Valentino Rossi menilai situasi wabah Covid-19 kini seperti “zona perang”. Semua aspek kehidupan melambat, bahkan terhenti, termasuk dunia olahraga. Atmosfer kompetisi yang hilang menumbuhkan kerinduannya akan balapan.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·4 menit baca
TAVULLIA, MINGGU – Valentino Rossi memberikan seteguk kesegaran di tengah nestapa akibat wabah Covid-19 serta dahaga balapan MotoGP. Dia berbagi kisah perjalanan kariernya dalam edisi spesial Sky Sport 24, Sabtu dan Minggu (22/3/2020). Kerinduan pada persaingan balap motor paling sengit itu juga dirasakan legenda hidup Grand Prix roda dua, Giacomo Agostini, yang mengisolasi diri di Bergamo.
Menyaksikan balapan MotoGP setiap akhir pekan memberi kegembiraan pada Agostini, pemilik rekor delapan kali juara GP500. “Bagi saya, yang mencintai olahraga ini, (keadaan) ini merupakan sesuatu yang sangat menyedihkan. Hingga saat ini, balapan masih memberi saya kegembiraan, meskipun hanya menyaksikan mereka (para pebalap). Menanti hari Minggu untuk melihat siapa yang menang, siapa yang terbaik. Saya sangat merindukan semua itu,” ujar legenda hidup berusia 77 tahun itu dikutip GPOne, Minggu (22/3/2020).
Ago, sapaan Agostini, optimis situasi ini akan berlalu, tetapi akan membawa konsekuensi di semua elemen kehidupan, termasuk balapan MotoGP. Ia sempat mengungsi dari rumahnya, tetapi kemudian memutuskan kembali ke Bergamo. Ikatan emosional dengan kotanya itu tak hilang, meskipun Bergamo merupakan salah satu kota yang terdampak virus korona baru paling parah di Italia.
Saking parahnya, Rossi bahkan menyebut situasi di Bergamo saat ini bak “zona perang”. “Kami menyemangati masyarakat di Bergamo dan Brescia. Saya telah melihat foto-foto yang sangat menyedihkan. Ini seperti zona perang. Saya memiliki banyak teman di sana. Sekarang, saya (giliran) menjadi orang yang menyemangati mereka. Padahal, biasanya mereka yang menyemangati saya,” ujar Rossi dalam wawancara telekonferensi dari rumahnya di Tavullia, Sabtu.
Saya telah melihat foto-foto yang sangat menyedihkan. Ini seperti zona perang. Saya memiliki banyak teman di sana. Sekarang, saya (giliran) menjadi orang yang menyemangati mereka. Padahal, biasanya mereka yang menyemangati saya.
Pada edisi Minggu, Rossi—yang juga telah menjadi legenda hidup MotoGP—berbagi kisah bersama wartawan senior Sky Sport Guido Meda dan mantan pebalap Superbike Mauro Sanchini.
Pertaruhan besar Rossi
Musim ini, seharusnya menjadi pertaruhan besar bagi Rossi untuk memutuskan melanjutkan kariernya atau pensiun. Dia perlu menjalani beberapa seri awal untuk mengetahui apakah masih bisa kompetitif atau tidak. Kini, Rossi harus bersabar menanti jadwal balapan MotoGP 2020 yang diagendakan dimulai pada 1-3 Mei di Sirkuit Jerez, Spanyol.
Rossi memahami situasi saat ini tidak memungkinkan menggelar ajang olahraga. “Olahraga harus berhent. Terlalu banyak yang menderita dan kita harus menunggu hingga semua orang dalam kondisi baik,” ujar Rossi yang juga sangat merindukan atmosfer balapan dikutip GPOne.
Namun, jadwal baru itu juga belum tentu bisa bergulir jika melihat situasi wabah Covid-19 di Eropa yang belum juga mereda hingga saat ini. Penundaan pun bisa kembali berlangsung, bahkan pengurangan balapan dari 19 seri saat ini menjadi 13 seri sesuai kontrak antara Dorna dengan FIM. Bos tim Ducati, Gigi Dall’Igna, bahkan melontarkan wacana potensi balapan hanya 10 seri.
Jika itu terjadi, maka musim 2020 ini akan sangat panas sejak seri awal dan bisa menghadirkan kejutan.
Para pebalap kini mengisi waktunya dengan berlatih fisik di rumah menyusul pembatalan seri pembuka di Qatar, disusul penundaan seri Thailand, Amerika Serikat, dan Argentina. Selain itu, tim-tim juga resah karena tekanan finansial sangat besar menyusul ketiadaan pemasukan. Tanpa balapan, tim-tim tidak mendapatkan hadiah, bonus, dan upah tampil dalam balapan.
Pengembangan dihentikan
Kondisi ini mendorong Dorna, FIM, dan asosiasi tim-tim balap (IRTA) menyepakati penundaan pengembangan mesin dan aerodinamika, seperti diungkap oleh GPOne. Langkah ini untuk menekan biaya yang harus dikeluarkan oleh tim-tim serta menjunjung asas keadilan.
Saat ini, tim-tim pabrikan Eropa seperti Ducati tidak bisa beraktivitas penuh karena kebijakan lockdown (karantina wilayah) di Italia. GPOne memahami bahwa tim-tim telah mendapatkan informasi dari Direktur Teknik MotoGP Danny Aldridge supaya menghentikan pengembangan mesin dan aerodinamika mulai Rabu (25/3).
Dalam situasi normal, proses pengecekan teknis serta homologasi atau pengesahan mesin dan paket aerodinamika dilakukan sebelum balapan seri pertama. Mesin yang dikirim tim-tim peserta ke Direktur Teknik MotoGP untuk disahkan merupakan mesin sampel. Semua onderdil, termasuk yang berada dalam rumah mesin yang tersegel, sama dengan mesin yang terpasang di setiap motor.
Mesin sampel itu harus diterima Direktur Teknik sebelum penutupan proses pengecekan teknis, yaitu biasanya pada Kamis sebelum rangkaian balapan atau Grand Prix berlangsung. Mesin tidak boleh lagi dibongkar atau diganti sejak homologasi hingga musim balapan berakhir. Adapun paket aerodinamika bisa diperbarui satu kali di tengah musim.
Selain itu, menurut MotoMatters, setiap tim juga harus mendaftarkan rasio girboks dengan jumlah maksimum 24 variasi berbeda serta empat rasio final drive yang berbeda. Paket itu bisa digunakan sepanjang musim, selama sudah disahkan sebelum balapan pertama.
Dengan situasi yang serba tak pasti ini, pengembangan mesin dan aerodinamika MotoGP akan dihentikan hingga balapan pertama bergulir. Untuk mengontrol penghentian pengembangan ini, kemungkinan setiap tim diwajibkan mengirimkan dokumen teknis termasuk desain mesin dan aerodinamika terakhir. Dokumen itu bisa untuk dasar pemeriksaan kelak sebelum balapan.