Ulang tahun ke-41, pada 16 Februari lalu, menjadi awal dari akhir kiprah Valentino Rossi di MotoGP. Juara dunia sembilan kali di semua kelas itu semakin dekat dengan keputusan untuk mengakhiri teka-teki masa depannya.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·5 menit baca
Stefania Palma tak pernah berharap putranya, Valentino Rossi, menjadi pebalap. Dia sesungguhnya menginginkan Rossi menjadi insinyur teknik sipil. Namun, masa depan adalah misteri. Rossi justru menjadi raja sirkuit, meraih sembilan gelar juara dunia di kelas 125 cc, 250 cc, 500 cc, dan MotoGP. Kini era Rossi mulai memudar dan masa depan menjemput pebalap yang disebut Peter Pan di ajang MotoGP itu.
Stefania merasa balapan berbahaya dan selalu mengkhawatirkan keselamatan Rossi dan adiknya, Luca Marini. Namun, bahaya itu yang membuat Rossi terus bergairah. Dia akan berhenti jika merasa waktunya telah tiba.
”Ini bisa berisiko. Tetapi, karena itulah saya akan terus membalap hingga akhir,” tegas Rossi.
Rossi memang sudah tidak muda lagi, Februari lalu dia berusia 41 tahun. Namun, gairahnya untuk membalap dan bersaing dengan para pebalap muda masih mampu menembus layar televisi.
Rossi belum habis, tetapi tidak lagi berada di masa keemasannya. Musim lalu menguatkan status Rossi sebagai pebalap masa lalu. Dia tak lagi cukup cepat untuk konsisten bersaing dengan para pebalap muda, bahkan dengan Fabio Quartararo yang merupakan pebalap rookie.
Masa senja tak bisa dilawan oleh Rossi dengan gairahnya. Dia pun dipaksa berdamai dengan waktu, memberi jalan kepada Quartararo untuk menggantikan posisinya di tim pabrikan Yamaha musim depan. Negosiasi alot melempar Rossi ke tim satelit dengan jaminan motor spesifikasi pabrikan jika pebalap Italia itu masih ingin membalap pada 2021.
Apakah Rossi akan pensiun di akhir musim 2020 yang tak kunjung bergulir ini, atau dia akan terus membalap, masih menjadi teka-teki.
Memainkan teka-teki adalah salah satu kelihaian pebalap kelahiran Tavullia, Italia, itu. Rossi dikenal lihai dalam permainan psikologis untuk mengusik mental lawan. Namun, kali ini Rossi melawan dirinya sendiri untuk menemukan kompromi, antara gairah membalap dan pencapaian di garis finis yang semakin jauh dari podium. Dia juga sudah terlalu lama tidak memenangi balapan, terakhir kali di Sirkuit Assen, Belanda, pada 2017.
Rossi pun berkontemplasi, berusaha mencari jawaban apakah dirinya siap meninggalkan dunia balap, yang telah dia geluti selama 24 tahun, lebih dari separuh hidupnya. Apakah dia siap melupakan gelar ke-10 juara dunia yang nyaris dia raih pada 2015? Musim yang sangat panas, saat Rossi finis kedua di bawah Jorge Lorenzo dengan selisih hanya lima poin.
Rencana berantakan
Di awal musim ini, pebalap berjuluk ”The Doctor” itu menegaskan, dirinya membutuhkan beberapa balapan awal untuk memutuskan apakah pensiun atau lanjut. Rossi ingin tahu, apakah dirinya masih bisa bersaing untuk juara. Namun, balapan tak kunjung bergulir akibat pandemi Covid-19. Rencana yang dia susun pun berantakan.
Ini bisa berisiko. Namun, karena itulah saya akan terus membalap hingga akhir.
