Meninggalnya Lukman Niode menjadi awal baru akuatik nasional untuk membentuk legenda renang baru. Perenang muda bisa mencontoh jalan karier yang membuat Lukman menjadi salah satu perenang terbaik di masanya.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Cara mendiang legenda akuatik nasional Lukman Niode membangun karier dari awal hingga berprestasi bisa ditiru perenang muda. Kunci sukses paling utama yang diwariskannya adalah seorang atlet membutuhkan kecerdasan dan kedisiplinan.
Nilai-nilai yang bisa diteladani dari Luki, panggilannya, diungkapkan oleh rekan mantan perenang nasional hingga pejabat yang pernah duduk bersama di kepengurusan olahraga. Warisan dari pengalaman bersama Luki itu diceritakan dalam telekonferensi pada Kamis (23/4/2020).
Hal yang membedakan sang legenda dari atlet-atlet lain adalah tingkat kecerdasannya. Mantan perenang nasional era 1970-an, yang pernah berlatih bersama mendiang, Anita Sapardjiman, mengatakan Luki selalu mengetahui fokus latihan yang penting untuk meningkatkan performanya.
”Dia kalau latihan bukan sembarangan. Dia itu pintar. Jadi kita dapat program latihan yang sama dari pelatih, tetapi dia tahu harus fokus di titik mana. Banyak sekali atlet yang berpikiran, Luki latihannya lebih santai, tetapi saat lomba dia yang juara,” kata Anita.
Perenang, bagi Luki, harus memahami apa yang dilatih. Atlet bukan robot yang mengikuti seluruh program pelatih. Karena itu, atlet perlu memiliki ilmu yang lebih untuk mendukung hal tersebut. Ilmu itu bisa berasal dari mana saja, nonformal maupun formal.
”Dia selalu bilang ke saya. Kamu jadi perenang harus berpikir. Buat apa kamu latihan kalau tidak tahu gunanya apa. Latihan bukan untuk nyelesain program aja. Tapi untuk apa,” kata perenang seangkatan Luki, Tjatur Sugiarto.
Dalam meningkatkan kecerdasannya, Luki sendiri termasuk berutung karena berkesempatan studi di luar negeri. Dia menyelesaikan SMA di California dan mengambil kuliah arsitektur di Los Angeles. Selama di AS, dia yang menjalani hidup sebagai atlet dan pelajar mendapat banyak ilmu tentang renang.
Mantan perenang yang sekarang melatih di AS, Lisa Siregar, meyakini, pembentukan Luki dengan melalui atlet pelajar merupakan cara terbaik menghasilkan generasi emas akuatik Indonesia. Ilmu yang didapat tidak hanya berguna semasa menjadi atlet, tetapi juga bisa digunakan saat melatih ataupun ketika berkiprah di kepengurusan olahraga.
Hal tersebut yang dilakukan Luki. Setelah berprestasi sebagai atlet, dia turut menjadi pelatih yang menghasilkan perenang andal, seperti Wisnu Wardhana dan Richard Sam Bera. Dia juga terlibat aktif dalam kepengurusan olahraga nasional.
”Jadi bukan hanya latihan. Karena kalau sudah tidak renang, bisa ilmunya dipakai untuk hal lain. Hal itu sangat baik untuk atlet, apalagi seperti Luki, dia orangnya selalu mau belajar dan punya inisiatif bertanya,” ucap putri dari tokoh olahraga yang turut membesarkan Luki, MF Siregar, tersebut.
Tentunya tempat studi yang dituju harus lebih maju dalam hal renang dari Indonesia. AS dinilai Lisa sebagai salah satu tempat yang cocok bagi atlet pelajar.
Disiplin
Di samping kecerdasan, kunci utama yang tidak bisa dilepaskan dari atlet adalah sikap disiplin. Sikap itu yang tidak pernah hilang dari atlet yang pernah menggapai semifinal Olimpiade Los Angeles 1984 tersebut.
Menurut mantan perenang peraih perunggu Asian Games 1978, Nunung Selowati, kedisiplinan merupakan faktor yang membuat Luki menjadi salah satu perenang terbaik Indonesia. Atlet yang merajai gaya punggung itu tidak pernah membohongi dirinya sendiri dalam latihan.
Kalau latihan tanpa pelatih, sikapnya patut diacungi jempol. Kedisiplinan diri dan keinginan dalam diri dia sangat kuat. Jadi, dia tetap akan berlatih sendiri sesuai program meski tanpa pelatih. Tidak semua perenang kita punya sikap itu. (Nunung)
Setelah menjadi atlet, Luki juga terus berkontribusi salah satunya di Pengurus Besar Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PB PRSI). Saran-sarannya selama berada dalam kepengurusan membuat perenang nasional tidak tertinggal jauh di Asia Tenggara.
Ketua Umum PB PRSI (2005-2009) Purnomo Yusgiantoro mengatakan, Luki selalu mengutamakan pelatihan jangka panjang untuk atlet nasional. Pelatihan itu juga harus diikuti dengan uji coba kejuaraan yang rutin. Kedua hal tersebut menjadi perhatian utamanya.
”Setelah dilakukan kami berhasil meraih emas beruntun saat itu dari 2005-2009 di SEA Games,” katanya.
Ketum PB PRSI Anindya Bakrie melihat warisan-warisan dari Luki akan menjadi inspirasi program-program ke depan renang Indonesia. Salah satunya memperbanyak atlet pelajar. ”Kita harus membangun Lukman Niode yang baru. Perjuangan beliau selama menjadi suatu pupuk yang akan kita teruskan,” pungkasnya.
Adapun perenang yang meraih emas SEA Games dari 1977-1983 itu mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Pelni, Jakarta, Jumat (17/4/2020). Menurut sang kakak, Idroes Niode, Luki meninggal dalam perawatan setelah dinyatakan positif Covid-19.