Turnamen ATP/WTA Cincinnati diusulkan pindah dari Ohio ke New York agar dapat digelar di tempat yang sama. Dengan demikian, pengawasan peserta terkait protokol kesehatan di masa pandemi Covid-19 lebih mudah dilakukan.
Oleh
Yulia Sapthiani
·4 menit baca
NEW YORK, SELASA - Asosiasi Tenis Amerika Serikat (USTA) mengusulkan turnamen AS Terbuka dan ATP/WTA Cincinnati digelar di satu tempat, yakni di Pusat Tenis Nasional Billie Jean King, Flushing Meadows, New York. Ide ini muncul agar kedua turnamen dapat berlangsung seusia jadwal dan mempermudah kontrol pada masa pandemi Covid-19.
Dua kejuaraan tersebut adalah turnamen tenis besar di AS pada musim panas. AS Terbuka berkategori Grand Slam, sedangkan Cincinnati berlevel ATP Masters 1000 untuk putra dan WTA Premier 5 untuk putri.
Jadwal yang berdekatan antara kedua turnamen menjadi alasan USTA menggabungkan keduanya dalam satu tempat. ATP/WTA Cincinnati, yang seharusnya berlangsung di Pusat Tenis Lindmer Family, Mason, Ohio, dijadwalkan berlangsung 17-23 Agustus. Adapun AS Terbuka pada 31 Agustus-13 September.
Hingga saat ini, USTA telah menyiapkan berbagai skenario untuk kesehatan dan keselamatan partisipan, agar AS Terbuka berjalan sesuai jadwal di Flushing Meadows. Dengan memindahkan ATP/WTA Cincinnati ke tempat yang sama (New York berjarak sekitar 1.000 km dari Mason), diharapkan bisa mempermudah mengatur penyelenggaraan. Apalagi, ATP/WTA Cincinnati menjadi bagian dari turnamen pemanasan menuju AS Terbuka.
“Saya menghargai ide itu. Semua orang berpikir mencari solusi untuk menyelenggarakan turnamen tenis pada situasi seperti ini. Menggabungkan dua turnamen besar dalam satu tempat, menurut saya, adalah usul yang bagus karena akan mempermudah penyelenggara mengontrol semuanya,” ujar petenis putri AS, Bethanie Mattek-Sands, kepada The New York Times. Petenis nomor satu dunia kategori ganda itu adalah anggota Dewan Pemain WTA.
Mattek-Sands dan petenis lainnya menantikan dimulainya kembali turnamen tenis yang dihentikan sejak Maret akibat pandemi. Direncanakan, panggung persaingan petenis di berbagai level, dalam suasan baru, akan dimulai kembali pada Agustus meski penyelenggaraannya bergantung pada perkembangan situasi akibat Covid-19.
Sentralisasi
Salah satu skenario yang akan diterapkan USTA untuk mempermudah pengawasan peserta adalah melarang mereka tinggal di hotel di luar Manhattan. Panitia hanya akan menyediakan akses transportasi untuk latihan dan menjalani berbagai tes kesehatan dari tempat tinggal di area yang telah ditentukan.
“Biasanya, kami tak pernah ikut campur dalam hal tempat tinggal untuk petenis. Namun, dalam situasi seperti ini, kami harus menentukan area tempat tinggal mereka agar tersentralisasi, agar kontrol bisa dilakukan dengan efektif,” ujar Kepala Eksekutif USTA Stacey Allaster.
Persiapan yang dilakukan USTA ini serupa dengan yang dilakukan NBA untuk meneruskan kompetisi profesional basket terbesar itu pada akhir Juli. NBA bernegosiasi dengan Disney agar kompetisi dan latihan tim bisa digelar di kompleks kawasan wisata itu. Pemain, pelatih, dan semua staf juga direncanakan tinggal di Disney World yang memiliki 18 hotel.
Peraturan lain yang akan diterapkan USTA dalam AS Terbuka adalah tes Covid-19 sebelum petenis dan pendampingnya menuju New York. Selama turnamen, kondisi mereka juga akan dipantau dengan pengecekan suhu badan dan mengisi kuesioner setiap hari.
Terkait juga dengan kepentingan petenis, panitia mengantisipasi hambatan lain, yaitu peraturan karantina. Dengan sebagian peserta berasal dari negara-negara di Eropa, petenis menghadapi peraturan itu saat mereka tiba di AS dan ketika kembali ke negara masing-masing.
Namun, Novak Djokovic dan kawan-kawan bisa menghindar dari peraturan ini jika Pemerintah AS memberikan pengecualian pada atlet profesional, seperti yang mereka sampaikan pada Mei.
Skenario lain yang akan dilakukan adalah mengurangi jumlah petugas lapangan, terutama hakim garis. Peran mereka akan digantikan dengan teknologi yang melacak jejak jatuhnya bola seperti hawk-eye. Pemungut bola anak-anak akan diganti oleh orang dewasa.
Jika jadi diselenggarakan, AS Terbuka akan berlangsung tanpa penonton seperti yang terjadi pada Bundesliga. Kompetisi sepak bola di Jerman itu dimulai kembali pada 16 Mei dengan menerapkan berbagai protokol kesehatan, termasuk tanpa penonton.
Keberatan pemain
Dari semua skenario yang disiapkan, salah satu peraturan, yaitu mengurangi jumlah anggota tim pendukung, diprotes petenis. Untuk AS Terbuka kali ini, USTA hanya memperbolehkan satu orang untuk mendampingi petenis dan akan menyediakan fisioterapis dan ahli pijat yang dibutuhkan petenis.
Padahal, sejak Pete Sampras didampingi pelatih fisik dalam turnamen pada era 1990-an, petenis elite profesional selalu menyertakan pelatih, pelatih fisik, agen, fisioterapis, ahli pijat, ahli gizi, hingga anggota keluarga.
“Saya rasa, akan banyak pemain yang panik. Mereka pasti bingung untuk memilih antara agen, pelatih, atau fisioterapis,” kata Sven Groeneveld, pelatih petenis Jepang, Taro Daniel, yang pernah mendampingi Maria Sharapova.
Petenis putri Kroasia, Donna Vekic, keberatan dengan peraturan tersebut. “Saya tidak masalah dengan aturan tanpa penonton, tetapi yang paling buruk dari semuanya adalah kami hanya boleh membawa satu pendamping. Rasanya itu tak bisa diterima dan dilakukan petenis top,” kata Vekic. (AFP/REUTERS)