Pengelola Liga Inggris melihat skenario terbaik untuk menyelesaikan kompetisi itu adalah mulai 1 Juni mendatang. Syaratnya, wabah Covid-19 sudah berakhir dan aktivitas di Inggris sudah pulih ketika itu.
Oleh
Herpin Dewanto Putro
·3 menit baca
LONDON, MINGGU — Pengelola Liga Primer Inggris mempertimbangkan untuk melanjutkan kompetisi sepak bola paling bergengsi di Inggris mulai 1 Juni 2020. Ini merupakan skenario terbaik agar liga yang tertunda akibat pandemi Covid-19 bisa tuntas sebelum musim 2020-2021 sehingga klub-klub bisa menghindari kerugian yang lebih besar.
Laman The Telegraph, yang melaporkan langkah terbaru Liga Primer ini, menyebutkan, akan ada waktu enam pekan untuk menyelesaikan musim ini dengan skenario tersebut. Liga Primer Inggris saat ini terhenti pada pekan ke-28 dan ke-29 (berbeda untuk setiap klub) dan masih menyisakan 10 atau 11 laga lagi untuk setiap klub.
Liverpool, yang sudah memimpin klasemen dengan 82 poin, sudah hampir pasti menyabet gelar juara liga musim ini. Namun, liga tidak sekadar ajang perebutan gelar juara, tetapi juga arena untuk mencari tiket ke kompetisi Eropa (Liga Champions dan Liga Europa). Dengan demikian, liga ini idealnya harus tuntas hingga ke pekan terakhir.
Pada 13 Maret lalu, Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA), Liga Primer, dan Liga Sepak Bola Inggris (EFL) menyepakati tidak ada kompetisi hingga 30 April 2020. Namun, munculnya rencana melanjutkan kompetisi pada 1 Juni mendatang mengindikasikan bahwa bulan Mei dinilai belum kondusif.
Hingga Minggu (22/3/2020) tercatat jumlah kematian di Inggris akibat Covid-19 meningkat dari 53 menjadi 220 orang. Dari 72.818 orang yang sudah menjalani pemeriksaan, 5.108 orang dinyatakan positif.
Meski sudah melakukan langkah preventif, Inggris juga belum bisa memastikan kapan wabah akan mereda. Oleh karena itu, rencana melanjutkan Liga Inggris mulai 1 Juni juga baru sebatas target.
”Namun, dengan penundaan Piala Eropa 2020, ini (mulai 1 Juni) merupakan skenario terbaik yang bisa dipertimbangkan. Jika bisa dijalankan, laga kemungkinan juga digelar tanpa penonton,” tulis The Telegraph.
Namun, dengan penundaan Piala Eropa 2020, ini (mulai 1 Juni) merupakan skenario terbaik yang bisa dipertimbangkan. Jika bisa dijalankan, laga kemungkinan juga digelar tanpa penonton.
UEFA sebelumnya telah memutuskan menunda Piala Eropa 2020 ke tahun depan. Kebijakan ini selaras dengan keinginan sebagian besar klub dan pengelola liga-liga sepak bola di Eropa agar penuntasan kompetisi domestik menjadi prioritas jika pandemi telah berakhir. Liga-liga di Eropa bisa memanfaatkan waktu pada bulan Juni-Juli yang seharusnya dipakai untuk Piala Eropa.
Masalah kontrak pemain
Jika bisa melanjutkan kompetisi pada 1 Juni mendatang, Liga Inggris diperkirakan bisa tuntas pada 11 Juli. Selanjutnya, para pemain bisa beristirahat selama empat pekan sebelum memulai musim yang baru. Dalam situasi ini, laga-laga pramusim seperti yang biasa digelar menjelang musim baru bisa berkurang atau ditiadakan.
Persoalan yang masih tersisa adalah masalah kontrak para pemain yang sebagian besar akan habis pada 30 Juni. ”Kami berharap bisa menyelesaikan musim pada akhir Juni. Jika lebih dari itu, akan ada persoalan hukum,” kata CEO Southampton Martin Semmens, seperti dikutip BBC.
Ketika kontrak pemain habis dan liga masih berjalan, klub mendapat tantangan untuk membujuk pemain bertahan lebih lama. Itu pun jika pemain yang bersangkutan tidak terburu-buru pindah ke klub baru.
Persoalan kontrak pemain dan gaji yang harus dibayarkan oleh klub merupakan alasan lain untuk segera melanjutkan liga. Penundaan kompetisi membuat klub-klub terus merugi karena mereka kehilangan sebagian pendapatan, tetapi harus tetap menggaji pemain dan anggota staf serta membiayai pengeluaran bulanan lainnya.
MU dan City kompak
Klub-klub di Liga Inggris terus melakukan aksi sosial sembari menunggu kompetisi kembali bergulir. Aksi sosial terbaru ditunjukkan oleh dua klub terbesar di Manchester, yaitu Manchester United dan Manchester City.
Dua klub yang biasanya menyuguhkan rivalitas sengit ketika bertemu di lapangan itu kali ini kompak mengumpulkan total 100.000 pound sterling atau Rp 1,8 miliar yang akan disumbangkan untuk menambah pasokan makanan bagi warga Manchester selama masa pandemi. Aksi ini dilakukan bersama organisasi sosial yang digerakkan para pendukung kedua klub.
”Kami ingin berterima kasih kepada semua pihak yang telah menunjukkan bahwa rasa lapar tidak memandang warna jersi (klub) dan memperlihatkan solidaritas dalam komunitas,” tulis MU dan City dalam pernyataan bersama di laman MU. (REUTERS)