Praveen/Melati yang Kian Matang
Kematangan bermain yang diperlihatkan Praveen Jordan dan Melati Daeva Oktavianti dengan menjuarai All England membangkitkan keyakinan bahwa ganda campuran dapat menyumbangkan medali pada Olimpiade Tokyo 2020.
BIRMINGHAM, MINGGU — Praveen Jordan mewujudkan targetnya menjuarai All England dengan partner berbeda. Prestasi ini semakin istimewa karena terjadi pada tahun Olimpiade. Preveen dan Melati Daeva Oktavianti pun layak diperhitungkan sebagai kandidat peraih medali di Tokyo 2020.
Setelah meraih gelar pertama ganda campuran bersama Debby Susanto pada 2016, kali ini Praveen mendapatkannya bersama Melati. Keduanya berpasangan sejak 2018 setelah Debby pensiun sebagai atlet.
Dalam final di Arena Birmingham, Birmingham, Inggris, Minggu (15/3/2020), ganda peringkat kelima dunia itu mengalahkan unggulan ketiga, Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai (Thailand), 21-15, 17-21, 21-8. Diwarnai insiden tiga kali servis fault yang dijatuhkan pada Praveen sehingga kehilangan gim kedua, mereka bisa mengembalikan fokus hingga memenangi gim ketiga dengan mudah.
Teriakan riuh suporter Indonesia, seperti yang lazim terjadi saat turnamen bulu tangkis digelar di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta, turut memotivasi Praveen/Melati.
”Terima kasih untuk dukungan luar biasa dari kalian hingga kami bisa bangkit pada gim terakhir,” ujar Praveen kepada pendukung yang selalu meneriakkan ”Indonesia!” atau nama keduanya.
Sementara itu, Melati mengatakan, mereka berusaha fokus pada perebutan setiap poin meski lawan yang dihadapi pernah tiga kali dikalahkan dalam lima pertemuan sebelumnya. ”Ini turnamen besar, siapa pun memiliki peluang juara. Jadi, statistik itu tak menjadi keuntungan bagi kami,” katanya.
All England menjadi gelar pertama Praveen dan Melati dari turnamen BWF Super 1000, strata tertinggi dalam Level II struktur BWF World Tour. Sebelumnya, mereka mengoleksi Denmark dan Perancis Terbuka 2019, yang masuk kategori Super 750.
Dengan gelar itu pula, Praveen menjadi atlet pertama Indonesia yang menjuarai ganda campuran dengan pasangan berbeda. Pada nomor lain, para senior yang pernah melakukannya adalah Christian Hadinata (ganda putra dan campuran), Imelda Wigoeno (ganda putri dan campuran), serta Gunawan, Tony Gunawan, dan Candra Wijaya pada ganda putra.
”Juara dengan orang berbeda enggak gampang. Kalau bisa sama Meli (panggilan Melati), bagus. Itu jadi motivasi saya untuk juara,” kata Praveen sebelum berangkat ke Birmingham.
Hal lain yang memotivasi Praveen/Melati adalah gelar juara yang didapat secara beruntun di Denmark dan Perancis tahun 2019. Dalam perjalanan menuju podium juara itu, mereka mengalahkan dua ganda campuran terbaik dunia asal China, Zheng Siwei/Huang Yaqiong dan Wang Yilyu/Huang Dongping.
”Kalau di Denmark dan Perancis bisa juara, mengapa di All England tidak bisa,” kata mereka saat diwawancara terpisah pada waktu berbeda.
Kemenangan itu mereka ulangi di Arena Birmingham saat bertemu Wang/Huang pada perempat final. Praveen/Melati menang, 15-21, 21-19, 21-19.
Pelatih ganda campuran pelatnas bulu tangkis Richard Mainaky di Jakarta mengatakan, pada masa persiapan sekitar 1,5 bulan menuju All England, Ucok/Meli, sapaan keduanya, telah menunjukkan motivasi bermain maksimal. Latihan berat dijalani dengan penuh.
”Kalau soal permainan, Ucok sudah punya kualitas cukup baik. Dia memperlihatkan, selama tampil di All England, pukulannya menyulitkan lawan. Itu membuat Meli sangat percaya diri,” tutur Richard.
