Kepercayaan diri ”The Kop” yang begitu besar bahwa Liverpool akan juara kini menjadi keraguan setelah Liga Inggris dihentikan sementara. ”The Kop” merasa cemas karena trofi yang ditunggu 30 tahun terancam hilang.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
LIVERPOOL, SABTU — Pekan lalu, sudut-sudut kota dijejali dengan nyanyian pendukung Liverpool atau ”The Kop”, ”sekarang kalian akan percaya. Kami segera menjuarai liga”. Kepercayaan diri besar itu kini berbalik seketika menjadi keraguan setelah Liga Inggris dihentikan sementara.
Liga Inggris ditunda hingga 3 April 2020 sebagai antisipasi pencegahan pandemi Covid-19. Melihat perkembangan pandemi, penundaan berpotensi menjadi pembatalan musim 2019/2020. Sky Sports menyebutkan, kemungkinan 75 persen musim akan dihentikan total.
Potensi pembatalan ini membingungkan bagi Liverpool yang sudah unggul 25 poin dengan 9 pekan tersisa. Mereka hanya membutuhkan dua kemenangan lagi untuk menuntaskan dahaga juara selama tiga dekade.
”The Kop” penuh rasa cemas karena trofi yang sudah di depan mata terancam hilang. Seperti dikabarkan Telegraph, tidak ada landasan yang mengatur jika liga dihentikan tiba-tiba.
Spekulasi pun beterbangan. Petinggi West Ham, Karren Brady, mengusulkan hasil musim ini untuk dibatalkan. ”Bagaimana jika liga tidak bisa diselesaikan? Satu-satunya yang adil dan masuk akal adalah mendeklarasikan satu musim ini batal dan tidak berlaku,” katanya.
Jika itu terjadi, perjalanan ”Si Merah” akan berujung antiklimaks. Rekor 27 menang dari 29 pertandingan hanya akan menguap begitu saja. Pembatalan musim itu tentu menambah panjang paceklik gelar mereka yang terakhir juara pada 1989/1990.
Tidak terima, seniman lokal Inggris yang merupakan pendukung Liverpool, Neil Atkinson, menyebut usulan Brady tidak masuk akal. ”Itu adalah hal yang konyol dan tidak sepantasnya untuk ditanggapi serius,” katanya.
Sebagai ”The Kop”, Atkinson melihat timnya sudah jelas akan menjuarai musim ini seandainya liga dilanjutkan. Karena itu, akan sangat tidak adil jika perjalanan emosional Liverpool tidak diganjar dengan sebuah trofi.
Kebingungan juga diungkapkan mantan bek Liverpool, Jamie Carragher. Dia mengatakan, pembatalan akan membuat banyak keganjilan yang akan mengganggu musim berikutnya.
”Anda tidak dapat memulai musim depan sampai musim ini selesai. Kapan pun itu. (Jika) tidak ada pemenang gelar, siapa yang masuk Liga Champions musim depan?” kata Carragher.
Skema pembatalan liga yang diberitakan The Telegraph bisa sedikit menenangkan ”The Kop”. Dalam berita itu, mayoritas pihak klub menyetujui jika gelar juara diberikan kepada Liverpool. Sementara itu, tidak akan ada degradasi agar adil. Di musim depan, liga akan berlangsung dengan 22 tim atau 2 tim tambahan dari divisi bawah.
Penulis di situs Liverpool, Joel Rabinowitz, melihat, keselamatan jiwa orang banyak memang penting. Namun, sepak bola juga masih penting karena membawa arti dan kebahagian untuk jutaan orang serta banyak pekerjaan yang bergantung padanya.
”Sejujurnya, tidak ada yang tahu bagaimana ini semua berakhir. Dari perspektif Liverpool, musim paling luar biasa dalam hidup kami berpotensi menjadi kehampaan. Bayangkan bagaimana rasanya bagi para pemain (dan staf pelatih) yang berjuang selama tujuh bulan terakhir untuk mewujudkannya,” tulis Rabinowitz.
Pesan Klopp
Di tengah harap-harap cemas pendukung Liverpool, sang Manajer Juergen Klopp coba menenangkan situasi. Klopp mengirimkan pesan yang diumumkan melalui situs resmi klub pada Jumat.
Penundaan liga menurut pelatih berusia 52 tahun ini merupakan keputusan terbaik saat ini. Dia meminta semua pihak lebih baik fokus pada keselamatan jiwa dibandingkan sepak bola ataupun sebatas gelar juara.
”Saya sudah mengatakan sebelumnya, sepak bola selalu tampak sebagai yang terpenting dari hal yang tidak penting. Hari ini, sepak bola dan pertandingan sepak bola benar-benar tidak penting sama sekali,” kata pelatih asal Jerman tersebut.
Tentu saja, kata Klopp, kami tidak ingin kompetisi dibekukan. ”Tetapi jika itu membantu menyelamatkan satu individu untuk tetap sehat, hanya satu saja, tidak perlu lagi ada pertanyaan untuk itu. Jika diberi pilihan antara sepak bola dan kebaikan untuk masyarakat luas, itu tidak sepadan. Sungguh, itu tidak,” katanya.
”The Kop” tampaknya dipaksa lebih bersabar menahan dahaga penantian gelar selama tiga dekade. Keselamatan jiwa jauh lebih penting saat ini. Seperti kata legenda mereka, Bill Shankly, sepak bola tidak lebih serius dari kehidupan dan kematian. (AFP/REUTERS)