Pandemi Covid-19 telah mengancam kesehatan keuangan klub-klub kecil di Inggris. Mereka kehilangan pendapatan dari tiket dan sponsor akibat penundaan kompetisi. Pengurangan karyawan terpaksa dilakukan oleh klub.
Oleh
DOMINICUS HERPIN DEWANTO PUTRO
·4 menit baca
LONDON, RABU — Penundaan kompetisi sepak bola akibat pandemi Covid-19 di Inggris telah menimbulkan masalah lain. Klub-klub kecil yang bertarung di luar Liga Primer mulai merasakan hantaman krisis finansial karena pendapatan klub berkurang.
Langkah nyata untuk mengantisipasi krisis finansial itu sudah dilakukan Barnet FC, klub yang berlaga di liga kasta kelima Inggris, Liga Nasional. Manajemen Barnet sudah memberhentikan 60 karyawan.
”Sudah menjadi tanggung jawab saya untuk memastikan Barnet tetap bertahan dan memiliki keuangan yang stabil. Oleh karena itu, saya harus mengambil keputusan yang sangat sulit,” kata ketua klub Barnet, Tony Kleanthous, seperti dilansir laman klub, Rabu (18/3/2020).
Kleanthous mengambil keputusan itu setelah mempertimbangkan bahwa klub akan semakin kesulitan mendapat uang ketika kompetisi ditunda hingga awal April. Penundaan itu pun bisa menjadi lebih lama jika wabah Covid-19 belum bisa diatasi.
Padahal, Barnet sudah mengalami krisis finansial sejak terdegradasi dari Liga Divisi Dua, liga kasta keempat Inggris, pada akhir musim 2017-2018. Sejak saat itu, jumlah penonton berkurang 50 persen, sedangkan pengeluaran klub terus meningkat. Barnet pun mengalami kerugian hingga 100.000 pounds atau Rp 1,8 miliar per bulan.
Harapan Barnet untuk bisa menambah pendapatan adalah berusaha kembali naik ke Liga Divisi Dua. Namun, ketika ada penundaan kompetisi seperti sekarang ini, klub akan terus kehilangan uang untuk membayar gaji karyawan. Kerugian akan terus bertambah.
Situasi ini membuat Kleanthous tidak bisa lagi memikirkan musim depan karena yang ia perlukan saat ini adalah kemampuan bertahan. ”Beberapa hari terakhir, sejak Jumat lalu (ketika semua liga di Inggris ditunda), adalah hari-hari terberat dan kami sudah bisa melihat apa yang akan terjadi berikutnya,” ujar Kleanthous, seperti dikutip The Guardian.
Saat ini Barnet berharap bisa promosi ke Liga Divisi Dua untuk mendapatkan pendapatan lebih. Padahal, klub-klub yang berada di Liga Divisi Dua dan Liga Divisi Satu sedang mengalami masalah serupa.
The Telegraph melaporkan bahwa sebanyak 47 klub di dua liga tersebut berpotensi mengalami kerugian total 50 juta pounds atau sekitar Rp 900 miliar jika kompetisi tidak bisa dilanjutkan sebelum musim panas tahun ini. Kerugian itu berasal dari hilangnya pendapatan dari tiket penonton dan sponsor.
Federasi Internasional Pesepak Bola Profesional (FIFPro) sudah mengingatkan ancaman krisis finansial terhadap industri sepak bola ini. ”Untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade terakhir, kita sedang menghadapi krisis ekonomi yang nyata di sektor industri sepak bola,” kata Sekretaris FIFPro Jonas Baer-Hoffmann.
Konsekuensi dari penundaan kompetisi akibat wabah Covid-19 ini akan semakin besar jika tidak ada kerja sama antarpihak yang dilakukan. ”Jika tidak ada aksi cepat, kita akan melihat pemberhentian kerja terhadap para pemain dn karyawan klub dalam beberapa pekan ke depan,” ujar Baer-Hoffmann.
Bantuan Liga Primer
Masalah keuangan ini belum dirasakan klub-klub yang berlaga di Divisi Championship, apalagi di Liga Primer. Klub-klub yang bertarung di dua liga kasta teratas di Inggris itu sudah memiliki modal besar sekaligus jaring pengaman yang kuat. Hantaman krisis finansial baru terjadi di level bawah dari struktur kompetisi sepak bola di Inggris.
Chelsea, misalnya, sebagai salah satu klub di Liga Primer masih bisa menyediakan hotel yang mereka miliki untuk ditempati para petugas kesehatan yang sedang memerangi virus korona. Dengan bantuan ini, Chelsea berharap para petugas kesehatan bisa mendapatkan tempat untuk beristirahat selama masa-masa sulit ini.
Klub seperti Chelsea tidak lagi kebingungan untuk menutup kerugian yang dialami akibat penundaan kompetisi. Oleh karena itu muncul gagasan agar Liga Primer ikut membantu klub-klub yang berada di liga-liga di bawahnya.
”Klub-klub Liga Primer punya kewajiban dalam sepak bola. Mereka sudah menikmati banyak uang selama bertahun-tahun,” kata Kleanthous. Klub-klub besar bisa sedikit menyisihkan uang untuk mempertahankan ekosistem sepak bola di Inggris.
Liga Primer terus berharap liga-liga di bawahnya tetap stabil. Barnet dan klub-klub kecil lainnya adalah klub-klub yang terus berjuang mendapatkan promosi dan pada akhirnya membuat Liga Primer menjadi kompetisi yang paling sengit di Inggris dan menghasilkan lebih banyak uang. (REUTERS)