Kesuksesan digelarnya ajang UFC di tengah pandemi Covid-19 bisa membuat duel perebutan juara dunia tinju Joshua vs Pulev semakin cepat terwujud. Duel tinju kelas berat itu hingga kini masih dipenuhi ketidakpastian.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
FLORIDA, KAMIS — Duel perebutan juara dunia IBF, WBA, dan WBO kelas berat antara Anthony Joshua dan sang penantang Kubrat Pulev masih menggantung. Meski begitu, laga yang seharusnya berlangsung pada Juni 2020 itu bisa terwujud secepatnya. Mengingat, turnamen bela diri campuran UFC, dengan tipe olahraga nyaris sama, sukses menggelar ajang di tengah pandemi.
UFC sukses menyelenggarakan dua ajang pada 9 Mei dan 13 Mei di Jacksonville, Florida. Dalam ajang itu, belasan pertarungan berlangsung seperti biasa tanpa adanya penonton.
Keberhasilan UFC bisa menjadi tolok ukur mengingat pertarungan berlangsung di AS, negara paling terdampak Covid-19. Mereka membuka jalan bagi keberlangsungan ajang lain, utamanya tinju yang sama-sama merupakan olahraga pertarungan.
”Banyak hal yang berubah dalam industri ini. Akan tetapi, kami bisa memberikan contoh dengan apa yang kami pelajari di sini, dengan ajang-ajang yang berlangsung,” kata Presiden UFC Dana White, Kamis (14/5/2020) kepada The Athletic.
Menurut White, sistem kesehatan dan keselamatan yang mereka bangun bisa ditiru oleh tinju. Pertarungan tanpa penonton dengan protokol kesehatan seperti menjaga jarak dan pengujian dini menjadi kuncinya.
Salah satu pertarungan terbesar di tinju dalam waktu dekat adalah Joshua melawan Kubrev. Duel mereka seharusnya berlangsung pada 20 Juni di Stadion Tottenham, London. Namun, perebutan gelar juara dunia itu kini menjadi belum jelas.
Promotor Joshua versus Pulev, yakni Eddie Hearn, dinilai White bisa membuat pertarungan yang sangat megah di tengah pandemi. Walaupun tanpa penonton di arena, duel itu akan menjadi sorotan dunia.
Apalagi banyak ajang olahraga lain yang masih dibekukan. ”Persoalan tinju bisa selesai dan Hearn adalah orang yang bisa menyelesaikannya,” jelas White yang masih akan menyelenggarakan satu ajang lagi pada 16 Mei.
Hearn mengatakan, bisa saja mengikuti jejak UFC. Namun, masalah utama yang dihadapinya adalah pertarungan harus tanpa penonton. Padahal, dia ingin sebisa mungkin menginginkan duel dengan penonton walaupun dalam jumlah yang lebih sedikit.
Larangan tanpa penonton tersebut dikhawatirkan akan berdampak terhadap keuntungan yang diraih. ”Saya bukan penggemar pertarungan di tempat tertutup. Meski sedikit, saya berpikir harus tetap ada penonton,” kata Hearn.
Kekhawatiran Hearn bisa sedikit berkurang dengan belajar dari pengalaman UFC. Dalam pertarungan tanpa penonton langsung pada paket pertarungan UFC 249, Minggu lalu, mereka menghasilkan banyak uang dari penonton berbayar lewat internet.
Total penonton berbayar mencapai 1,15 juta orang. Jumlah ini merupakan salah satu yang terbesar dalam beberapa tahun terakhir. Padahal, UFC gagal menghadirkan bintang utamanya dengan basis penonton besar, juara kelas ringan, Khabib Nurmagomedov, yang tertahan di negaranya Rusia akibat pandemi.
Meski Khabib digantikan oleh petarung medioker, Justin Gaethje, jumlah penonton berbayar terbilang fantastis. Sorotan itu justru sekarang menjadi bola salju. Dengan kemenangan fantastis Gaethje dari Tony Ferguson, banyak penonton ingin menyaksikan Gaethje melawan Khabib dalam waktu dekat.
Oleh karena itu, sorotan lebih besar bisa didapatkan tinju jika segera mengadakan pertarungan. Mengingat, basis penonton mereka di seluruh negara jauh lebih banyak dibandingkan UFC. Terutama dengan hadirnya nama besar seperti Joshua yang digadang-gadang selanjutnya akan bertarung melawan juara dunia WBC Tyson Fury.
Finalisasi duel Joshua vs Pulev masih akan ditentukan dalam tiga minggu ke depan. Promotor beserta pihak kedua petinju masih mempertimbangkan faktor keselamatan dan kesehatan serta tempat penyelenggaraan.
Kandidat utama tempat penyelenggarakan antara lain di Inggris, Timur Tengah, dan Kroasia. Manajer Pulev, Ivaylo Gotsev tidak keberatan meskipun pertarungan harus dilangsungkan di kandang Joshua, Inggris.
Yang terpenting, duel keduanya bisa dilangsungkan segera. ”Eddie mengatakan Timur Tengah menjadi sangat memungkinkan karena negaranya tidak terdampak parah. Inggris juga tidak masalah bagi kami karena rencana awal memang di sana,” kata Gotsev.
Duel di Inggris terbilang penuh ketidakpastian. Sebab, Pemerintah Inggris masih belum memberikan lampu hijau untuk menyelenggarakan ajang olahraga. Bahkan, di sepak bola, Liga Inggris yang memastikan pertandingan tanpa penonton pun belum diizinkan. (AP)