Lewis Hamilton kembali menjadi katalisator di dunia Formula 1. Setelah suaranya memicu pembatalan balapan seri perdana di Australia akibat pandemi Covid-19, dia kini membuat para pebalap F1 menyuarakan anti-rasisme.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·4 menit baca
LONDON, SENIN — Lewis Hamilton bukan sekadar pebalap terbaik di ajang Formula 1. Dia juga memiliki pandangan yang jelas pada tatanan masyarakat yang majemuk. Hal itu dia tunjukkan dengan kritik tegas terhadap rekan-rekannya yang diam terkait rasisme yang menyebabkan kematian George Floyd, pria kulit hitam di Amerika Serikat. Masalah kemanusiaan ini merupakan racun masyarakat global yang harus diberantas.
”Kita tidak lahir dengan rasisme dan kebencian di dalam hati kita. Hal itu diajarkan oleh mereka yang kita hormati,” tegas Hamilton.
Pebalap Inggris berusia 34 tahun itu resah atas kesunyian di keluarga Formula 1 terkait pembunuhan terhadap George Floyd, pria berkulit hitam yang tidak memegang senjata, oleh oknum polisi di Minnesota, Amerika Serikat, pada 25 Mei 2020. Kejahatan yang dinyatakan sebagai pembunuhan tingkat 3 itu memicu protes di banyak kota dan kerusuhan di Amerika Serikat.
Ketidakadilan itu telah membuat banyak figur publik bersuara melawan rasisme. Namun, di Formula 1 belum ada pebalap yang menyuarakan itu, hingga Hamilton menyatakan dirinya berdiri sendiri di komunitas balap mobil. ”Saya melihat anda yang diam, beberapa dari anda adalah bintang terbesar, tetapi anda tetap diam di tengah ketidakadilan,” tulis Hamilton dalam akun Instagram-nya, Minggu malam atau Senin (1/6/2020) WIB.
”Tidak ada pertanda dari siapa pun di industri saya yang tentu saja merupakan olahraga yang didominasi kulit putih. Saya satu-satunya orang kulit berwarna di sana, tetapi saya berdiri sendiri,” lanjut enam kali juara dunia F1 itu.
”Saya akan berpikir mulai sekarang anda akan melihat mengapa ini terjadi, dan mengatakan sesuatu tentang itu, tetapi anda tidak bisa berdiri di samping kami,” lanjutnya.
”Ketahuilah saya tahu siapa anda dan saya melihat anda,” tegas Hamilton.
Hamilton kemudian menindaklanjuti Instagram Story-nya dengan kiriman klarifikasi bahwa dirinya tidak sepakat dengan mereka yang melakukan kerusuhan atau kekerasan. Dia hanya mendukung protes secara damai. ”Tidak akan ada kedamaian hingga yang kita sebut pemimpin melakukan perubahan,” lanjutnya.
”Ini bukan hanya Amerika, ini adalah Inggris, ini Spanyol, ini Italia, dan seluruh (dunia). Cara kaum minoritas diperlakukan harus berubah, bagaimana anda mendidik mereka di negara anda tentang kesetaraan, rasisme, klasisisme, dan bahwa kita semua adalah sama,” lanjut pebalap berusia 34 tahun itu.
Memecah kesunyian
Apa yang disuarakan oleh Hamilton itu membuat komunitas Formula 1 mulai memecah kesunyian. Charles Leclerc dan Daniel Ricciardo memberikan respons dengan mengunggah pernyataan di akun media sosial mereka. Duo pebalap McLaren, Carlos Sainz dan Lando Norris; pebalap Racing Point, Sergio Perez; serta pebalap Williams, George Russell dan Nicholas Latifi, juga mengecam rasisme.
”Melihat berita dalam beberapa hari terakhir membuat saya sangat sedih. Apa yang terjadi pada George Floyd dan apa yang terus terjadi dalam masyarakat saat ini adalah aib,” tulis pebalap Renault, Ricciardo.
”Sekarang, kita perlu berdiri bersama-sama lebih dari sebelumnya, bersatu bersama. Rasisme adalah racun dan perlu diatasi bukan dengan kekerasan atau diam, tetapi dengan bersatu dan tindakan. Kita perlu melawan, kita perlu menjadi KITA. Mari menjadi lebih baik, wahai masyarakat. Ini 2020. Black Lives Matter,” tegas pebalap asal Australia itu dikutip Crash.
Pebalap muda Ferrari, Leclerc, juga mengaku dirinya merasa terasing dan tidak nyaman. ”Saya masih berusaha menemukan kata untuk mejabarkan kekejaman dalam sejumlah video yang saya lihat di internet. Rasisme perlu dihadapi dengan tindakan, bukan diam. Tolong berpartisipasi secara aktif, melibatkan dan mendorong orang lain untuk menyebabkan kesadaran. Ini tanggung jawab kita untuk berbicara menentang ketidakadilan. Jangan diam,” tulis Leclerc.
Sementara pebalap Red Bull, Alex Albon, mengakui dirinya sempat merasa ragu untuk mengungkapkan apa yang dia rasakan dan pikirkan. ”Sejujurnya, saya agak ragu-ragu bersuara tentang kematian George Floyd karena saya merasa saya tidak dalam posisi untuk berbicara,” ujar pebalap keturunan Thailand itu di akun Instagram-nya.
”Saya tumbuh dengan cara yang sangat istimewa, terlindung dari segala bentuk rasisme, baik itu di sekolah, di lingkungan saya, maupun balap. Saya tidak pernah mengalami itu sehingga saya tidak benar-benar tahu bagaimana mengungkapkannya,” lanjut Albon.
”Tetapi, saya menyadari bahwa ini adalah bagian dari masalah, tetap diam tidak cukup, dan semua orang harus dapat mengalami seperti bagaimana saya tumbuh dewasa. Untuk itu, tidak ada kata terlambat untuk berubah dan untuk mengatasi apa yang salah. Ini tentang keadilan dan untuk membela kesetaraan ras,” tulis Albon.
”Apa yang terjadi pada George Floyd tidak bisa dimaafkan. Itu adalah tantangan terakhir bagi banyak orang dan itu adalah tugas kita untuk mereformasi dan menciptakan dunia yang lebih baik bagi kita semua,” kata Albon. (ANG)