Fokus Berjuang meskipun Aturan Berubah
Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) merevisi aturan dan memperpanjang kualifikasi Olimpiade Tokyo. Perubahan itu menjadi tantangan bagi ganda campuran Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja dalam mengejar tiket ke Tokyo.
T
JAKARTA, KOMPAS — Revisi peraturan kualifikasi Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo 2020 untuk cabang bulu tangkis dinilai adil meskipun masih menyisakan sejumlah pertanyaan. Namun, apa pun peraturannya, para pemain diminta hanya fokus ke penampilan masing-masing.
Menyusul revisi jadwal akibat tertundanya banyak turnamen, pada pekan lalu, Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) mengeluarkan revisi peraturan kualifikasi Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo 2020 pada Rabu (27/5/2020) malam. Revisi ini dilakukan karena periode pengumpulan poin untuk lolos ke Tokyo dihentikan sebelum waktunya akibat pandemi Covid-19.
Kualifikasi Olimpiade seharusnya berlangsung 29 April 2019-26 April 2020, Namun, turnamen untuk mengejar tiket ke Tokyo dihentikan pada 16 Maret atau setelah perhelatan All England, 11-15 Maret. Sebelum penghentian itu, ada pula turnamen BWF World Tour yang dibatalkan, yaitu Jerman Terbuka BWF Super 300 (3-8 Maret). Adapun Olimpiade dan Paralimpiade 2020 telah ditunda setahun.
Dengan penghentian itu, perpanjangan masa kualifikasi akan berlangsung dalam pekan pertama hingga ke-17 pada 2021. Dengan demikian, turnamen tertunda yang tetap diadakan pada tahun ini tidak masuk dalam kategori kualifikasi. BWF juga menyatakan poin ranking yang telah dikumpulkan pada kualifikasi yang telah berlangsung selama ini akan dipertahankan demi keadilan bagi semua atlet.
Menurut pihak BWF, keputusan soal revisi itu diambil setelah berdiskusi dengan Komisi Atlet. ”Kami merasa ini adalah solusi yang adil untuk semua karena itulah yang menjadi prioritas. Meskipun BWF menginginkan kualifikasi bisa selesai 2020, kami memilih untuk menyelesaikannya pada 2021 guna memastikan penutupan akses memasuki negara dan pembatasan lainnya akibat (pandemi) Covid-19 telah berkurang,” ujar Sekretaris Jenderal BWF Thomas Lund.
Sementara itu, untuk Paralimpiade, hanya Para Badminton Spanyol Internasional 2020 yang belum terselenggara. Kejuaraan yang sedianya digelar pada 10-15 Maret ini akan diselenggarakan pada masa perpanjangan kualifikasi Paralimpiade, yaitu 1 Januari-28 Maret 2021.
Baca juga : PBSI Berhati-hati Sikapi Jadwal Baru
Hingga terhentinya kualifikasi, Indonesia telah mendapat kuota maksimal (dua wakil pada setiap nomor) dari tunggal putra, ganda putra, dan ganda campuran. Adapun nomor tunggal dan ganda putri masing-masing hanya mengamankan satu wakil.
Akan tetapi, posisi salah satu ganda campuran Indonesia, Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja, belum aman karena berada pada batas peringkat untuk memenuhi syarat kuota maksimal, yaitu peringkat kedelapan. Menurut aturan BWF, setiap negara berhak mengirimkan maksimal dua wakilnya pada nomor ganda sepanjang mereka menempati peringkat delapan besar dunia. Adapun di nomor tunggal, syaratnya adalah menempati 16 besar dunia.
Hingga daftar peringkat dunia dibekukan pada 17 Maret, Hafiz/Gloria dibayang-bayangi setidaknya empat pasangan dari tiga negara lainnya yang mencoba menggeser posisi mereka. Dua negara, yaitu Malaysia dan Inggris, berusaha memasukkan dua wakilnya dalam posisi delapan besar.
Malaysia telah menempatkan finalis Olimpiade Rio de Janeiro 2016, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying, pada peringkat ketujuh. Selain itu, mereka juga memiliki Goh Soon Huat/Lai Shevon Jemie di posisi ke-11. Adapun Inggris berharap pada Marcus Ellis/Lauren Smith (10) dan Chris/Gabrielle Adcock (12).
Ancaman besar bagi Hafiz/Gloria juga ada dari Tang Chung Man/Tse Ying Suet (Hong Kong) yang kini menempati peringkat kesembilan. Kedua pasangan itu hanya terpaut 285 poin. Jumlah poin ini bisa didapat hanya dengan memenangi satu babak turnamen BWF World Tour (Super 300, 500, 750, dan 1000).
Jika Tang/Tse bisa menggeser Hafiz/Gloria, Indonesia pun hanya akan mendapatkan satu wakil dari ganda campuran, yaitu Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti, yang kini menempati peringkat keempat dunia. Adapun nama-nama atlet yang akan mewakili ”Merah Putih” di Tokyo menjadi hak prerogatif PBSI untuk memilihnya.
Butuh penjelasan BWF
Posisi Hafiz/Gloria pun kian rentan menyusul ketentuan khusus dari BWF terkait revisi peraturan kualifikasi Olimpiade Tokyo. Aturan kontroversial itu adalah berupa poin ”khusus” yang diberikan kepada para pemain China dan Hong Kong yang akan mengikuti Kejuaraan Asia Beregu (BATC) 2021.
China dan Hong Kong tak dapat mengikuti kejuaraan Asia kategori beregu putra dan putri (kualifikasi Piala Thomas dan Uber zona Asia) itu tahun ini, yaitu di Filipina pada Februari lalu, karena adanya larangan masuk dari Pemerintah Filipina terkait Covid-19. Sebagai gantinya, pemain dari kedua negara itu akan tetap diberi poin pada BATC 2021.
Jika pemain China dan Hong Kong tidak diberikan poin di ganda campuran, itu adil. Kalau diberi poin, bisa bahaya buat Hafiz/Gloria.
Namun, masalah muncul karena BATC 2021 dilangsungkan dengan format berbeda, yaitu beregu campuran seperti Piala Sudirman. Poin yang diberikan pada pemain pun akan berbeda. Pada BATC lalu, poin hanya diberikan untuk tunggal putra-putri serta ganda putra dan putri. Adapun di Kejuaraan Asia 2021 poin juga akan diberikan pada ganda campuran.
”Inilah (detail aturan) yang kami tanyakan kepada BWF karena jenis kejuaraannya (BATC) berbeda. Jika pemain China dan Hong Kong tidak diberikan poin di ganda campuran, itu adil. Kalau diberi poin, bisa bahaya buat Hafiz/Gloria,” ujar Ketua Bidang Hubungan Internasional PP PBSI Bambang Roedyanto di Jepang, Kamis (28/5/2020).
Meskipun demikian, pelatih ganda campuran pelatnas bulu tangkis Indonesia, Richard Mainaky, berpendapat, apa pun perubahan peraturannya, akan dirasakan oleh semua pemain. ”Semua masih punya peluang. Yang penting, pemain-pemain Indonesia, termasuk Hafiz/Gloria, harus tetap fokus untuk berjuang,” kata Richard.