Penundaan Olimpiade Tokyo 2020 membuat pelatnas cabang olahraga prioritas molor selama setahun. Dampaknya, cabang olahraga membutuhkan dana pelatnas lebih banyak di saat pemerintah fokus menangani wabah Covid-19.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Penundaan Olimpiade Tokyo 2020 membuat pemusatan latihan nasional cabang-cabang olahraga prioritas lebih panjang setahun daripada rencana. Hal itu berdampak pada kebutuhan lebih terhadap anggaran di tengah keterbatasan dana olahraga pemerintah yang sedang fokus mencegah Covid-19.
Sebelum ditunda, mayoritas cabang olahraga prioritas berencana memaksimalkan anggaran pelatnas pada 2020 untuk digunakan sebelum Olimpiade mulai, Juli. Dana itu difokuskan untuk pemusatan latihan dan uji coba di luar negeri.
Rencana itu membuat cabang tidak memiliki atau hanya sedikit anggaran lagi untuk menggelar pelatnas seusai Olimpiade. Dengan adanya penundaan, kemungkinan hingga Juni 2021, terdapat kekosongan dana pelatnas selama nyaris setahun.
Kebutuhan dana untuk mengisi kekosongan pada fase pertama Agustus 2020 – Desember 2020. Hal itu menjadi persoalan karena Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) menyatakan tidak bisa memenuhi dana tersebut. Kemenpora sedang kesulitan dana karena diminta membantu pemerintah untuk anggaran pencegahan Covid-19.
Sementara itu, pada fase kedua, Januari 2021 – Juni 2021, kebutuhan dana pelatnas akan bisa dipenuhi dari anggaran tahun tersebut. Namun, anggaran itu menjadi masalah karena, selain kecil dengan asumsi perlambatan ekonomi, harus dibagi lagi dengan pelatnas SEA Games yang juga berlangsung pada tahun tersebut.
“Serba dilematis. Satu sisi Olimpiade mundur berarti perlu tambahan anggaran. Tetapi di sisi lain negara juga sedang butuh banyak anggaran, lebih penting untuk penanganan pandemi,” kata pengamat olahraga Djoko Pekik Irianto, saat dihubungi pada Kamis (26/3/2020), dari Jakarta.
Menurut Djoko, di tengah kondisi ini, pengurus cabang bisa memanfaatkan dana pemusatan latihan dan uji coba yang belum terpakai. Dana itu tentunya bisa untuk mengisi kekosongan untuk pelatnas dalam negeri hingga akhir tahun.
Untuk 2021, Djoko menilai Kemenpora harus menetapkan skala prioritas cabang yang lebih kecil daripada sebelumnya. Cabang diutamakan yang sudah lolos dan potensial meraih medali, seperti angkat besi, bulu tangkis, dan panahan. “Ini pilihan yang berat memang,” ucapnya.
Manajer tim angkat besi nasional Alamsyah Wijaya mengatakan, sebelumnya terdapat dua uji coba yang batal akibat Covid-19. Karena itu, dana uji coba itu kemungkinan akan dipindahkan untuk program pelatnas hingga akhir tahun.
Pelatnas, menurut Alamsyah, tidak akan berhenti di tengah jalan. Mereka akan mencari cara untuk bisa tetap menyiapkan atlet dengan keterbatasan anggaran. “Tidak ada kata berhenti. Kita akan cari jalan. Kalau dipulangin, kita akan rugi lebih banyak, bisa drop mereka nanti. Misal 1 bulan anggaran Rp 500 juta, akan kita usahakan,” jelasnya.
Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) Achmad Budiharto mengatakan, anggaran dari Kemenpora tidak terlalu berpengaruh untuk pelatnas, hanya berkontribusi terhadap 15 persen biaya pelatnas. “Tetapi sebenarnya kami berharap diberikan prioritas untuk dapat dukungan lebih meraih prestasi,” terangnya.
Sekretaris Kemenpora Gatot S Dewa Broro mengatakan, tahun depan memang cukup banyak ajang olahraga. Selain Olimpiade, Paralimpiade, dan SEA Games, ada juga Moto GP yang akan berlangsung di Lombok. Sebab itu, pihaknya akan segera mencari jalan keluar bersama pengurus cabang.
Meskipun dana terbatas, Kemenpora berkomitmen tidak akan memotong dana pelatnas yang sudah disetujui sebelumnya untuk membantu pencegahan Covid-19. “Untuk optimalisasi anggaran membantu pencegahan Covid-19 nanti kita ambil dari kegiatan lain. Seperti anggaran kegiatan tidak prioritas, rapat, dan pengumpulan massa. Kita tidak akan ganggu pelatnas,” ucap Gatot.
Kemenpora tidak ingin berspekulasi lebih jauh terkait anggaran pelatnas ke depan. Mereka saat ini fokus memantau kesehatan dan keselamatan atlet agar tidak ada yang terinfeksi Covid-19.
Pengamat olahraga dari Universitas Negeri Semarang (UNNES) Tandiyo Rahayu menjelaskan, prioritas utama Kemenpora memang seharusnya menghadapi pandemi. Masalah anggaran bisa dibahas setelah pandemi mulai mereda. “Pasti ada jalan (anggaran). Yang paling penting saat ini menjaga semangat, optimisme, dan kesehatan (atlet),” ungkapnya.