Selama pandemi berlangsung, para pemegang hak siar laga-laga Liga Inggris turut menanggung kerugian besar. Mereka pun meminta klub-klub mengembalikan dana dari penjualan hak siar.
Oleh
Herpin dewanto putro
·3 menit baca
LONDON, SELASA — Klub-klub Liga Inggris harus bersiap mengembalikan dana yang diperkirakan mencapai 340 juta pounds atau Rp 6,2 triliun kepada stasiun televisi karena beberapa kewajiban yang tidak terpenuhi di era pandemi. Pengembalian dana itu tetap berlaku meski Liga Inggris berpeluang menuntaskan kompetisi musim ini pada Juni mendatang.
Menurut BBC, klub-klub Liga Inggris diberi tahu mengenai potensi pengembalian dana itu pada saat pertemuan jarak jauh untuk membahas nasib kompetisi domestik, Senin (11/5/2020). ”Kami memberikan kabar terbaru kepada klub mengenai situasi yang berhubungan dengan para pemegang hak siar yang tentunya bersifat rahasia,” kata CEO Liga Primer Richard Masters.
Klub-klub harus mengembalikan dana karena laga-laga tidak bisa disiarkan sesuai waktu yang disepakati dalam kontrak. Kompetisi Liga Inggris terhenti sejak 13 Maret lalu akibat meluasnya penularan penyakit Covid-19. Pemegang hak siar rugi karena kehilangan slot yang sudah disiapkan.
Selain itu, para pemegang hak siar merasa kualitas tayangan menjadi kurang menarik jika laga dilanjutkan tanpa penonton seperti yang dianjurkan pemerintah.
Laga akan kehilangan atmosfer kompetisi karena tidak akan ada nyanyian atau sorakan dari ribuan penonton di stadion. Laga tanpa penonton ini diperkirakan akan terjadi selama vaksin Covid-19 belum ditemukan.
Masters mengingatkan, besaran pengembalian dana bisa membengkak apabila kompetisi musim ini dibatalkan atau tetap dijalankan, tetapi tanpa menggunakan sistem degradasi.
Liga Primer, klub, dan para pemegang hak siar sudah terikat dalam sebuah kontrak yang ketat sehingga kesepakatan dalam kontrak yang dilanggar karena adanya perubahan akan menimbulkan wanprestasi.
Tak bisa menghindar
Menurut The Guardian, klub-klub sebelumnya telah menghitung kerugian maksimal yang ditimbulkan dari sisi penjualan hak siar ini, yaitu mencapai 762 juta pounds atau Rp 14 triliun, apabila musim ini dibatalkan. Namun, saat ini klub menyadari bahwa apa pun skenarionya, mereka tetap tidak bisa menghindari kerugian.
Penundaan selama pandemi ini pun sudah membuat klub-klub gelisah karena mereka harus tetap mengeluarkan biaya untuk menggaji pemain dan karyawan, sedangkan klub kehilangan pendapatan dari penjualan hak siar dan tiket penonton. Oleh karena itu, pemotongan gaji pemain menjadi solusi terbaik untuk bertahan.
Masters pernah menyampaikan total kerugian yang muncul apabila musim ini dibatalkan, yakni bisa mencapai 1 miliar pounds atau Rp 18,4 triliun. Liga Primer dan klub-klub pun mau tidak mau berjuang keras untuk menuntaskan musim ini guna menghindari kerugian tersebut.
Mereka mendapat angin segar ketika Pemerintah Inggris menyatakan bahwa seluruh pertandingan olahraga profesional sudah bisa berjalan mulai 1 Juni 2020. Keputusan itu menjadi bagian dari upaya Pemerintah Inggris yang secara bertahap mulai melonggarkan aturan pembatasan.
Liga Inggris pun bisa melanjutkan kompetisi sesuai rencana, yaitu pada 12 Juni 2020.
Liga Inggris pun bisa melanjutkan kompetisi sesuai rencana, yaitu pada 12 Juni 2020. Kompetisi bisa saja digulirkan lebih cepat, tetapi pelaksanaannya tidak mudah.
Para pemain harus cukup menjalani latihan sebelum berlaga agar fisik mereka siap. Menurut rencana, latihan baru akan berlangsung mulai 18 Mei sehingga pemain punya waktu berlatih hampir satu bulan.
Meski demikian, para pemain masih khawatir dengan keselamatan mereka karena pandemi belum sepenuhnya berakhir.
”Kami semua ingin kembali bermain. Kami sangat mencintai sepak bola. Namun, dalam waktu yang bersamaan, pandemi masih tejadi,” ujar penyerang Manchester City, Raheem Sterling, melalui kanal Youtube-nya. (AP/REUTERS)