Perubahan drastis akibat virus korona baru menjadi akar perpisahan Sebastian Vettel dan Ferrari. Tantangan ekonomi ke depan, setelah pandemi Covid-19, menuntut perubahan strategi tim ”Kuda Jingkrak” di ajang Formula 1.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·4 menit baca
MARANELLO, KAMIS — Pandemi Covid-19 yang melumpuhkan perekonomian dunia tak mampu dihindari oleh perusahaan-perusahaan kaya, termasuk Ferrari. Tim paling sukses di ajang Formula 1 itu pun mengubah strategi secara radikal untuk menyesuaikan dengan gempuran pandemi yang mengubah segalanya secara mendadak.
Paradigma baru itulah yang tidak beresonansi dengan rencana Sebastian Vettel sehingga pebalap Jerman itu lantas memilih meninggalkan Ferrari di akhir musim 2020 ini.
Ferrari menyesuikan diri dengan perubahan di Formula 1 yang diakselerasi oleh pandemi Covid-19. Salah satu perubahan drastis itu adalah penerapan batas atas pengeluaran tim yang kini diminta oleh sebagian besar tim mencapai 130 juta dollar AS atau sekitar Rp 1,935 triliun. Ini jauh di bawah rencana semula pada angka 175 juta dollar AS atau setara Rp 2,605 triliun.
Penerapan budget cap itu mendesak diterapkan karena sebagain besar tim Formula 1 mengalami pukulan ekonomi yang sangat berat. Ferrari memang terus menolak dan bersikukuh mempertahankan anggaran di batas 150 juta dollar AS atau sekitar Rp 2,231 triliun.
Namun, Ferrari sepertinya telah menyadari diri tidak bisa melawan keinginan mayoritas. Apalagi, FIA telah memasukkan pasal baru di mana keputusan untuk penyelamatan F1 bisa diambil dengan suara mayoritas, menggantikan aturan sebelumnya dengan suara bulat seluruh tim.
Ferrari mengambil langkah radikal. Mereka harus memangkas pengeluaran jangka pendek serta berinvestasi pada pebalap muda dalam strategi jangka panjang.
Ditambah dengan perubahan regulasi balap pada 2022, dimundurkan dari rencana awal 2021 akibat pandemi Covid-19, Ferrari pun mengambil langkah radikal. Mereka harus memangkas pengeluaran untuk target jangka pendek serta berinvestasi pada para pebalap muda dalam strategi jangka panjang.
Itulah mengapa Ferrari diyakini hanya menawarkan perpanjangan kontrak setahun kepada Vettel serta pengurangan gaji yang signifikan meskipun Vettel dan Ferrari menegaskan perpisahan itu bukan karena alasan finansial.
Kepala Tim Ferrari Mattia Binotto pun mengurai duduk perkara Vettel memilih meninggalkan Ferrari di akhir musim 2020 ini. Posisinya pun akan ditempati Carlos Sainz Junior sebagai rekan setim Charles Leclerc mulai tahun depan. ”Ketika mengambil keputusan tersebut, itu karena kami yakin kami mengambil keputusan yang tepat,” kata Binotto.
”Kami menutup siklus dengan Sebastian. Telah enam tahun dia bekerja di tim kami. Saya mengagumi Sebastian sebagai pribadi dan seorang pebalap. Saya sangat menghargai dia,” ujar Binotto dalam acara Motor Valley Fest di Maranello, Italia, Kamis (14/5/2020).
Perubahan strategi
Dia pun menjelaskan perubahan drastis akibat pandemi yang lantas melatarbelakangi perubahan strategi Ferrari. ”Dalam beberapa pekan terakhir, dunia telah berubah. Bukan hanya dari sudut pandang ekonomi, melainkan juga dari aspek teknis dan keolahragaan,” ucap Binotto.
”Ada tantangan-tantangan dan rintangan di depan. Kami meletakkan fondasi untuk masa depan dan ingin memiliki perspektif yang spesifik. Kami telah mendiskusikan itu dengan Sebastian dan menemui (titik) bahwa kami tidak berbagi kesamaan tujuan jangka pendek ataupun panjang,” tutur Binotto dikutip Motorsport.
Ferrari melangkah terus ke depan dengan paradigma baru, yaitu membangun tim dengan para pebalap muda. Sainz, yang dikontrak pada Kamis, akan menjadi andalan baru Ferrari bersama Leclerc. Pebalap McLaren itu sudah lama diincar Ferrari. Tim asal Italia itu pun kini mendapatkan momentum tepat merekrut pebalap Spanyol berusia 25 tahun itu.
Dengan lima tahun kiprahnya di F1, Sainz dianggap cukup berpengalaman. Pebalap muda pun ini diyakini bisa berkembang lebih baik di Ferrari. ”Sainz adalah tambahan yang sangat besar. Dia sangat cerdas, muda, tetapi dia telah berpartisipasi (di F1) dalam lima tahun,” ujar Binotto.
”Dia kuat. Dia pebalap yang bisa diandalkan dan telah mencetak banyak poin. Saya yakin dia adalah pebalap hebat untuk dipasangkan dengan bakat murni Charles sehingga dia bisa berkembang dan menang,” kata Binotto.
Sainz, yang merupakan lulusan program Red Bull Yunior, mulai menjadi perhatian tim-tim Formula 1 setelah meraih juara Formula Renault 3.5 pada 2014. Pada tahun berikutnya, dia naik kelas ke Formula 1, berpartner dengan Max Verstappen di Toro Rosso. Dia menjadi pebalap utama Toro Rosso menyusul promosi Verstappen ke tim Red Bull pada awal 2016 menggantikan Daniel Kvyat.
Sainz kemudian dikontrak Renault saat musim 2017 menyisakan empat balapan. Pada akhir 2018, dia meninggalkan Renault seiring kedatangan Daniel Ricciardo dari Red Bull. Sainz lantas bergabung dengan McLaren.
Performanya terlihat dalam pencapaiannya finis keenam musim lalu, yaitu yang tertinggi di antara pebalap tim-tim papan tengah.
Sainz, musim lalu, mempersembahkan podium untuk pertama kali dalam enam tahun bagi McLaren dengan finis ketiga di Brasil. Dia juga membantu McLaren finis keempat di klasemen konstruktor. Performanya terlihat dalam pencapaiannya finis keenam musim lalu, yaitu yang tertinggi di antara pebalap tim-tim papan tengah.
”Saya sangat senang akan membalap untuk Scuderia Ferrari pada 2021. Saya bersemangat menyambut masa depan saya bersama tim,” ujar Sainz.