Kesuksesan Bundesliga Jerman melanjutkan kompetisi bisa menjadi inspirasi negara-negara lain. Sebaliknya, liga itu menjadi petaka bagi industri sepak bola global jika ternyata terbukti gagal.
Oleh
Kelvin hianusa
·3 menit baca
BERLIN, KAMIS — Jerman membongkar ”gembok” yang mencengkeram industri olahraga. Semua mata penggemar sepak bola di dunia kini tertuju ke Bundesliga Jerman sebagai liga ternama Eropa pertama yang akan melanjutkan kompetisi. Mereka akan menjadi purwarupa sekaligus tumpuan harapan bagi liga-liga lain.
Setelah dua bulan dibekukan, Bundesliga musim 2019-2020 dipastikan akan kembali bergulir mulai 15 Mei mendatang. Laga yang menyisakan sembilan pekan tersebut akan berlangsung dengan protokol kesehatan ketat, salah satunya tanpa penonton.
Keputusan ini muncul setelah Kanselir Jerman Angela Merkel mengumumkan pelonggaran aturan pada Rabu (6/5/2020). Pandemi Covid-19 dinilai telah mereda di Jerman setelah jumlah orang yang terinfeksi semakin menurun.
Bundesliga menyudahi badai besar dan menyambut langit cerah. ”Sangat bagus untuk sepak bola Jerman. Laga tanpa penonton memang tidak ideal bagi siapa pun. Tetapi, di tengah krisis yang membayangi klub, ini jadi cara terbaik,” kata Christian Seibert, Presiden Liga Jerman.
Namun, keputusan melanjutkan liga ini datang bersama dengan tanggung jawab yang besar. Sebagai liga besar pertama yang kembali bergulir, kesuksesan mereka akan menjadi purwarupa bagi Liga Inggris, Liga Spanyol, dan Liga Italia, yang juga berencana melanjutkan kompetisi.
Pedang bermata dua
Bundesliga berhadapan dengan pedang bermata dua. Jika sukses, mereka akan membuka ”keran” kompetisi yang mandek di liga-liga lain. Pemerintah negara lain mungkin akan luluh dengan contoh kesuksesan Bundesliga. Sebaliknya, kegagalan Bundesliga bisa membuat jera Jerman, berikut negara-negara lainnya.
Sekarang, semua mata di Eropa dan dunia akan tertuju ke kami.
Bundesliga pun bakal naik pamor. Padahal, dalam kondisi normal, popularitas liga itu kalah mentereng dari negara tetangga, misalnya Liga Inggris dan Liga Spanyol. Tak ayal, itu menjadi pertaruhan besar bagi Jerman. ”Sekarang, semua mata di Eropa dan dunia akan tertuju ke kami,” ucap Manuel Neuer, kapten Bayern Muenchen.
Harapan kesuksesan Bundesliga diungkapkan langsung oleh Presiden Liga Spanyol Javier Tebas. ”Ini adalah kabar baik bagi sepak bola Eropa, juga untuk kembalinya sebuah (kondisi) normal baru (di sepak bola) setelah melalui krisis,” tutur pria yang meyakini Spanyol akan mengikuti Jerman terkait keberlanjutan liga dalam waktu dekat.
Harapan juga hadir dari klub-klub yang kompetisinya telah dihentikan, seperti Liga Perancis. Mereka mengakhiri liga secara prematur seraya memutuskan tim di peringkat pertama klasemen, Paris Saint-Germain, sebagai juara.
Jean-Michel Aulas, Presiden Olympique Lyon, berharap negaranya bisa meniru Jerman. Dia menginginkan keputusan mengakhiri kompetisi dianulir. ”Kami ada dalam jalur yang salah, tetapi belum terlambat untuk mencoba dan berpikir sesuatu yang masuk akal. Bundesliga memberi harapan bagi kami,” ungkap Aulas.
Kecerobohan berulang
Namun, keputusan melanjutkan Bundesliga tidak lepas dari kritik keras. Karl Lauterbach, ahli kesehatan sekaligus politisi Partai Sosial Demokrat Jerman, menilai penyelenggara Bundesliga hanya mementingkan uang. Menurut dia, mereka tidak mengutamakan aspek kesehatan dan keselamatan.
Untuk mencegah gelombang kedua pandemi di Jerman, pemerintah setempat menerbitkan protokol kesehatan, termasuk di kegiatan olahraga seperti sepak bola. Sebanyak 1.724 tes swab dilakukan kepada para pemain dan staf klub pada pekan lalu. Hasilnya, terdapat 10 kasus teridentifikasi positif Covid-19.
Aturan menjaga jarak juga diterapkan selama latihan. Namun, celakanya, aturan itu telah dilanggar sebelum kompetisi dimulai, yaitu oleh pemain Hertha Berlin, Salomon Kalou. Ia mengunggah video yang menunjukkan dirinya tidak memedulikan aturan keselamatan pencegahan Covid-19 dalam latihan klub.
Kalou nekat bersalaman dan berdekatan dengan setiap anggota tim klub itu yang ditemuinya. Padahal, tindakan semacam ini sudah dilarang. Kecerobohan dan ketidakpedulian ini bisa menjadi petaka. Pengalaman buruk ini sebelumnya juga terjadi di liga basket NBA.
Bintang klub Utah Jazz, Rudy Gobert, terang-terangan meremehkan Covid-19. Dampaknya, ia pun tertular virus korona baru dan bahkan menulari sejumlah rekan-rekannya di tim. Kejadian itu menyebabkan NBA vakum hingga hari ini.
Gubernur Bavaria Markus Soder menyebut tindakan Kalou sebagai ”gol bunuh diri” yang spektakuler. Menurut dia, akibat tindakan Kalou, kelanjutan kompetisi musim ini tidak akan bertahan lama. (AP/REUTERS)