Klub-klub sepak bola Liga 1 dan 2 Indonesia diberikan kewenangan mengubah perjanjian kontrak pembayaran gaji pemain dan staf kepelatihan pada bulan Maret hingga Juni. PSSI telah memutuskan menunda liga hingga akhir Juni.
Oleh
M IKHSAN MAHAR
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia menetapkan penghentian kompetisi hingga Juni 2020. Dengan demikian, kompetisi Liga 1 dan Liga 2 baru bisa dilaksanakan pada 1 Juli mendatang. Atas dasar hal itu, klub-klub diberikan kewenangan mengubah perjanjian kontrak dengan pemain untuk pembayaran hak pemain dan staf kepelatihan pada bulan Maret hingga Juni.
Hal itu tertuang dalam surat keputusan PSSI Nomor 48/SKEPIII/2020 yang ditandatangani Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan, Jumat (27/3/2020). Berdasarkan keputusan pemerintah terkait tanggap darurat wabah Covid-19, yaitu hingga 29 Mei 2020, maka PSSI menetapkan bulan Maret sampai Juni 2020 sebagai keadaan kahar (force majeure).
Alhasil, pelaksanaan kompetisi tidak akan dilakukan hingga akhir Mei. Lalu, PSSI memberikan waktu ke setiap klub melakukan persiapan menjalani liga tertunda selama satu bulan. Dengan demikian, Liga 1 dan 2 baru akan dimulai kembali setelah akhir Juni 2020.
“Pelaksanaan lanjutan liga bisa dilakukan apabila status keadaan tertentu darurat bencana tidak diperpanjang pemerintah. Tetapi, andai pemerintah memperpanjang situasi darurat setelah 29 Mei atau PSSI menilai situasi belum ideal untuk jalannya liga, maka kompetisi musim 2020 yang sudah berjalan akan dihentikan,” ucap Iriawan di Jakarta, Jumat.
Andai pemerintah memperpanjang situasi darurat setelah 29 Mei atau PSSI menilai situasi belum ideal untuk jalannya liga, maka kompetisi musim 2020 yang sudah berjalan akan dihentikan.
Hal-hal atau keputusan lainnya terkait kompetisi, seperti sistem dan format kompetisi, kewajiban klub kepada pihak ketiga, serta sistem promosi dan degradasi akan diatur di kemudian hari melalui surat keputusan terpisah dari PSSI.
Setelah dihentikan sementara, 15 Maret lalu, Liga 1 seharusnya melanjutkan pekan keempat pada 3 April mendatang. Tetapi, di lain pihak, penyebaran wabah virus korona baru di Indonesia kian masif. Pemerintah pun memberlakukan pembatasan aktivitas masyarakat.
Direktur Olahraga Persija Ferry Paulus menyatakan, Persija menghormati keputusan yang telah diambil PSSI. Ia yakin keputusan itu adalah jalan yang terbaik dalam kondisi yang tidak baik saat ini.
“Keputusan ini merupakan andil kami untuk mengikuti pemerintah dalam memerangi virus korona. Semua ini untuk kebaikan kita bersama,” kata Ferry dalam rilis resmi klub itu.
Penyesuaian gaji pemain
Akibat kondisi darurat itu, PSSI juga memberikan kebebasan kepada klub untuk melakukan penyesuaian terhadap hak pemain dan staf kepelatihan yang sudah disepakati di awal musim ini.
“Peserta Liga 1 dan Liga 2 dapat mengubah kontrak kerja atas kewajiban pembayaran gaji di bulan Maret, April, Mei, dan Juni yang dapat dibayarkan maksimal 25 persen dari kewajiban klub yang tertera di dalam kontrak kerja,” tutur Iriawan.
Besaran keputusan untuk perubahan pemenuhan gaji pemain dan staf kepelatihan klub itu serupa dengan usulan 10 klub Liga 1 yang telah menjalani rapat daring, Senin (23/3/2020) lalu. Dalam rapat itu, klub meminta PSSI agar memberikan kewenangan bagi klub untuk membayar gaji pemain, pelatih, dan staf tim maksimal 25 persen dari nilai kontrak sejak bulan Maret hingga kompetisi dijalankan kembali.
Rapat itu dihadiri oleh petinggi Persija Jakarta, PSM Makassar, Madura United, Arema FC, PSIS Semarang, Persebaya Surabaya, Persib Bandung, Barito Putera, Persiraja Banda Aceh, dan Persita Tangerang.
Sementara itu, pengurus Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI), Riza Hufaida, menyayangkan keputusan PSSI yang dinilainya sepihak terkait pemenuhan hak-hak pemain. Ia menilai, PSSI terkesan terburu-buru mengambil keputusan mengenai kompetisi, padahal FIFA belum memutuskan hal strategis terkait lanjutan pelaksanaan kompetisi apabila wabah Covid-19 telah mereda.
Riza menekankan, seharusnya klub membayar penuh gaji pemain pada bulan Maret, sebab pemain sudah menjalani kompetisi di dua pekan awal bulan ini. Keputusan PSSI itu, lanjutnya, dipastikan akan menyusahkan pemain mengingat pemain akan merayakan hari raya Idul Fitri.
“Lagi-lagi PSSI tidak melibatkan kami dalam memutuskan permasalahan (gaji pemain) ini. Pastinya, kami akan meminta dukungan kepada FIFPro (Federasi Internasional Asosiasi Pesepakbola Profesional) terkait kondisi di Indonesia,” kata Riza.