Piala Eropa Ditunda ke Tahun 2021
Piala Eropa ke-16, yang disebut edisi ”romantis”, dipastikan ditunda ke 2021 akibat pandemi Covid-19 yang belum terkendali. Perubahan jadwal ini menyisakan kelegaan sejumlah pihak di tengah musibah virus korona baru itu.
NYON, SELASA — Michel Platini, mantan Presiden UEFA, pada 2012 lalu dengan penuh bangga berkata, Piala Eropa 2020 akan menciptakan sejarah. Ramalannya itu ternyata menjelma realitas walaupun jauh dari bayangan indahnya.
Piala Eropa ke-16, yang disebut edisi ”romantis” karena mengenang 60 tahun turnamen itu, dipastikan akan ditunda pada Juni-Juli tahun 2021. Untuk kali pertama dalam sejarah, babak utama Piala Eropa ditunda pelaksanaannya.
Penundaan Piala Eropa ke-16 akibat pandemi Covid-19 ini didasari hasil rapat yang dipimpin Presiden UEFA Aleksander Ceferin melalui video konferensi, Selasa (17/3/2020) malam WIB. Rapat itu melibatkan semua petinggi UEFA, 55 asosiasi sepak bola anggota, perwakilan sekitar 250 klub profesional, dan Asosiasi Pesepak Bola Profesional (FIFPro).
”Kesehatan semua yang terlibat di dalam penyelenggaraan (Piala Eropa) menjadi prioritas kami. Dalam situasi seperti ini, komunitas sepak bola perlu menunjukkan kesadaran, solidaritas, kesatuan, dan kepedulian,” ujar Ceferin, dikutip situs resmi UEFA seusai rapat itu.
Kesehatan semua yang terlibat di dalam penyelenggaraan (Piala Eropa) menjadi prioritas kami. Dalam situasi seperti ini, komunitas sepak bola perlu menunjukkan kesadaran, solidaritas, kesatuan, dan kepedulian.
Piala Eropa ke-16, yang bakal istimewa karena diadakan di 12 negara berbeda, semestinya dibuka 11 Juni mendatang di Roma, Italia. Pandemi Covid-19 di negara itu dan sejumlah negara Eropa lainnya memaksa UEFA menunda perhelatan itu.
”Harus menggelarnya di stadion tanpa penonton dan ketika banyak orang di benua ini harus mengisolisasi diri adalah tidak menyenangkan. Ini bukan cara merayakan 60 tahun kompetisi. Maka dari itu, UEFA berkorban dan menundanya,” ujar Ceferin.
Ketua Federasi Sepak Bola Swedia Karl-Erik Nilsson menyambut positif penundaan itu. ”Keputusan terbaik dan paling sedikit dampak buruknya ialah menunda penyelenggaraan (Piala Eropa) selama 12 bulan, yaitu menjadi 11 Juni-11 2021,” ujar Nilsson seperti dikutip media Swedia, Aftonbladet.
Pandemi Covid-19 sejauh ini belum menunjukkan gejala berhenti. Sejumlah insan sepak bola, seperti Manajer Arsenal Mikel Arteta, positif terjangkit penyakit sangat menular itu. Setidaknya, 10 pemain di Liga Italia terjangkit Covid-19.
Di Spanyol, klub Valencia yang bermain di La Liga juga telah mengumumkan sebanyak 35 persen anggota klub yang meliputi pemain, pelatih, dan staf terkena penyakit akibat virus korona baru itu.
Italia, negara lokasi pembukaan Piala Eropa ke-16, adalah yang terparah di Eropa akibat wabah itu. Total 2.158 orang di negara itu tewas akibat korona. ”Melihat orang-orang meninggal beberapa hari terakhir ini sangatlah melukai hati kami,” ujar Roberto Mancini, Pelatih Italia, dikutip Football-Italia.
Mancini merupakan salah satu pelatih tim yang menyambut gembira ditundanya Piala Eropa. Ia bahkan optimistis Italia bisa juara jika turnamen yang diikuti 24 tim itu ditunda.
Cambuk prestasi
Sejarah berkata, situasi krisis atau cobaan justru mencambuk prestasi tim berjuluk ”Si Biru” itu. Pengalaman itu terjadi pada Piala Dunia Jerman 2006. Saat itu, sepak bola di Italia terpuruk akibat skandal ”calciopoli” atau pengaturan wasit dan skor.
Namun, di luar dugaan, krisis itu menebalkan solidaritas para pemain Italia. Mereka menjadi juara dunia seusai mengalahkan tim favorit, Perancis, lewat drama adu penalti di Berlin.
Menurut Mancini, mentalitas dan pengalaman tim mudanya bakal lebih kuat di Piala Eropa 2021 mendatang. ”Jika mereka (UEFA) menunda, kami bakal juara dalam setahun,” ucapnya.
