
Langkah Inggris
Penghentian kompetisi itu merupakan langkah FA untuk mendukung upaya Pemerintah Inggris mengatasi pandemi Covid-19. Para pengelola klub diminta fokus ke kesehatan pemain, staf, ataupun suporter. ”Kesehatan harus diutamakan,” ucap Direktur Komunikasi EFL Mark Rowan kepada Sky Sport.
Keputusan tegas itu diambil hanya beberapa jam seusai kabar bahwa Manajer Arsenal Mikel Arteta positif terjangkit Covid-19. Hal serupa dialami bintang muda Chelsea, Callum Hudson-Odoi, yang menderita demam sejak Senin lalu. Akibatnya, semua pemain dan staf pelatih ”The Blues” melakukan isolasi diri selama dua pekan. Hal serupa dilakukan Arsenal.
Para pemain dan staf tim itu juga melakukan tes Covid-19 dan isolasi diri karena melakukan kontak dengan pemilik klub Olympiakos, Evangelos Marinakis, yang juga positif Covid-19. Akibat isolasi itu, Arsenal harus menunda laga kontra Manchester City, Kamis (12/3). Meskipun situasi di timnya kini tidak mengenakkan, Arteta optimistis masalah pandemi itu bisa dilewati. ”Saya langsung melakukan tes setelah merasa tidak enak (badan). Saya akan bekerja seperti biasanya secepatnya jika sudah dibolehkan,” kata Arteta di situs Arsenal.
Kebijakan isolasi itu juga diterapkan tim-tim Liga Premier Inggris lainnya, seperti Everton, Watford, Bournemouth, West Ham United, dan Leicester City. Hal itu dilakukan karena para pemain mereka juga menunjukkan gejala terinfeksi korona baru. Meskipun begitu, langkah FA dan pengelola liga sepak bola setempat dinilai terlalu lambat. Hingga kemarin, sejumlah klub Inggris, seperti Manchester United, tetap diizinkan menjalani laga, yaitu kontra LASK di babak 16 besar Liga Europa, meski tanpa penonton.
”Kalian tidak boleh main-main dengan masalah ini (pandemi Covid-19). Apa harus menunggu ada manajer yang terinfeksi baru mereka bertindak? Sungguh kepemimpinan yang memalukan,” tutur Gary Neville, mantan bek MU menyampaikan unek-uneknya di Twitter. Sebelum Inggris, liga-liga sepak bola di Eropa lainnya, seperti Italia dan Spanyol, telah lebih dulu dihentikan menyusul tidak terkendalinya wabah Covid-19.
Di Liga Italia, ditemukan juga setidaknya tiga pemain positif Covid-19, yaitu Paulo Dybala dan Daniele Rugani dari Juventus serta Manolo Gabbiadini (Sampdoria). Situasi itu memaksa bintang Juve, Cristiano Ronaldo, memilih pulang sejenak dan mengisolisasi diri di kampung halamannya, Madeira, Portugal.
Menurut The Sun, peraih lima gelar Ballon d’Or atau pesepak bola terbaik sejagat itu menolak kembali ke Italia hingga pandemi Covid-19 terkendali. Sementara itu, Presiden Asosiasi Pesepak Bola Italia Damiano Tommasi mendesak otoritas sepak bola Eropa (UEFA) mempertimbangkan penundaan Piala Eropa 2020. Menurut dia, panggung akbar sepak bola di ”Benua Biru” yang sedianya digelar Juni mendatang itu sebaiknya ditunda hingga tahun depan.
Menurut dia, situasi tahun ini tidak kondusif untuk menggelar turnamen sepak bola yang bisa mendatangkan jutaan penonton itu. Penundaan Piala Eropa 2020 juga penting untuk mengakomodasi klub-klub ataupun liga-liga di Eropa yang terpaksa menghentikan kompetisi selama dua hingga tiga pekan. Kompetisi di Eropa, termasuk Liga Champions, biasanya berakhir Mei.
Jika ditunda, itu bisa molor hingga pertengahan Juni. Maka itu, adalah hal yang realistis untuk menggeser Piala Eropa ke tahun 2021 mendatang. Saat ini, UEFA baru memutuskan menunda empat laga di babak 16 besar Liga Champions dan 10 lainnya di Liga Europa. Mayoritas laga itu semestinya digelar pekan depan. Mengenai Piala Eropa, itu baru akan dibahas pada rapat darurat UEFA, 17 Maret mendatang.
Era kegelapan
Virus korona baru memang tidak mengenal batas geografi, ras, kasta, apalagi cabang olahraga. Di ajang NBA, dua pebasket, yaitu Rudy Gobert dan Donovan Mitchell dari Utah Jazz, positif terjangkit Covid-19. Ajang olahraga yang menghasilkan 8 miliar dollar AS atau setara Rp 116 triliun pada musim lalu itu lantas dihentikan sementara hingga waktu yang belum pasti.