Namun, kekosongan balapan ini juga membantu Rossi mengendapkan batin dan pikirannya. Dia punya banyak waktu untuk memikirkan masa depannya di MotoGP selama menjalani lockdown. Kini dia mulai memiliki gambaran jelas apa yang akan dia lakukan tahun depan. Keputusan itu semakin dekat dan akan diambil tanpa harus menjalani beberapa balapan di awal musim ini. Idealnya, dengan kepala mekanik baru, David Munoz, dia perlu lima hingga enam balapan untuk melihat daya saingnya musim ini. Namun, virus korona baru membuat balapan terhenti.
”Jadi, saya harus memutuskan sebelum balapan karena dalam situasi paling optimistis, kami bisa balapan pada paruh kedua musim ini. Jadi, sekitar Agustus atau September, kami harap, jika semuanya bagus. Jadi, saya harus mengambil keputusan sebelumnya. Apa pun itu, saya ingin melanjutkan, tetapi saya harus mengambil keputusan ini tanpa menjalani satu pun balapan,” ujar Rossi dalam wawancara daring di media sosial tim Monster Energy Yamaha, Sabtu (25/4/2020).
”Sudah pasti, ini bukan waktu yang terbaik untuk berhenti karena situasi ini dan juga mungkin kami tidak bisa balapan pada 2020. Jadi ini lebih fair menjalani kejuaraan lagi dan mungkin berhenti di akhir (tahun) depan. Jadi, saya berharap terus lanjut pada 2021,” tegas Rossi dikutip Motorsport.
Keputusan Rossi sepertinya bisa dipastikan akan lanjut pada 2021. Ini juga sangat terkait dengan rencana musim depan tim Petronas Yamaha SRT tempat Rossi akan bernaung. Tim satelit ini membutuhkan kepastikan lebih cepat dalam situasi krisis ini sehingga mereka bisa segera mencari pebalap jika Rossi memutuskan pensiun.
Petronas Yamaha SRT menegaskan, visi mereka adalah mengutamakan pebalap muda. Mereka akan mempertahankan Franco Morbidelli jika performanya membaik, juga berencana mempromosikan Xavi Vierge dari Moto2.
”Kami menginginkan para pebalap muda berbakat. Kami tahu bahwa Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo ingin bergabung dengan tim kami. Namun, sesuai dengan prinsip, kami ingin membuat para pebalap muda tumbuh,” ujar Kepala Tim Petronas Yamaha SRT Razlan Razali dikutip GPOne.
Siap mental
Apa pun langkah Rossi, dia akan memutuskan dengan kesiapan mental. Pertanyaannya adalah apakah MotoGP siap ditinggal oleh sang legenda hidup. Pebalap yang, meskipun jarang naik podium, masih menjadi sumber gairah bagi penggemar balap motor. Lihatlah balapan di Misano, tribune selalu menjadi lautan kuning. Dia membuat MotoGP menjadi olahraga yang menarik dan terus mendatangkan uang. Itulah mengapa Dorna, pemilik hak komersial MotoGP, ingin Rossi membalap selama mungkin.
”Saya tidak pernah menanyakan kepada Valentino kapan dia akan pensiun, karena dia memiliki hak untuk memilih apa yang dia inginkan. Kami berbicara tentang kapan menurut saya kami bisa mulai balapan dan visi saya. Apakah saya ingin dia terus membalap? Jika dia ingin, ya, Valentino bisa tetap di sini sepanjang dia menikmati, dan saya senang jika dia melakukan itu,” tegas Carmelo Ezpeleta, CEO Dorna.
Jika ternyata Rossi memutuskan pensiun, dia mengaku akan mengikuti balap mobil. Selain itu, fokusnya akan lebih pada pengembangan para pebalap muda Italia. Mereka yang dibina di Akademi VR46 merupakan sumber talenta-talenta yang mengisi tim Moto 2 dan Moto 3 miliknya.
Selan itu, tentu dia ingin mewujudkan rencana masa depannya, berkeluarga dan membesarkan anak-anaknya. Rossi pernah mengatakan, selain mengejar gelar ke-10 juara dunia, dia ingin memiliki putra. ”Saya ingin memiliki anak,” tegas Rossi tiga tahun lalu.