Faktor keselamatan para pemain dan publik masih menjadi masalah utama yang mengganjal rencana bergulirnya kembali Liga Inggris musim ini. Juni dinilai bukan waktu yang tepat untuk melanjutkan liga tersebut.
Oleh
Herpin Dewanto Putro
·4 menit baca
LONDON, SELASA — Langkah Pemerintah Inggris mengizinkan Liga Inggris kembali bergulir pada 12 Juni mendatang justru semakin memicu polemik. Wali Kota London Sadiq Khan pun ikut menggugat keputusan yang dinilai terburu-buru dan membahayakan keselamatan publik itu, Selasa (12/5/2020).
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menyatakan, pihaknya merencanakan pelonggaran pembatasan sosial secara bertahap, Senin (11/5/2020). Salah satunya dengan mengizinkan digelarnya kembali semua ajang olahraga profesional, termasuk Liga Inggris, mulai 1 Juni 2020 dengan syarat tanpa penonton.
Keputusan itu seharusnya menjadi kabar baik bagi Liga Inggris yang kini berusaha keras untuk menuntaskan kompetisi yang tertunda akibat pandemi Covid-19 sejak 13 Maret lalu. Namun, ketika Sadiq Khan tidak menyetujui keputusan pemerintah pusat, itu bisa menjadi kabar buruk karena London merupakan ”rumah” bagi lima klub Liga Inggris, yaitu Tottenham Hotspur, Arsenal, Chelsea, West Ham United, dan Crystal Palace.
Khan ragu mengenai sejumlah hal, seperti bagaimana pemain bisa berlatih dengan aman dan melakukan perjalanan serta berlaga tanpa berisiko terkena dan menularkan virus korona baru. ”Khan peduli terhadap kesehatan para pemain yang berlaga di semua ajang olahraga profesional, tidak hanya sepak bola,” bunyi pernyataan dari Kantor Wali Kota London, Selasa kemarin.
Sebagai pendukung Liverpool, Khan sangat ingin kompetisi musim ini dituntaskan agar ”The Reds” berhasil menyabet gelar juara yang dinanti setelah 30 tahun. Namun, ia ingin kompetisi tetap berjalan jika situasi sudah memungkinkan sehingga tidak menambah beban para tenaga medis.
Sikap Khan itu didasari fakta bahwa tingkat penularan masih tinggi dan korban jiwa masih terus berjatuhan. Hingga Selasa kemarin, Inggris masih menjadi negara kedua terbanyak di dunia dalam jumlah kematian akibat Covid-19, yaitu lebih dari 32.000 jiwa.
Sebelumnya, sejumlah pemain menyuarakan kekhawatiran terkait keselamatan mereka jika liga dilanjutkan dalam waktu dekat. Suara paling keras berasal dari pemain Spurs yang dipinjamkan ke Newcastle United, Danny Rose.
”Pemerintah ingin sepak bola kembali bergulir karena bisa meningkatkan moral bangsa. Saya tidak peduli dengan itu, kawan. Nyawa banyak orang sedang dalam bahaya,” ujar Rose, dikutip The Guardian.
Hal terakhir
Menurut Rose, kelanjutan kompetisi seharusnya tidak menjadi bahasan, setidaknya hingga jumlah kasus positif Covid-19 dan korban jiwa telah menurun drastis. Ia menambahkan, sepak bola seharusnya menjadi hal terakhir yang dipikirkan ketika masih banyak orang yang jatuh sakit.
Kegelisahan serupa disuarakan pemain lainnya, seperti penyerang Manchester City, Raheem Sterling, dan gelandang Norwich City, Todd Cantwell. ”Keselamatan tidak hanya terkait kami sebagai pemain (ketika kompetisi kembali bergulir), tetapi juga keselamatan para tenaga medis dan para wasit,” kata Sterling.
Sebanyak 73 persen dari 2.000 responden menyatakan, bergulirnya kembali Liga Primer tidak akan membuat mereka bersemangat.
Perusahaan riset yang berpusat di London, YouGov, turut memperkuat kegelisahan para pemain tersebut. Berdasarkan survei yang dilakukan YouGov, 73 persen dari 2.000 responden menyatakan, bergulirnya kembali Liga Primer tidak akan membuat mereka bersemangat.
Menteri Olahraga Bayangan Inggris Alison McGovern kemudian meminta publik untuk ikut mengawasi rencana Liga Primer Inggris dalam melanjutkan kompetisi. Dengan demikian, para atlet merasa tenang dan percaya diri. ”Kami harus merasa yakin bahwa apa yang kami lakukan sudah tepat untuk mendukung kesehatan para atlet dan publik,” katanya.
Liga Primer sudah menangkap kegelisahan tersebut dan menunggu protokol kesehatan terbaru dari pemerintah. ”Satu hal yang pasti, semua klub harus merasa aman dan memastikan pemain bugar sebelum kembali berlaga, apalagi pemain sudah lama menganggur,” kata CEO Liga Primer Richard Masters.
Dihantui kerugian
Posisi Liga Primer kini terpojok karena jika menunda terlalu lama, mereka akan menderita kerugian besar. Saat ini, stasiun televisi pemegang hak siar sudah siap menagih pengembalian dana 340 juta pounds atau Rp 6,2 triliun meski kompetisi berpeluang bisa dilanjutkan bulan depan.
Pengembalian dana itu diminta karena para pemegang hak siar tidak memperoleh hak berupa konten laga yang telah disepakati dalam kontrak. Jika kompetisi musim ini dibatalkan, uang yang harus dikembalikan kepada para pemegang hak siar pun bakal semakin besar. ”Apa pun yang terjadi, tetap akan ada kerugian besar bagi klub. Ini tidak bisa dihindari,” kata Masters.
Situasi semakin sulit karena upaya untuk mempermudah pelaksanaan kompetisi dengan memakai stadion netral juga ditentang setidaknya oleh 12 klub, termasuk trio klub London, yaitu Chelsea, Spurs, dan Arsenal. Selain kehilangan kesempatan berlaga di kandang, ketiga klub itu juga sudah terikat kontrak dengan sponsor. Tidak bermain di kandang berarti mereka juga menanggung kerugian. (AP/AFP/REUTERS)