Ketika kompetisi sepak bola kembali dilanjutkan, perubahan besar bakal terjadi. Laga-laga sepak bola, khususnya di Eropa, akan digelar dengan prosedur yang lebih rumit dan terasa sedikit hambar.
Oleh
Herpin Dewanto Putro
·4 menit baca
MADRID, SENIN - Pandemi Covid-19 bakal mengubah wajah sepak bola. Ketika situasi sudah membaik dan kompetisi bisa dilanjutkan, protokol tambahan guna menjamin kesehatan pemain akan diterapkan pada setiap laga. Para pemain pun harus siap dengan etika dan aturan main baru di lapangan.
Para penonton, di sisi lain, harus menunggu lebih lama untuk bisa kembali merasakan gemuruh di stadion yang kursinya terisi penuh. Laga-laga sepak bola di Eropa akan digelar tanpa penonton hingga batas waktu yang belum bisa dipastikan. Semua itu dilakukan agar tidak ada lagi penularan penyakit Covid-19.
“Banyak perubahan yang akan terjadi dan sepak bola akan terasa berbeda. Para pemain tidak akan banyak melakukan kontak fisik seperti biasanya. Mereka akan memainkan sepak bola yang lain,” kata Presiden Asosiasi Dokter Klub Sepak Bola Spanyol Rafael Ramos seperti dikutip El Pais, Minggu (26/4/2020).
Ramos menjelaskan beberapa protokol kesehatan yang bisa diaplikasikan di lapangan dan bakal mengubah wajah sepak bola. Ia berbicara dalam konteks sepak bola Spanyol, tetapi tidak menutup kemungkinan perubahan itu juga akan terjadi pada liga-liga di Eropa atau benua lainnya.
Protokol kesehatan yang dimaksud akan dilakukan secara berlapis. Sebelum mengikuti latihan bersama tim, semua pemain harus melewati serangkaian tes untuk memastikan bahwa mereka terbebas dari penyakit Covid-19. Begitu pula ketika akan menjalani laga, tes akan kembali dilakukan.
Semua benda di stadion, termasuk lapangan, harus disterilisasi sebelum laga, saat turun minum, maupun seusai laga.
Panitia laga juga akan memiliki tugas baru untuk memastikan semua area maupun benda yang berhubungan langsung dengan para pemain sudah steril. “Semua benda di stadion, termasuk lapangan, harus disterilisasi sebelum laga, saat turun minum, maupun seusai laga,” ujar Ramos.
Bola yang akan digunakan tidak luput dari proses sterilisasi karena virus bisa saja menempel di permukaan bola yang nantinya ditendang dan dipegang para pemain. Virus bisa menempel pada bola yang menggelinding di atas rumput lapangan yang rentan terpapar virus korona baru mengingat pemain sepak bola selama ini terbiasa meludah ke rumput.
Upaya untuk memastikan tempat dan para pemain tetap steril turut mengubah cara pemain berinteraksi dengan pemain lain atau para perangkat pertandingan. Aturan untuk tidak berjabat tangan yang dianjurkan UEFA, seperti yang sudah diterapkan sesaat sebelum penundaan kompetisi akibat pandemi, masih akan berlaku beberapa waktu ke depan.
Tiada pelukan
Perubahan lainnya akan lebih sulit diterima karena menyangkut berkurangnya emosi dalam sebuah laga, yaitu cara pemain merayakan gol. Biasanya, para pemain akan berkumpul dan saling berpelukan seusai timnya mencetak gol. Kebiasaan yang menjadi bagian dari drama sepak bola itu akan sulit dilakukan dalam waktu dekat. Laga pun bisa terasa hambar.
Emosi yang tercipta secara kolektif dalam sebuah laga sepak bola juga akan hilang selama laga-laga digelar tanpa penonton. Stadion tidak lagi bergemuruh dan tidak lagi terdengar nyanyian dari para pendukung. Para pemain tuan rumah tidak akan mendapat suntikan semangat dari para penonton, sedangkan tim tamu tidak akan merasakan intimidasi.
“Stadion akan kembali penuh apabila kita benar-benar sudah aman dan itu akan terjadi ketika vaksin (Covid-19) sudah ada,” kata Wakil Menteri Kesehatan Italia, Sandra Zampa, seperti dikutip ESPN.
Sebuah vaksin dari virus baru biasanya membutuhkan waktu pembuatan sekitar 18 bulan sampai bisa digunakan secara luas. Dengan demikian, kompetisi sepak bola musim berikutnya masih terancam digelar tanpa penonton.
Di Spanyol, kompetisi sepak bola dihentikan sejak 10 Maret lalu. Presiden Liga Spanyol Javier Tebas mengatakan, laga tanpa penonton bisa dimulai pada 29 Mei, 7 Juni, atau 28 Juni, untuk menuntaskan musim ini dan mencegah kerugian besar.
Pertanyaan besar
Meski pengelola liga saat ini optimistis kompetisi bisa kembali dilanjutkan dalam waktu dekat, para ahli kesehatan masih menyimpan pertanyaan besar. “Jika pemain tuan rumah sakit, apa yang akan Anda lakukan? Jika yang sakit adalah pemain tamu, bagaimana panitia pertandingan bertindak dan mengantar pemain tersebut pulang?" ungkap asisten profesor di Universitas Ilmu Kesehatan Johns Hopkins di Amerika Serikat, Geoff Dreher.
Apabila terjadi satu saja kasus pemain yang terindikasi positif Covid-19 ketika kompetisi sudah berlanjut, kata Dreher, kompetisi berpotensi dihentikan kembali. Para pemain lainnya akan merasa takut untuk kembali berlaga.
Jika para pemain dan staf diisolasi selama kompetisi berlangsung, pertanyaan lainnya adalah mengenai distribusi logistik. Makanan dan layanan kesehatan datang dari tempat berbeda. "Kontak apapun dengan orang-orang dari luar tetap menimbulkan risiko penularan,” kata profesor biologi dari Unversitas Washington, Carl Bergstrom.
Situasi bertambah rumit ketika para pemain merasa protokol kesehatan bagi mereka terlalu berlebihan seperti disampaikan Asosiasi Pemain Sepak Bola Spanyol (AFE), Jumat lalu. “Para pemain telah menyatakan bahwa kelompok masyarakat lainnya lebih membutuhkan tes dan akses terhadap pelayanan kesehatan,” bunyi pernyataan AFE.
Para pemain tidak ingin diprioritaskan sehingga menimbulkan kecemburuan sosial. Mereka masih membutuhkan penjelasan lebih rinci mengenai protokol kesehatan yang akan diterapkan. (REUTERS)