Ketua Asosiasi Klub Sepak Bola Eropa Andrea Agnelli berkata, kepastian penundaan Piala Eropa sangat melegakan banyak pihak, terutama klub-klub yang berkompetisi.
Seperti diberitakan sebelumnya, wabah Covid-19 telah memaksa dihentikannya bberapa liga sepak bola ternama di Eropa, tidak terkecuali Liga Champions dan Liga Europa. Dengan ditundanya Piala Eropa, liga-liga itu kini bisa dilanjutkan, bahkan dengan skenario mundur, yaitu hingga Juli mendatang.
”Fokus saat ini mencari solusi untuk menyelesaikan kompetisi klub musim 2019-2020 dengan cara paling praktis. Di luar hal itu semua adalah memastikan sepak bola, seperti halnya keseluruhan komunitas (di Eropa), bisa secepatnya kembali ke ritme aslinya,” tukas Agnelli yang juga menjabat presiden klub Juventus.
Laga final Liga Champions di Turki, misalnya, diundur, yaitu menjadi 27 Juni 2020 dari jadwal semula 30 Mei. ”Lebih baik (semua kompetisi antarklub) itu berakhir pada 30 Juni dan memulai musim baru pada Agustus. Kami berharap pada Juni sudah ada klasemen akhir. Kalau tidak, kami (UEFA) akan mengambil langkah luar biasa untuk menentukan pelaksanaan kompetisi antarklub Eropa,” ucap anggota Komite Eksekutif UEFA, Zbigniew Boniek, dikutip La Gazzetta dello Sport.
Setelah UEFA menyampaikan keputusannya terkait dengan Piala Eropa 2020 dan kelanjutan Liga Champions serta Liga Europa, para penyelenggara liga top Eropa segera merumuskan masa depan liga di sisa musim ini.
Nasib Liga Inggris
Nasib Liga Inggris, yang masih menyisakan sembilan pekan, misalnya, masih akan ditentukan dalam rapat Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) dalam beberapa hari ke depan. Sempat muncul usulan untuk membatalkan hasil pada musim ini.
Namun, usulan itu ditolak mayoritas pihak, termasuk Asosiasi Pesepak Bola Profesional Inggris (PFA). Ketua Eksekutif PFA Gordon Taylor menilai, usulan itu tidak adil bagi klub yang menjalani musim dengan baik sejauh ini, seperti Liverpool, yang hanya membutuhkan dua kemenangan untuk meraih gelar juara Liga Primer.
Hal itu juga dialami Sheffield United yang tengah bersaing merebut jatah kompetisi Eropa. ”Akan aneh jika musim baru nanti dimulai ketika musim sebelumnya tidak selesai. Itu juga akan memunculkan preseden tidak baik untuk kompetisi ke depan,” ucap Taylor kemudian.
Meski begitu, sebanyak 14 klub dari 20 kontestan Liga Inggris siap menerima keputusan FA dan Liga Primer, operator kompetisi kasta tertinggi Inggris, terkait dengan kelanjutan kompetisi domestik. Adapun semuua kompetisi profesional Inggris dihentikan hingga 3 April.
Sementara itu, Presiden La Liga Spanyol Javier Thebas tengah menyusun strategi untuk memulai kembali Liga Spanyol pada 3 Mei mendatang. Skenario awal, kelanjutan liga akan dilakukan tanpa penonton.
”Pengunduran jadwal Piala Eropa memudahkan Liga Spanyol untuk dimulai kembali pada pekan pertama Mei dan berakhir pada Juni,” tulis AS didasari hasil rapat tertutup yang dilakukan Thebas dengan Komite Manajemen La Liga, Selasa sore.
”Play off” ditolak
Serupa dengan Liga Spanyol, Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) juga tengah merumuskan jadwal baru Liga Italia. Presiden FIGC Gabriele Gravina mengungkapkan, pihaknya memang meminta UEFA untuk menunda penyelenggaraan Piala Eropa 2020. Alasannya, FIGC berkomitmen merampungkan semua kompetisi di Italia.
Sebelumnya, sejumlah pihak telah menolak usulan FIGC untuk menerapkan play off dan play out untuk menentukan juara serta degradasi di Liga Italia. Atas dasar itu, sebanyak 20 tim Serie A sepakat bersedia melanjutkan kompetisi yang kemungkinan baru bisa dilangsungkal awal Mei.
”Kami akan mencoba menyelesaikan kompetisi karena hal itu adalah langkah yang paling tepat atas segala investasi dan pengorbanan semua tim selama musim ini. Target kami adalah merampungkan liga pada 30 Juni dengan mempertimbangkan kompetisi lain, seperti Liga Champions dan Liga Europa,” ucap Gravina kepada Sport Mediaset. (AFP/REUTERS/JON)