Tuan rumah Olimpiade Tokyo 2020 memutuskan tidak akan menunda penyelenggaraan lagi. Pilihannya hanya dua, yaitu Olimpiade tetap berlangsung pada 2021 atau batal.
Oleh
Kelvin Hianusa
·3 menit baca
TOKYO, RABU — Tahun 2021 akan menjadi perjudian terakhir pemerintah Jepang untuk menyelenggarakan Olimpiade Tokyo. Jika tahun depan ajang kembali gagal, akibat belum ditemukannya vaksin Covid-19, Jepang akan langsung membatalkan Olimpiade.
Sebelumnya, tuan rumah bersama Komite Olimpiade Internasional (IOC) telah memutuskan menunda Olimpiade selama setahun. Ajang yang rencananya berlangsung Juli-Agustus 2020 tidak mungkin diselenggarakan akibat pandemi Covid-19.
Sejumlah pakar kesehatan di seluruh dunia, usai penundaan, sepakat Olimpiade tidak mungkin dimulai sebelum ditemukannya vaksin. Pernyataan serupa kini datang juga dari Presiden Asosiasi Kesehatan Jepang Yoshitake Yokokura.
”Opini pribadi saya, jika vaksin yang efektif tidak ditemukan, akan sangat sulit melangsungkan Olimpiade. Saya tidak mengatakan mereka harus berhenti menyelenggarakan, saya mengatakan itu akan menjadi sangat sulit,” kata Yokokura.
Yokokura menambahkan, Jepang mungkin saja bisa mengatasi penularan Covid-19 di dalam negeri pada tahun depan. Namun, ajang tetap sulit terselenggara karena pada saat itu mungkin negara-negara lain masih berjibaku melawan pandemi.
Tim riset di seluruh dunia saat ini sedang bersama-sama mengembangkan vaksin. Mayoritas ahli menyatakan, vaksin baru bisa efektif ditemukan dan didistribusikan dalam kurun 12 bulan hingga 18 bulan.
Dengan asumsi waktu tersebut, tampaknya Olimpiade Tokyo yang ditunda hingga Juli 2021 atau kurang dari 15 bulan lagi menjadi kurang realistis dilaksanakan. Saran untuk menunda ajang multicabang olahraga terbesar di dunia itu, ke 2022, pun muncul.
Namun, Presiden Panitia Penyelenggara Tokyo 2020 Yoshiro Mori menepis saran tersebut. ”Tidak. Dalam kasus itu, Olimpiade akan dibatalkan,” katanya yang merespons kemungkinan penundaan kembali Olimpiade dari 2021 ke 2022.
Jepang, menurut Mori, tetap akan melanjutkan perjuangan menyelenggarakan Olimpiade meskipun peluangnya tipis. Dia menilai perjuangan itu akan sepadan dengan hasil yang manis.
”Olimpiade kali ini akan jauh lebih berharga dari Olimpiade mana pun di masa lalu jika kita bisa melanjutkannya setelah memenangkan pertempuran ini. Kita harus percaya, kalau tidak, kerja keras dan upaya kita tidak akan dihargai,” kata Mori.
Kekhawatiran belum ditemukannya vaksin memaksa tuan rumah menyiapkan opsi-opsi untuk tetap menggelar Olimpiade. Salah satunya adalah dengan menyelenggarakan ajang tanpa penonton. Pertandingan bisa dibuat khusus untuk televisi yang selama ini berkontribusi besar terhadap keuntungan penyelenggara lewat hak siar.
Opsi tersebut telah dibicarakan lebih jauh oleh panitia. Namun, opsi tersebut tentunya akan menimbulkan kerugian bagi tuan rumah. Jepang bisa kehilangan uang dari penjualan tiket pertandingan hingga efek ganda ke pariwisata mereka.
Meski tanpa penonton, tuan rumah juga tetap harus memperhitungkan ancaman gelombang pandemi yang datang dari atlet Olimpiade dan Paralimpiade. Atlet dan ofisial Olimpiade berjumlah sekitar 11.000 orang, sementara Paralimpiade berjumlah sekitar 4.000 orang. (AP)