Ketua Umum KOI Raja Sapta Oktohari sepakat dengan keputusan penundaan Olimpiade Tokyo 2020. Penundaan itu dinilai tepat karena menempatkan kepentingan dan keselamatan atlet sebagai prioritas utama.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Komite Olimpiade Indonesia menyambut keputusan penundaan Olimpiade Tokyo 2020 hingga jangka waktu setahun ke depan. Penundaan itu dinilai tepat karena menempatkan kepentingan dan keselamatan atlet sebagai prioritas utama.
Sebelumnya, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dan Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC) Thomas Bach sepakat menunda gelaran Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo. Ajang tersebut ditunda karena kekhawatiran yang meningkat akibat pandemi Covid-19. Adapun batas waktu penundaan hingga musim panas 2021.
Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Raja Sapta Oktohari sepakat dengan penundaan Olimpiade. ”Sejak awal, kita menyampaikan sepenuhnya percaya kepada keputusan IOC. Sebab, pasti sama dengan kita, mereka juga memikirkan kepentingan atlet di atas segalanya,” ucap Okto saat dihubungi pada Rabu (25/3/2020) dari Jakarta.
Oleh karena itu, KOI tidak mengikuti tindakan yang dilakukan Komite Olimpiade Australia dan Kanada. Komite kedua negara itu sempat mengancam tidak akan mengikuti Olimpiade jika tetap dilangsungkan pada 24 Juli-9 Agustus 2020.
Menurut Okto, kondisi dunia saat ini memang tidak memungkinkan untuk menyelenggarakan ajang olahraga. Pandemi tidak hanya mengancam penyelenggaraan, tetapi juga sudah mengganggu persiapan atlet yang akan berlaga di kualifikasi.
”Situasi ini tidak gampang. Pandemi ini sudah mengancam dunia. Kita prihatin dengan Covid-19. Namun, kita juga tetap mau percaya diri bagaimana olahraga ini pada akhirnya bisa menjadi cahaya di ujung kegelapan,” tutur Okto yang melihat Olimpiade lebih tepat dimainkan saat krisis pandemi telah berlalu.
KOI menginstruksikan kepada semua atlet agar tetap fokus menjalankan pemusatan latihan nasional. Adapun penundaan membuat atlet bisa mempersiapkan diri lebih panjang untuk menuju Olimpiade.
Persiapan yang lama, jelas Okto, akan lebih maksimal bagi prestasi nasional yang mengincar 31 atlet ke Olimpiade. Namun, konsekuensinya adalah masalah anggaran pelatnas.
”Terkait anggaran, kami akan konsultasi dengan pemerintah. Itu yang masih kami bahas bersama Kemenpora (Kementerian Pemuda dan Olahraga) karena ini tidak bisa kami putuskan sendiri. Pastinya akan kami dorong agar pelatnas maksimal sampai 2021,” ujarnya.
KOI menilai, kemungkinan besar Olimpiade akan berlangsung pada Juni 2021. Hal itu akan membuat dana pelatnas yang diproyeksikan hanya sampai Juli 2020 harus ditambah hingga setahun ke depan.
Sekretaris Kemenpora Gatot S Dewa Broto menjelaskan, Indonesia memang tidak banyak pilihan selain setuju dengan keputusan IOC. Pemerintah melalui KOI sedang dalam upaya mengincar posisi tuan rumah pada Olimpiade 2032.
”Itulah sebabnya Pemerintah Indonesia dan KOI dalam sikapnya terhadap rencana jadi atau ditundanya Olimpiade Tokyo 2020 berada pada posisi tidak ingin merepotkan IOC dan Pemerintah Jepang,” katanya.