Menurut Mike Vaccaro, jurnalis New York Post, virus korona telah menghadirkan zaman kegelapan yang tak pernah terjadi sebelumnya di basket NBA. Ajang basket ternama dunia itu berkali-kali diguncang bencana hingga tragedi seperti gempa bermagnitudo 7,1 di California, tahun lalu; serta tewasnya legenda olahraga itu, Kobe Bryant, Januari lalu.
Namun, kemalangan itu semua tidak sampai menjauhkan penggemar NBA dari atlet hingga dihentikannya NBA tanpa waktu jelas. ”Kamis, 12 Maret, adalah hari saat olahraga telah mati atau paling tidak berhibernasi. Pertama, jangkauan media dibatasi. Lalu, penonton dilarang (menonton). Kini, itu dihentikan,” ungkap Vaccaro dalam kolomnya di NYP.
Pertunjukan olahraga yang menghibur, seperti NBA, semestinya menjadi ”penawar” lara dan kecemasan di tengah kekalutan penduduk global akan Covid-19. Namun, panggung yang menghibur itu pun kini ditutup sementara.
Para aktornya alias atlet pun tidak kalah cemasnya dengan para penonton, Meskipun demikian, Vaccaro menilai, penutupan itu merupakan langkah positif. ”Itu setidaknya dilakukan untuk kebaikan kita. Otoritas olahraga di Amerika Serikat akhirnya memahami mereka harus mengambil langkah besar,” katanya.
Upaya di Indonesia
Di Tanah Air, langkah bijak serupa dilakukan sejumlah operator kompetisi, salah satunya di Liga Bola Basket Indonesia (IBL). Penyelenggara memutuskan menghentikan sementara kompetisi IBL Pertamax musim 2020 satu jam menjelang laga pertama seri ketujuh di Malang, kemarin.
Direktur Utama IBL Junas Miradiarsyah mengatakan, penundaan kompetisi musim 2020 itu diambil karena melihat situasi dalam negeri yang semakin tidak kondusif akibat pandemi tersebut. Keputusan itu menimbang unsur keselamatan dan kesehatan pemain, baik fisik maupun mental. Hal serupa dipertimbangkan baik untuk staf maupun penonton.
Penundaan dilakukan seusai berkomunikasi dengan tiap-tiap tim, sponsor, serta Kementerian Pemuda dan Olahraga. ”Pasti ada konsekuensi material ataupun nonmaterial. Tetapi, risikonya semakin besar jika dipaksakan. Jangan sampai potensi kerugiannya lebih besar lagi. Kami tidak mau sudah ada kejadian dan korban baru mengambil tindakan,” kata Junas saat dihubungi dari Jakarta.
Penundaan itu didukung tim-tim IBL. Dalam pernyataan resminya, Satria Muda Pertamina menyatakan, keselamatan pendukung, staf, dan para pemain merupakan prioritas utama mereka. ”Ini demi keamanan bersama, bukan pemain saja. Ini bentuk kepedulian kepada semua,” ungkap Pelatih Satya Wacana Efri Meldi ikut mengapresiasi IBL.
Penundaan kompetisi itu menjadi langkah yang berani saat kompetisi dari cabang olahraga lain di Tanah Air, seperti kompetisi sepak bola Liga 1 Indonesia, terus bergulir, bahkan dengan penonton. Keputusan IBL itu pun dipuji Staf Ahli Bidang Desentralisasi Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Pattiselanno Roberth Johan.
”Saya kira, itu kebijakan yang sangat baik. Sangat bijaksana dari pengelola IBL. Kami tidaklah bisa memutuskan menghentikan aktivitas. Itu semua kembali ke yang punya kompetisi,” ujarnya. Pattiselanno mewakili Kemenkes dalam rapat bersama Kemenpora dan cabang olahraga terkait jalannya kompetisi di tengah Covid-19 pada Jumat.
Di rapat itu, Menpora Zainudin Amali menyatakan menyerahkan keputusan penundaan kompetisi atau kegiatan olahraga ke tiap-tiap cabang. Namun, Pattiselanno mengingatkan, penularan virus korona baru bisa terjadi di mana saja, apalagi pada acara-acara olahraga.
”Event olahraga diimbau seminimal mungkin dalam mengumpulkan orang. Ini yang harus kita minimalkan karena bisa terjadi penularan untuk orang banyak. Kami sudah sampaikan ke Menpora. Dan, keputusan itu diserahkan ke setiap cabang. Itu bukanlah wewenang kami,” tambahnya.
Sementara itu, di cabang atletik, hadirnya pandemi Covid-19 dianggap telah mengacaukan program para atlet cabang ini menuju Olimpiade Tokyo 2020. Sejumlah kejuaraan regional yang dijadikan persiapan dan ajang kualifikasi Olimpiade Tokyo dibatalkan akibat wabah penyakit tersebut.
Meski demikian, pelari gawang 100 meter, putri Emilia Nova, coba mengambil hikmahnya. Setidaknya, ia bisa mendapatkan waktu latihan lebih panjang dan optimal. ”Tahun lalu saya banyak bergelut dengan cedera sehingga tidak punya waktu berlatih lintasan dengan optimal,” katanya.
(ANG/KEL/SAN/DRI/DIA/IYA/JON)