Denyut Nadi Tim-Tim Balap pun Melambat
Penundaan banyak seri balapan Formula 1 dan MotoGP membuat tim-tim peserta resah. Mereka terancam sulit bertahan hidup karena macetnya aliran dana seiring ketiadaan balapan akibat kian parahnya wabah Covid-19 di dunia.
ZANDVOORT, JUMAT – Wabah Covid-19 telah melemahkan denyut nadi tim-tim balap Formula 1 dan MotoGP. Sebagian besar dari mereka kini tidak bisa mengembangkan mesin maupun perangkat aerodinamika. Bukan hanya karena penerapan jaga jarak sosial, melainkan juga proyeksi pendapatan yang merosot.
Menggulirkan tim balap sangatlah mahal. Tim-tim itu pun sangat tergantung pada sponsor serta hadiah dari balapan. Sengatan virus korona baru pada olahraga otomotif kembali membuat Formula 1 menunda balapan di seri Belanda (1-3 Mei) dan Spanyol (8-10 Mei) serta membatalkan balapan di Monaco (22-24 Mei).
Keputusan pada Kamis (19/3/2020) itu membuat F1 batal menggelar total tujuh balapan awal. Sebelumnya, seri China ditunda, kemudian seri Australia dibatalkan. Seri Bahrain dan Thailand pun tidak luput dari penundaan. Balapan pertama musim ini pun ditargetkan baru bisa bergulir pada 5-7 Juni di Baku, Azerbaijan.
Kondisi ini sangat meresahkan tim-tim peserta. Tanpa balapan, tiada pula pendapatan. Bahkan, bagi tim-tim besar seperti Ferrari dan Mercedes, situasi ini membuat beban anggaran makin berat, meskipun keuntungan finansial bukanlah satu-satunya ukuran kesuksesan bagi mereka. Pengeluaran di ajang F1 dikompensasi dengan tayangan televisi yang setara promosi untuk penjualan mobil-mobil balap mereka.
Berdasarkan laporan keuangan tim pada 2016 yang diolah oleh Christian Sylt dari Forbes pada 2018, pengeluaran Ferrari mencapai 464 juta poundsterling (sekitar Rp 7,62 triliun). Adapun pendapatan mereka hanya 382 juta pounds (Rp 6,27 triliun). Maka, tim “Kuda Jingkrak” itu defisit 82 juta pounds (Rp 1,35 triliun) saat itu.
Sedangkan, bagi tim-tim kecil seperti Williams dan Haas, pemasukan dari balapan menjadi sumber keuntungan mereka. Williams, dalam laporan itu, mendapatkan keuntungan 6,9 juta pounds (Rp 113,32 miliar) berkat pendapatan 177,7 juta pounds (Rp 2,92 triliun) dan pengeluaran 170,8 juta punds (2,80 triliun).
Berdasarkan data itu, bisa dipahami jika sejumlah tim kecil seperti Williams, Haas, dan Racing Point, resah dengan pembatalan dan penundaan sejumlah seri F1 di awal musim ini. “Kami menduga, pundi-pundi sumber (hadiah uang) yang dibagikan akan menjadi lebih kecil,” ujar Kepala Tim Racing Point Otmar Szafnauer dikutip F1.
Keresahan itu juga dirasakan Claire Williams, Deputi Kepala Tim Williams. “Jika kami tidak balapan, apa yang akan terjadi dengan dana hadiah uang? Apakah ini berkurang? Saat ini, kami hanya berharap itu tidak menjadi masalah. Tentu saja, kami juga telah membicarakan tentang jaminan,” tegasnya pekan lalu.
Jika kami tidak balapan, apa yang akan terjadi dengan dana hadiah uang? Apakah ini berkurang? Saat ini, kami hanya berharap itu tidak menjadi masalah.
Penundaan regulasi 2021
Terkait hal itu, pekan ini, kepala tim-tim F1 bersama Manajemen F1 dan FIA membahas strategi penyelamatan tim akibat wabah Covid-19. Salah satu strategi itu adalah penundaan penerapan perubahan aturan teknis 2021 sehingga tim-tim bisa berhemat dengan menghentikan pengembangan sasis, bodi, dan mesin.
Maka itu, sasis mobil 2020 masih akan dipakai untuk 2021. Namun, batasan anggaran yang diusulkan, yaitu 175 juta dollar AS (Rp 2,78 triliun) per tahun di luar gaji pebalap, akan tetap diterapkan.
