Wabah Covid-19 akan memengaruhi jendela transfer musim panas di liga-liga Eropa. Selain itu, pemain yang masa kontraknya berakhir pada akhir musim ini akan menghadapi ketidakpastian.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
BERLIN, KOMPAS — Seandainya liga di Eropa tidak terhenti akibat wabah Covid-19, jendela transfer musim panas akan dimulai tiga bulan lagi atau per 1 Juli 2020. Namun, penghentian liga yang belum ditentukan kelanjutannya tidak hanya menghadirkan ketidakpastiaan pada masa transfer pemain, tetapi berpotensi pula mengubah iklim transaksi jual-beli pemain di ”Benua Biru”.
Sebelum musim 2019/2020 berakhir, semua liga top Eropa telah membuat lini masa jendela transfer. Mayoritas kompetisi, seperti Liga Spanyol, Liga Italia, dan Liga Jerman, akan memulai proses jual-beli pemain pada musim panas 2020 tanggal 1 Juli. Sementara Liga Inggris dan Liga Perancis akan mulai lebih awal pada pekan kedua bulan Juni. Semua jendela transfer itu berakhir pada Agustus.
Setelah mayoritas liga di Eropa terpaksa berhenti karena penyebaran virus korona baru, jendela transfer musim panas, yang selama ini menjadi ajang perpindahan pemain bintang dengan nilai tinggi, masih penuh tanda tanya. Pasalnya, semua kompetisi top Eropa diprediksi paling cepat bisa kembali dimulai pada bulan Mei. Apabila pemain dan klub sepakat memadatkan jadwal, liga dan kompetisi antarklub Eropa paling cepat rampung dalam 10 pekan atau awal Juli mendatang.
Selain jadwal, antusiasme menyambut jendela transfer musim panas 2020 dipastikan akan meredup. Penyebabnya, semua klub tidak memiliki dana segar yang melimpah. Hal itu disebabkan tidak adanya pendapatan mereka seiring vakumnya kompetisi. Berdasarkan laporan akuntan internasional, Deloitte, yang bertajuk ”Football Money League 2020”, 10 besar klub dengan pendapatan terbesar pada 2019, seperti Barcelona, Real Madrid, Bayern Muenchen, Paris Saint-Germain, Liverpool, dan Juventus, meraih rata-rata 56,2 persen sumber pendapatan dari pertandingan, yaitu hak siar dan tiket pertandingan.
Menurut Direktur Manajer Transfermarkt Jerman Matthias Seidel, sirkulasi jual-beli pemain pada musim panas 2020 akan sedikit lesu karena wabah Covid-19 telah memukul keuangan klub, terutama klub-klub kecil yang tidak dimiliki taipan. Ia memprediksi, keuangan klub yang lemah akan mengubah prioritas klub dari berambisi membeli pemain bintang dengan harga selangit menjadi pembelian pemain seperlunya untuk menghadirkan skuad yang kompetitif pada musim baru nanti.
”Krisis yang dipengaruhi wabah korona akan berdampak pada menyusutnya permintaan untuk pembelian pemain karena kondisi finansial klub yang tidak baik. Bagi klub kecil, kondisi ini akan semakin parah karena mereka semakin sulit membeli pemain berkualitas untuk bersaing dengan klub papan atas,” kata Seidel kepada Eurosport, Rabu (1/4/2020).
Seidel menambahkan, bursa transfer bisa tetap bergeliat apabila Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA) tidak memberlakukan aturan financial fair play pada musim mendatang. ”Jika aturan itu ditangguhkan, klub top Eropa akan memiliki dana lebih banyak untuk dibelanjakan yang membuat pasar lebih aktif,” ucapnya.
Sementara itu, mantan Presiden Bayern Muenchen Uli Hoeness menilai, harga pasaran pemain akan menurun sehingga nilai jual-beli pemain tidak akan sebesar di jendela transfer pada dua atau tiga musim terakhir. Adapun pada musim panas 2019, Bayern mengeluarkan dana 80 juta euro (Rp 1,4 triliun) untuk menebus bek Lucas Hernandez dari Atletico Madrid.
