Posisi Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru yang lowong seusai mundurnya Cucu Somantri perlu diisi figur profesional yang memahami liga dan bisnis sepak bola. Ini bisa jadi momentum revolusi pengelolaan liga.
Oleh
M ikhsan mahar
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pengunduran diri Cucu Somantri sebagai Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru diharapkan menjadi momentum perbaikan pelaksanaan kompetisi nasional. Hal itu dapat dilakukan apabila pimpinan PT LIB diisi oleh individu profesional yang memahami penyelenggaraan liga dan bisnis sepak bola secara simultan.
Dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPS LB) PT LIB yang dilaksanakan secara virtual, Senin (18/5/2020) petang, tercapai persetujuan pengunduran diri yang diajukan Cucu bersama Komisaris Utama PT LIB Son Hadji serta dua komisaris, yaitu Hasani Abdul Gani dan Hakim Putratama.
Hasani mengungkapkan, selain pembahasan pengunduran diri itu, RUPS LB yang diikuti 18 klub Liga 1 dan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) juga membahas lima agenda lain, seperti laporan kegiatan pada periode Februari hingga Mei, laporan keuangan, proyeksi bisnis tahun 2020 dalam situasi pandemi Covid-19, masalah kompetisi Liga 1 dan Liga 2, serta persoalan subsidi klub Liga 1 dan Liga 2.
Setelah pengunduran diri itu, Hasani menilai, PT LIB memiliki prospek masa depan yang cerah. Namun, ia mengingatkan, untuk meraih potensi maksimal dari prospek itu, PT LIB harus dikelola orang yang bersih, berintegritas, dan profesional. Atas dasar itu, ia berharap pengurus PT LIB seharusnya hanya murni memikirkan sepak bola dan tidak ada kepentingan lain di luar sepak bola.
”PT LIB memiliki prospek karena penggemar sepak bola kita besar, rating televisi dalam pertandingan sepak bola juga tinggi, dan hasil statistik media sosial selalu fantastis. Meski begitu, sepak bola kita tidak bergerak maju karena para stakeholder sepak bola sendiri yang menjatuhkan sepak bola kita dengan menghadirkan pemberitaan yang negatif sehingga menurunkan kepercayaan masyarakat,” ucap Hasani yang juga menjabat anggota Komite Eksekutif PSSI, Selasa (19/5/2020), di Jakarta.
Secara terpisah, Koordinator Save Our Soccer Akmal Marhali menilai, seluruh pemegang saham PT LIB, yaitu klub dan PSSI, harus mengambil langkah strategis untuk segera mengisi pos pimpinan PT LIB yang kosong. Ia menekankan, pejabat PT LIB harus diisi individu yang tidak memiliki dosa masa lalu atau terstigma negatif dalam dunia sepak bola Indonesia, setidaknya dalam 15 tahun terakhir. Hal itu dibutuhkan untuk meraih kepercayaan publik.
Selain itu, ia menganggap PT LIB sudah selayaknya dipimpin oleh sosok yang telah memiliki pengalaman mengurus kompetisi profesional. Jika memungkinkan, lanjutnya, PSSI bisa mengontrak mantan pimpinan operator liga luar negeri, seperti Liga Jepang.
”Terpenting, semua individu petinggi di PSSI dan PT LIB harus satu komitmen. Mereka tidak boleh lagi memakai baju masing-masing dan memiliki satu tujuan untuk mereformasi tata kelola sepak bola Indonesia,” ujar Akmal.
Komisaris PT LIB Ferry Paulus menyatakan, pimpinan direksi dan komisaris yang masih aktif akan melanjutkan tugas PT LIB sementara. ”Kami akan segera mengagendakan RUPS LB PT LIB untuk mengisi posisi direksi dan komisaris yang lowong,” kata Ferry yang merupakan Direktur Olahraga Persija Jakarta.
Kepengurusan PT LIB yang disahkan Januari lalu berisi 10 orang, terdiri dari 1 komisaris utama, 6 komisaris, dan 4 direksi yang dipimpin Cucu sebagai Direktur Utama. Liga 1 2020 yang baru berjalan tiga pekan adalah kompetisi perdana yang dikelola oleh pengurus baru PT LIB itu.
Subsidi
Pemunduran Cucu membuat polemik terkait uang subsidi untuk klub Liga 1 dan Liga 2 belum menemui titik terang. Pasalnya, sejumlah klub Liga 1 menolak usulan PT LIB untuk memotong besaran uang subsidi. Berdasarkan informasi, dana subsidi untuk klub Liga 1 yang berjumlah Rp 520 juta akan dikurangi menjadi Rp 350 juta, sedangkan subsidi klub Liga 2 dari Rp 250 juta menjadi Rp 100 juta.
Hasani menjelaskan, uang subsidi itu berasal dari nilai kontrak yang didapatkan dari sponsor dan kontrak hak siar. Jumlah dana itu mencapai sekitar Rp 400 miliar untuk tahun ini. Namun, pembayaran uang sponsor dan hak siar itu dilakukan dalam beberapa tahap sesuai dengan jumlah pertandingan liga.
Akibat wabah Covid-19, liga tidak bisa berjalan sesuai rencana sehingga pembayaran uang dari sponsor tidak sesuai dengan jangka waktu yang direncanakan di awal kompetisi. Atas dasar itu, kata Hasani, PT LIB telah melakukan rapat untuk memutuskan penyaluran dana awal yang telah dibayarkan oleh pihak sponsor.
”Kami putuskan untuk mengalokasikan dana itu untuk operasional PT LIB, seperti membayar sewa kantor dan gaji karyawan selama satu tahun. Alhasil, kami perlu mengurangi dana subsidi. Sebab, andai dana subsidi itu diberikan secara penuh untuk klub Liga 1 dan Liga, PT LIB akan mengalami defisit hingga Rp 4 miliar. Sementara pendapatan dari sponsor juga belum jelas karena ketiadaan pertandingan,” ujar Hasani.
Konflik
Pengunduran diri Cucu dari kursi Direktur Utama PT LIB seakan menjadi puncak gunung es dari permasalahan internal di operator kompetisi profesional Indonesia.
Adapun pengunduran diri Cucu dari kursi Direktur Utama PT LIB seakan menjadi puncak gunung es dari permasalahan internal di operator kompetisi profesional Indonesia itu. Sebelumnya, pada pertengahan April lalu, Direktur Operasional PT LIB Sujarno, Direktur Keuangan PT LIB Anthony Chandra Kartawiria, dan Direktur Bisnis PT LIB Rudy Kangdra mengeluarkan pernyataan menolak kehadiran anak Cucu, Pradana Aditya Wicaksana, sebagai Manajer Umum PT LIB.
Cucu pun memastikan bahwa anaknya itu tidak akan dimasukkan ke dalam PT LIB. Meski begitu, awal Mei lalu, ketiga direksi itu pun menyampaikan surat kepada para pemegang saham PT LIB dengan menyertakan empat poin kondisi internal PT LIB, terutama mengenai adanya monopoli dalam pengambilan keputusan perusahaan.
Sebelum PT LIB, kondisi internal PSSI juga menjadi sorotan setelah Ratu Tisha mundur dari posisi Sekretaris Jenderal PSSI, 13 April lalu. Kini, jabatan itu dipegang sementara oleh anggota Komite Eksekutif PSSI, Yunus Nusi.