Bagi Hendra Setiawan dan Greysia Polii, Olimpiade Tokyo 2020 akan menjadi Olimpiade terakhir mereka. Penundaan Olimpiade tidak mematahkan semangat mereka, menjaga motivasi dan komitmen untuk tetap meraih prestasi.
Oleh
Yulia Sapthiani
·3 menit baca
Penundaan Olimpiade Tokyo 2020 selama setahun karena wabah virus Covid-19, tak hanya menjadi tantangan bagi panitia penyelenggara. Atlet, sebagai aktor utama dari pesta olahraga terbesar di dunia itu, mengalami hal yang sama, terutama yang telah memasuki masa akhir karier mereka.
Hendra Setiawan sangat berambisi tampil di Olimpiade Tokyo 2020, terutama setelah menembus kembali persaingan papan atas dunia sejak 2019 bersama partnernya, Mohammad Ahsan. Semangatnya tak luntur meski Olimpiade ditunda setahun dan dia akan berusia 37 tahun pada 2021, sedangkan Ahsan akan berusia 34 tahun.
“Keinginan main di Olimpiade pasti masih ada meskipun pelaksanaannya diundur,” tegasnya, Kamis (26/3/2020), di Jakarta.
Hari itu, Hendra baru kembali ke rumah setelah menjalani karantina di pelatnas bulu tangkis Cipayung, Jakarta, sepulang mengikuti All England, 11-15 Maret. Terkait wabah virus Covid-19, PBSI menetapkan peraturan karantina bagi semua anggota tim Indonesia yang tampil di All England selama 14 hari. Mereka yang telah berkeluarga diperbolehkan pulang, namun harus tetap menjaga jarak dengan anggota keluarga hingga 12 April.
Setelah menapaki kembali karier dari nol bersama Ahsan pada 2018—mereka berganti pasangan pada 2017 karena Hendra keluar dari pelatnas—Hendra/Ahsan terlahir kembali pada 2019. Di tengah persaingan dengan pemain-pemain yang lebih muda, yang umumnya berusia 20 tahunan, mereka menjuarai tiga ajang besar: All England, Kejuaraan Dunia, Final BWF World Tour.
Dengan menempati peringkat kedua dunia di bawah rekan senegara, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon, Hendra/Ahsan pun berpeluang menjadi salah satu dari dua wakil Indonesia di Tokyo. Dominasi ganda putra Indonesia pada rangkaian turnamen BWF juga membuat Hendra/Ahsan masih punya peluang meraih medali emas.
Sadar tantangan yang akan dihadapi lebih berat dibandingkan dua Olimpiade sebelumnya, Hendra/Ahsan memfokuskan diri mengasah keunggulan mereka, yaitu akurasi pukulan dan kecerdikan dalam memilih taktik.
Penantian selama setahun, dikatakan Hendra, akan dia fokuskan untuk menjaga kondisi fisik agar tidak terlalu menurun. Situasi seperti saat ini, ketika semua orang diharuskan beraktivitas di rumah, tak menghalanginya untuk tetap berlatih meski hanya latihan fisik.
Komitmen
Hal lain yang selalu dikatakan menjadi faktor terpenting adalah motivasi dan komitmen untuk menjalani pilihannya menjadi atlet dengan penuh tanggung jawab. Komitmen itu pula yang membuatnya bisa bertahan, bahkan bangkit setelah gagal di Rio de Janeiro 2016.
Empat tahun lalu, Hendra/Ahsan tersingkir pada penyisihan grup meski menjadi wakil Indonesia yang paling diunggulkan meraih emas. Rio menjadi Olimpiade kedua bagi mereka dengan pasangan berbeda pada kesempatan sebelumnya. Hendra berpasangan dengan Markis Kido saat debut dan meraih emas di Beijing 2008, adapun Ahsan berpartner bersama Bona Septano, adik Kido, di London 2012.
Komitmen serupa diberikan pemain ganda putri, Greysia Polii, yang menunda rencana pensiun. Pemain yang akan berusia 34 tahun pada 2021 ini, semula berencana pensiun setelah Olimpiade, yang seharusnya berlangsung 24 Juli-9 Agustus. Seiring dengan mundurnya Olimpiade, rencana pensiun pun mundur.
Komitmen Greysia untuk menanti Olimpiade hingga setahun mendatang dikatakan pelatih ganda putri pelatnas bulu tangkis Eng Hian. “Saya sudah bicara dengan Greysia. Dia akan bertahan dulu sampai Olimpiade,” kata Eng Hian.
Seperti Hendra, Greysia, yang menjadi pemain putri paling senior di pelatnas Cipayung, akan menghadai tantangan menjaga kebugaran fisik selama setahun ke depan. Eng Hian pun berencana membuat program latihan dengan target tersebut.
Bersama Apriyani Rahayu, Greysia, berpeluang besar menjadi satu-satunya wakil ganda putri Indonesia. Inilah yang akan dimanfaatkan Greysia, yang juga tampil dalam dua Olimpiade sebelumnya itu, yaitu bersama Nitya Krishinda Maheswari (Rio 2016) dan Meiliana Jauhari (London 2012).
Apalagi, dengan konsisten berada pada peringkat 10 besar sejak 2018, Greysia/Apriyani berpeluang menjadi ganda putri pertama Indonesia yang menyumbangkan medali dari bulu tangkis di ajang Olimpiade.