Berdasarkan laporan asisten pelatih Nova Widhianto dari Birmingham, komunikasi Praveen/Melati juga sangat baik, di lapangan dan setelah bermain. Komunikasi setelah bertanding, dikatakan Richard, menjadi indikator kekompakan mereka mewujudkan target yang sama.
”Mereka langsung membahas kesalahan yang dilakukan dan kebiasaan lawan yang akan dihadapi pada babak selanjutnya,” kata pelatih yang mengantarkan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir menjuarai All England pada 2012-2014 itu.
Kematangan sikap Praveen/Melati yang semakin berkembang membuat Richard yakin bahwa ganda campuran, khususnya Praveen/Melati, bisa menjadi kandidat peraih medali di Tokyo 2020.
Optimisme ini berubah dari keraguannya tentang prestasi ganda campuran di Tokyo 2020, yang disampaikannya jelang Liliyana Natsir, peraih emas Olimpiade Rio de Janeiro 2016, pensiun pada awal 2019. Richard, yang selalu berpikir realistis, menilai, sulit bagi ganda campuran untuk mendapatkan medali di Tokyo. Apalagi, Praveen beberapa kali mendapat peringatan karena tak disiplin dalam latihan. Padahal, pemain berusia 25 tahun ini memiliki senjata berupa smes yang sangat keras.
Seiring dengan komunikasi dan saling pengertian di dalam dan di luar lapangan, Praveen/Melati menapaki papan atas persaingan ganda campuran pada 2019. Mereka mencapai enam final pada 2019 yang menghasilkan dua gelar juara.
Juara baru
Pada tunggal putra, Viktor Axelsen membuat sejarah dalam catatan kariernya. Dia menambah gelar juara dunia 2017 dengan All England 2020. Pada laga final, pemain Denmark itu mengalahkan Chou Tien Chen (Taiwan), 21-13, 21-14. Axelsen menjadi tunggal putra Eropa pertama yang menjuarai All England setelah Peter Gade, juga dari Denmark, juara pada 1999.
Selain tunggal putra, juara baru juga lahir pada nomor ganda putri melalui Sayaka Hirota/Yuki Fukushima (Jepang) yang menang atas Du Yue/Li Yin Hui (China), 21-13, 21-15. Adapun gelar juara tunggal putri diraih kembali oleh pemain Taiwan, Tai Tzu Ying, juara All England 2017 dan 2018. Di final, Tai Tzu Ying mengalahkan juara bertahan Chen Yufei (China), 21-19, 21-15.
Indonesia, juga, memiliki Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon yang berhadapan dengan Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe pada final ganda putra, Minggu tengah malam WIB.
Dalam dua pertemuan pertama pada 2018, Endo/Watanabe menjadi satu dari sekian banyak korban Kevin/Marcus yang sudah menguasai puncak peringkat dunia sejak 2017. Namun, setelah itu, ”Minions” selalu takluk dalam lima pertemuan yang terjadi pada 2019, salah satunya kekalahan telak, 18-21, 3-21, dalam final Kejuaraan Asia. Endo/Watanabe pun menjadi satu-satunya pasangan yang unggul jauh dalam statistik pertemuan atas Kevin/Marcus.
Pelatih ganda putra Herry Iman Pierngadi mengatakan, penentu kemenangan dalam final adalah mental bertanding. ”Mental harus kuat. Setelah itu, fokus dengan strategi dan pola main,” kata Herry sebelum pertandingan.
Sementara pemain-pemain Indonesia yang telah kembali dari Birmingham menjalani karantina di pelatnas bulu tangkis Cipayung, Jakarta, selama 14 hari, termasuk bagi mereka yang telah berkeluarga dan tak tinggal di asrama. Hal ini dilakukan untuk memastikan kondisi kesehatan mereka di tengah merebaknya virus Covid-19.
Pilihan lain, mereka diperbolehkan tinggal di rumah, tetapi harus mengisolasi diri, dengan menjaga jarak dari orang rumah, tidur di kamar tersendiri, juga menggunakan alat makan berbeda dari anggota keluarga.