Situasi serupa dialami tim-tim MotoGP. Bagi tim-tim satelit, menyewa motor lengkap membutuhkan anggaran hingga 2 juta euro (Rp 34,18 miliar) per musim per pembalap. Tim satelit boleh menyewa untuk dua pebalap, termasuk paket pengembangan motor, tetapi di luar onderdil. Sedangkan, bagi tim-tim pabrikan, biayanya lebih besar karena motor lebih inovatif, yaitu di kisaran 3 juta euro (Rp 51,27 miliar). Ini berdasarkan data Boxrepsol pada Oktober 2019.
Biaya yang mahal itu terkait dengan teknologi. Elektronik motor MotoGP, misalnya, bisa menguras biaya hingga 100.000 euro (Rp 1,70 miliar) termasuk sensor-sensor, kabel, dan layar tampilan. Harga komponen dalam paket elektronik motor tidak ada yang di bawah 1.000 euro (Rp 17,07 juta) per item.
Anggaran penyelamat di MotoGP
Itulah mengapa asosiasi tim-tim balap (IRTA) bertemu dengan Dorna, pemegang hak komersial MotoGP, untuk menyusun anggaran penyelamat. Mereka sedang membahas biaya minimal supaya tim-tim bisa bertahan hidup hingga balapan kembali bergulir.
“Semua tim mendapatkan uang dari sponsor. Ini menjadi masalah saat ini karena banyak dari mereka yang tidak akan bisa membayar kami. Saat ini tidak ada balapan, jadi kami tidak mendapat dana dari hak siar televisi, mengikuti Grand Prix, perjalanan, juga dari bonus-bonus lainnya,” ujar Presiden IRTA Herve Poncharal yang juga pemilik tim Tech3 kepada Speedweek.
Tim-tim Moto2 dan Moto3, yang kelasnya ada di bawah MotoGP, sebenarnya paling tertekan. Pemasukan dari sponsor menjadi sangat penting bagi mereka. Cilakanya, di tengah pandemi Covid-19 ini, banyak perusahaan yang memangkas pengeluaran, salah satunya anggaran sponsor. “Sebagai pemilik usaha kecil, kekhawatiran seperti ini membuat saya tetap terjaga pada malam hari,” ujar pemilik tim Moto3 Forward-MV Agusta, Giovanni Cuzari, kepada GPOne.
Bahkan, kekhawatiran tidak mendapatkan pemasukan itu membuat Cuzari mau menjalani balapan dalam kondisi apapun yang diputuskan Dorna, sekali pun itu tanpa penonton. “Kita menghadapi keadaan luar biasa dan saya akan menerima semua syarat dan solusi untuk menjaga perusahaan saya, tim tetap hidup. Saya bersedia melakukan pengorbanan apapun. Prioritasnya adalah menjamin gaji seluruh orang dalam tim saya,” tegas Cuzari.
CEO Dorna Carmelo Ezpeleta, kemarin, menegaskan bahwa tujuan saat ini tetap sama, yaitu menggelar balapan. Dia berharap semua tim bersabar dan tenang dalam situasi ketidakpastian ini. “Olahraga kita akan bertahan dan ada balapan, seperti yang terjadi sejak lahir pada 1949,” tegas Ezpeleta.
Dorna telah membatalkan balapan MotoGP seri Qatar serta menunda tiga seri lainnya, yaitu di Thailand, Amerika Serikat, dan Argentina. Jadwal pengganti untuk ketiga seri yang ditunda telah dimasukan pada Oktober dan November. Adapun balapan pertama musim ini direncanakan bergulir 1-3 Mei di Sirkuit Jerez, Spanyol.
Jika pada Mei belum bisa menggelar balapan, kemungkinan terburuknya yaitu balapan mundur hingga Juni di Sirkuit Catalunya, Barcelona, 5-7 Juni. F1 juga menargetkan balapan pada Juni di Baku, Azerbaijan, pada tanggal yang sama. Skenario balapan pada Juni ini juga belum pasti, karena episentrum pandemi Covid-19 kini berada di Eropa.
Bos Grand Prix F1 Belanda Jam Lammers, bahkan menilai, balapan di Sirkuit Zandvoort kemungkinan akan sulit digelar pada Agustus seperti direncanakan manajemen F1. “Kita akan terlalu percaya diri jika mulai Juli. Kita bisa mengatakan negara-negara dan dunia bebas dari virus (korona baru), seberapa realistis hal itu?” tegas Lemmars kepada Motorsport, Jumat (20/3/2020).
“Saat ini, kita hanya perlu persiapan menghadapi semua skenario. Sebagai penggemar, Anda lebih baik bertanya apakah menunda ini hingga setahun tidak akan lebih baik? Semua skenario masih mungkin,” tegas Lammers.