Kuasa Nike di Eropa
Produsen olahraga Amerika Serikat, Nike, menjadi ”raja” bagi penyedia kostum klub dan sepatu pesepak bola di Eropa. Klub besar dan pemain top menjadi magnet pasar utama dalam industri sepak bola.
Benua Eropa adalah magnet bagi pelaku industri sepak bola. Tak terkecuali para pelaku bisnis perlengkapan olahraga. Oleh karena itu, perusahaan olahraga tak henti-hentinya berlomba untuk mendukung klub elite ”Benua Biru” hingga menyediakan senjata bertanding bagi para pesepak bola terbaik di dunia.
Konsep dukungan produk olahraga pada tim sepak bola diperkenalkan perusahaan asal Jerman, Adidas, yang menempuh langkah tidak biasa dengan membuat dan menyiapkan perlengkapan bertanding tim nasional Jerman pada 1954. Kerja sama itu pun berlangsung hingga saat ini.
Sementara itu, ”saudara” Adidas, Puma, menjadi pionir perusahaan olahraga yang menyediakan sepatu sepak bola bagi dua pemain terbaik dunia di abad ke-20, yaitu Pele dan Diego Maradona. Sepatu Puma melekat di kaki Pele dan Maradona ketika mengangkat trofi Piala Dunia.
Memasuki abad ke-21, perusahaan olahraga menjadi bumbu utama dalam penyelenggaraan turnamen internasional dan kompetisi domestik di Eropa. Semua klub memiliki produsen seragam sendiri. Pemain sepak bola juga memiliki keleluasaan untuk menjalin kerja sama kontrak untuk keperluan sepatu hingga peralatan bertanding dan latihan lainnya. Bahkan, dalam satu dekade terakhir, liga top Eropa memiliki kontrak dengan perusahaan olahraga untuk menyediakan bola dan seragam bagi pengadil di lapangan.
Pada era industri sepak bola saat ini, perusahaan olahraga asal Eropa, seperti Adidas dan Puma, bukan lagi penguasa di benua sendiri. Keduanya harus mengakui dominasi rival asal Amerika Serikat, yakni Nike.
Hal itu terungkap dalam analisis tentang dukungan perusahaan olahraga di lima liga top Eropa yang dilakukan Footpack, situs khusus perlengkapan sepak bola asal Perancis. Studi tentang perlengkapan olahraga itu dilakukan pada 2.520 pemain dan 98 klub di Liga Utama Inggris, La Liga Spanyol, Serie A Italia, Bundesliga Jerman, dan Ligue 1 Perancis untuk musim 2019/2020.
Sebanyak 18 dari 98 klub di lima liga teratas itu menggunakan kostum yang diproduksi Nike. Kemudian, Adidas menyusul dengan 13 klub dan Puma dengan 12 klub. Posisi lima teratas dilengkapi oleh produsen asal Italia, Macron, dengan memproduksi kostum untuk 10 klub, dan perusahaan olahraga berbasis di Spanyol, Joma, yang digunakan oleh 9 klub.
Paling lama
Hingga kini, kerja sama antara Adidas dan Bayern Muenchen menjadi yang terlama dalam sejarah kemitraan antara klub dan produsen olahraga. Keduanya menjalin kebersamaan sejak 1959. Adapun Paris Saint-Germain menjadi klub yang paling lama didukung oleh Nike. Kerja sama PSG dan Nike dirintis sejak 1989.
”Nike, Adidas, dan Puma melakukan kerja sama dengan beberapa klub besar. Sementara itu, Macron dan Joma menguasai liga negara asal mereka. Yang menarik, Adidas justru hanya mendukung Muenchen di Liga Jerman,” ujar Thomas Proteau, editor senior Footpack, akhir pekan lalu.
Dominasi Nike juga tecermin dari analisis yang dilakukan Sportcal, perusahaan data olahraga asal Amerika Serikat, yang melakukan studi tentang kontrak produsen olahraga di dua kasta tertinggi lima liga top Eropa musim ini. Dari penilaian yang dilakukan kepada 202 klub profesional terungkap bahwa Nike mendukung 31 tim atau 15,35 persen, sedangkan Adidas menjadi sponsor untuk 27 tim atau 13,37 persen. Peringkat lima besar diisi oleh Puma dengan 21 tim, Macron dengan 19 tim, dan Umbro dengan 17 tim.
Lebih lanjut, Nike semakin menunjukkan kedigdayaan untuk penggunaan sepatu. Sebanyak 1.312 dari 2.520 pesepak bola menggunakan sepatu keluaran produsen perlengkapan olahraga berlogo ”centang” itu. Jumlah itu mencapai 52,02 persen dari jumlah pesepak bola di lima liga top Eropa. Di sisi lain, sepatu produksi Adidas digunakan 959 pemain atau 38,06 persen, sedangkan sepatu merek Puma dipakai 205 pemain atau 8,13 persen.
