Setelah berdiam di rumah selama delapan pekan, para pemain Liga Inggris akan sulit beristirahat ketika kompetisi kembali bergulir. Para pemain butuh kesempatan menyesuaikan tubuhnya dengan intensitas laga yang tinggi.
Oleh
D HERPIN DEWANTO PUTRO
·4 menit baca
LONDON, RABU - Klub Liga Inggris dituntut siap menjalani jadwal padat saat kompetisi musim ini kembali dilanjutkan mulai 17 Juni. Beberapa klub bahkan bisa berlaga tiga kali sepekan. Setidaknya, klub diizinkan menggelar laga persahabatan sebagai bekal menghadapi jadwal padat tersebut.
Berbeda dengan Liga Italia dan Liga Spanyol yang sudah selesai menyusun jadwal laga, Liga Inggris membahasnya lebih lanjut pada Kamis (4/6/2020). Menurut The Guardian, penyusunan jadwal laga menjadi tugas sangat rumit karena Liga Inggris harus bisa menggelar 92 laga tersisa dalam waktu enam pekan, dan liga ditargetkan tuntas pada 25-26 Juli 2020.
Ditambah lagi dengan laga Piala FA yang memasuki babak perempat final pada 27-28 Juni, berlanjut dengan semifinal pada 18-19 Juli. Dengan demikian, final Piala FA diharapkan bisa digelar pada 1 Agustus ketika Liga Inggris sudah selesai.
Konsekuensinya, laga juga bisa berlangsung di tengah pekan. Dengan skenario terbaik pun, masih ada beberapa klub yang bernasib sial karena hanya punya jeda istirahat dua hari di antara jadwal laga. Satu klub, misalnya, bisa berlaga pada Senin, Kamis, dan Minggu. Klub yang masih berlaga di Piala FA seperti Manchester City, Manchester United, Arsenal, Chelsea, dan Leicester City, akan menjalani laga lebih banyak.
Tantangan lain yang dihadapi dalam menyusun laga ini adalah memastikan setiap tim tidak berlaga dua kali dalam waktu 48 jam. Proses menyusun jadwal laga menjadi lebih rumit karena Liga Inggris harus sejalan dengan pihak lain seperti pemegang hak siar televisi dan kelompok penasihat keamanan laga.
Perdebatan akan muncul pada pembahasan Kamis ini terutama dari klub yang merasa dirugikan dengan penyusunan jadwal baru. Bagaimanapun juga, jadwal itu harus segera disepakati karena kompetisi akan bergulir dua pekan lagi.
Kesiapan fisik
Jadwal padat ini menghadirkan tantangan lain yang tidak kalah sulit, yaitu memastikan fisik dan mental para pemain benar-benar siap untuk menjalani laga berintensitas tinggi dalam waktu berdekatan. Masalah terbesar yang dihadapi adalah para pemain baru saja mengisolasi diri dan meninggalkan rutinitas latihan normal.
Mulai pekan ini, setiap klub memasuki tahapan baru dalam berlatih. Setelah satu pekan latihan tanpa kontak fisik, kemudian melibatkan kontak fisik pada pekan berikutnya, kini para pemain diperbolehkan menjalani laga persahabatan dengan tim-tim lokal di sekitar markas mereka.
Manajer Leicester City, Brendan Rodgers, merupakan salah satu manajer yang sangat menantikan laga persahabatan ini. Ia berencana menggelar simulasi laga di Stadion King Power, markas mereka. ”Kami akan bermain di King Power agar pemain bisa mendapatkan sentuhan mereka lagi,” katanya.
Simulasi laga, menurut Rodgers, sangat penting karena setelah menjalani isolasi selama pandemi, para pemain hanya bisa menghabiskan waktu dengan berlatih secara individu. Padahal, sepak bola merupakan permainan tim yang menuntut setiap pemain terkoneksi dengan pemain lainnya.
Laga persahabatan ini pun diharapkan bisa meningkatkan fisik dan mental pemain pada tahap yang dibutuhkan untuk menjalani laga sesungguhnya yang bertempo cepat dan keras. Tanpa persiapan yang matang, risiko cedera menanti para pemain, seperti yang dikhawatirkan dokter tim Newcastle United, Paul Catterson.
“Kami memperkirakan jumlah pemain yang cedera akan lebih banyak kali ini," kata Catterson. Selama menjalani karantina di rumah, para pemain hanya berlatih di dalam ruangan selama delapan pekan. Tubuh mereka akan kaget ketika dipaksa bekerja keras dalam sebuah laga.
Striker Chelsea, Olivier Giroud, mengatakan sensasi berlari di atas lapangan tentu berbeda dan tidak dapat diperoleh di rumah. Ketika berlari di lapangan, pemain bisa mengubah arah, menambah akselerasi, serta berlatih transisi berlari dan berhenti.
“Hampir semua rekan satu tim kakinya melepuh setelah kembali berlatih. Namun, kami tetap senang bisa kembali ke lapangan,” kata Giroud dikutip laman Chelsea. Giroud merasa perawatan pascalatihan yang didapat pemain saat ini berkurang banyak karena adanya protokol kesehatan yang ketat.
Demikian pula dengan laga persahabatan. Setiap klub harus mematuhi beberapa persyaratan seperti berlatih melawan tim yang jaraknya tidak lebih dari 90 menit perjalanan dari markas. Dalam menempuh perjalanan ke tim lawan, setiap pemain wajib berangkat dengan menggunakan kendaraan pribadi dan sudah mengenakan pakaian latihan. (AFP/REUTERS)