”Saya tidak bisa membayangkan ada pembelian pemain yang menyentuh nilai 100 juta euro (Rp 1,8 triliun) dalam waktu dekat. Pascawabah Covid-19 berakhir akan hadir era baru di dunia sepak bola,” ujar pemain tim nasional Jerman Barat yang meraih Piala Dunia 1974 itu.
Direktur Olahraga Juventus Fabio Paratici berpendapat, kemarau pendapatan yang dihasilkan klub membuat jendela transfer musim panas jelang musim 2020/2021 akan menghasilkan kebiasaan baru dalam jual-beli pemain. Menurut Paratici, klub akan lebih banyak melakukan pertukaran pemain untuk mengurangi pengeluaran euro.
”Musim panas nanti akan banyak pertukaran pemain yang membuat bursa transfer sepak bola, seperti NBA (liga basket Amerika Serikat), yang tidak menyertakan dana tunai,” kata Paratici kepada Tuttosport. Seperti diketahui, tim di NBA tidak mengeluarkan uang untuk membeli pemain karena sistem transfer hanya memberlakukan pertukaran pemain.
Dengan kondisi itu, menurut Direktur Inter Milan Beppe Marotta, akan membuat klub lebih memilih untuk mengembangkan dan memanfaatkan para pemain di akademi mereka. Adapun Inter mengeluarkan 156,5 juta euro (Rp 2,8 triliun) pada jendela transfer musim panas 2019 lalu guna mendatangkan pemain, seperti Romelu Lukaku dan Matteo Politano.
Rumit
Situasi rumit akan dialami oleh pemain yang masa kontraknya akan berakhir 30 Juni 2020 serta pemain yang telah sepakat untuk pindah klub per 1 Juli 2020. Sekretaris Jenderal Federasi Internasional Pesepak Bola Profesional (FIFPro) Jonas Baer-Hoffmann mengungkapkan, pihaknya tengah menjalin komunikasi dengan FIFA dan UEFA untuk mencari jalan keluar terhadap nasib pemain yang kontraknya akan habis pada akhir musim ini.
”Kontrak pemain yang berlaku hingga akhir musim secara sekilas masih tetap berlaku apabila kompetisi berakhir melebihi jadwal yang telah ditentukan sebelumnya. Namun, dalam praktiknya terdapat masalah legal yang harus dihadapi pemain dan klub karena telah ada masa waktu di dalam kontrak mereka. Oleh karena itu, kami akan mencari solusi bersama agar para pemain mendapatkan perpanjangan kontrak apabila musim ini harus dirampungkan setelah bulan Juni,” kata Baer-Hoffmann.
Lebih lanjut, Baer-Hoffmann menuturkan, pihaknya masih kesulitan pula untuk menentukan jalan keluar terkait dengan kondisi pemain yang sudah menyepakati kontrak dengan klub anyar untuk musim mendatang. Sebab, lanjut dia, kesepakatan harus dihasilkan oleh pemain bersama klub asal dan klub barunya. ”Secara hukum, kondisi ini lebih sulit dibandingkan dengan perkara pemain yang akan bebas transfer,” katanya.
Terkait dengan permasalahan kontrak pemain, FIFA telah menyelenggarakan pertemuan untuk membahas masalah itu bersama klub dan federasi sepak bola di dunia. Dari diskusi itu, FIFA telah menyusun draf dokumen bertajuk ”Covid-19: Football Regulatory Issues” yang khusus mengatur kontrak pemain dan jendela transfer.
”FIFA telah mengusulkan agar klub memperpanjang kontrak pemain yang berakhir 30 Juni hingga musim ini berakhir. Jadi, pemain yang telah sepakat pindah ke klub baru dengan status free agent tetap bersama klub yang dibela saat ini hingga akhir musim 2019/2020,” tulis draft dokumen itu yang dilansir New York Times. (REUTERS)