Statistik itu menunjukkan upaya produsen olahraga untuk merogoh kocek dalam untuk mengontrak pemain kelas wahid berbuah manis. Nike mendukung pemain top, di antaranya Cristiano Ronaldo, Kylian Mbappe, dan Virgil Van Dijk. Lionel Messi, Mohamed Salah, dan Paul Pogba menjadi duta merek Adidas. Adapun Antoine Griezmann dan Sergio Aguero merupakan perwakilan Puma.
”Secara total, hanya 44 pemain yang tidak menggunakan sepatu keluaran Nike, Adidas, atau Puma,” ucap Proteau.
Tak hanya kostum dan sepatu, Nike juga mendominasi dalam memproduksi bola resmi untuk Liga Utama Inggris dan Serie A Italia. Untuk bola, La Liga Spanyol menggunakan produksi Puma. Di Liga Jerman, bola resminya diproduksi oleh Derbystar mulai musim lalu, dan Uhlsport memproduksi bola resmi Ligue 1 Perancis.
Khusus untuk seragam yang digunakan wasit, Nike dan Adidas berbagi masing-masing dua liga. Wasit di Liga Utama Inggris dan Ligue 1 Perancis menggunakan seragam buatan Nike, sedangkan La Liga Spanyol dan Bundesliga memakai produk Adidas. Serie A Italia mempercayakan produsen dalam negeri, yaitu Legea, untuk mengkreasikan seragam para pengadil lapangan hijau.
Sumber pendapatan
Sepak bola merupakan sumber pendapatan utama bagi Nike. Dalam empat tahun terakhir, produksi khusus sepak bola menjadi sumber pendapatan keempat terbesar bagi perusahaan olahraga asal AS itu. Alhasil, pemasukan Nike dari sepak bola telah mengalahkan pendapatan dari bola basket.
Misalnya, untuk tahun 2019, Nike meraih keuntungan 1,89 miliar dollar AS (Rp 27,8 triliun) dari sepak bola, sedangkan bola basket memberikan keuntungan 1,59 miliar dollar AS (Rp 23,3 triliun).
Untuk meningkatkan pendapatan di musim mendatang, Nike pun secara resmi telah mengakuisisi dukungan kostum untuk klub raksasa Liga Inggris, Liverpool. Menurut Wakil Presiden Nike Eropa Barat Bert Hoyt, kemitraan dengan ”The Reds” menunjukkan ambisi besar Nike di dunia sepak bola.
”Kami ingin terus menggarisbawahi kepemimpinan dalam sepak bola global,” kata Hoyt.
Serupa dengan Nike, Adidas juga menitikberatkan pendapatan lini bisnis sepak bola dari penjualan cendera mata klub. Atas dasar itu, Adidas terus menambah dukung kepada klub besar Eropa, seperti Arsenal di musim ini.
Di sisi lain, Adidas juga terus menjaga sumber pendapatan utamanya dengan memperpanjang kontrak dengan Real Madrid hingga Juni 2028.
”Kerja sama itu akan membantu kami untuk mencapai misi menjadi salah satu perusahaan terbaik di dunia olahraga dan memastikan Adidas sebagai pemimpin di sepak bola,” ucap CEO Adidas Kasper Rosted, Mei tahun lalu.
Conrad Wiacek, kepala analisis data Sportcal, menekankan, kemampuan kedua produsen perlengkapan olahraga teratas untuk menyajikan kontrak besar dan memberikan jatah promosi tinggi merupakan langkah Nike dan Adidas untuk mempertahankan dominasi di pasar industri sepak bola.
Meskipun kostum Adidas bukan yang paling dominan dipakai di Eropa, produsen asal Jerman itu mengeluarkan dana paling banyak untuk meraih kemitraan dengan klub. Untuk musim ini, Adidas mengeluarkan dana hingga 388,6 juta dollar AS (Rp 5,71 triliun). Sementara itu, Nike mengeluarkan 355,8 juta dollar AS (Rp 5,23 triliun) untuk meraih lisensi klub sekaliber PSG, Barcelona, dan Chelsea.
”Bagi Adidas, pasar Eropa adalah yang utama bagi mereka sehingga mereka fokus pada klub dengan jumlah fans besar. Adapun Nike menitikberatkan dukungan utama untuk Liga Inggris karena potensi pasar yang paling besar di dunia, terutama di China dan AS,” kata Wiacek. (REUTERS/AFP)