Tantangan Persediaan Onderdil di Musim Baru
Delapan balapan Formula 1 musim ini akan berlangsung hanya dalam rentang 10 pekan. Ini waktu yang sangat ketat, terutama dalam operasional tim-tim peserta untuk perbaikan, jika salah satu atau kedua mobil mereka rusak.
Pengumuman jadwal delapan seri Formula 1 musim 2020 memberi angin segar bagi tim-tim peserta, para pebalap, dan para penggemar balap ”jet darat”. Namun, di belakang layar, para staf operasional di masing-masing tim mendapat tantangan yang sangat besar.
Mereka perlu memastikan timnya memiliki persediaan suku cadang yang cukup untuk perbaikan jika ada mobil yang rusak. Jika ada onderdil yang kurang, mobil bisa gagal start pada hari balapan.
Dengan jadwal delapan seri yang berlangsung dalam 10 pekan sejak 5 Juli di Sirkuit Red Bull Ring, Spielberg, Austria, setiap tim tidak boleh kekurangan suku cadang. Apalagi, akan ada dua balapan dalam dua pekan beruntun, seperti di Austria dan Inggris.
Jeda sepekan di setiap balapan itu menjadi tantangan besar untuk memproduksi suku cadang yang diperlukan. Bahkan, komponen tertentu tidak akan bisa diproduksi dalam waktu sepekan dalam situasi pembatasan kerja selama pandemi ini.
Oleh karena itu, setiap tim perlu memiliki persediaan cuku cadang yang cukup untuk mengantisipasi jika ada mobil yang rusak. Jika kerusakan sangat parah, perbaikan bisa membutuhkan waktu yang lama. Inilah yang menjadi tantangan besar saat tim-tim F1 hanya bisa membawa tim dengan jumlah minimal supaya bisa balapan. Kekurangan cadangan, keterbatasan teknisi, dan mekanik bisa menjadi petaka bagi sebuah tim jika ada mobil yang rusak.
Pengalaman Williams pada musim lalu menjadi contoh paling gamblang terkait tantangan kekurangan suku cadang. Mereka bahkan terlambat menyelesaikan pembangunan mobil hingga tidak bisa mengikuti tes shakedown dan dua setengah hari tes pramusim. Keterlambatan produksi komponen mobil juga membuat mereka tidak memiliki suku cadang yang cukup saat seri pertama di Australia musim lalu.
Inilah yang membuat kedua pebalap mereka, George Russell dan Robert Kubica, membalap dengan berbeda. Jika mereka mengalami kecelakaan di Australia, bisa jadi mereka tidak akan bisa balapan pada seri kedua di Bahrain karena tidak punya cukup suku cadang untuk perbaikan mobil.
”Memasuki akhir pekan yang baru bukan situasi yang mudah dari sudut pandang pebalap karena kami memiliki keterbatasan suku cadang,” ujar Kubica waktu itu di laman Formula 1.
Kubica mengalami kendala itu saat lantai mobilnya menghantam pembatas lintasan saat latihan bebas pertama di Australia. Celakanya, tidak ada komponen pengganti. Itu membuat dia tidak berani lagi mengemudi dengan agresif. Jika lantai mobilnya kembali menghantam pembatas lintasan, mobilnya tidak bisa digunakan. Tanpa ada komponen pengganti, dia berpotensi tidak bisa mengikuti balapan.
Jam malam
Insiden rusaknya mobil Russell pada 2019 karena menabrak tutup drainase lintasan yang lepas saat latihan bebas pertama di Baku, Azerbaijan, menjadi contoh konkret bahwa perbaikan mobil bisa membutuhkan waktu panjang. Insiden itu membuat FIA menonaktifkan peraturan ”jam malam” untuk tim Williams karena monokok mobil Russell tidak bisa digunakan lagi. Monokok baru dipakai untuk membangun ulang mobil supaya itu bisa digunakan keesokan harinya.
Setelah 2003, setiap tim tidak boleh lagi memiliki mobil cadangan yang sudah siap dipacu. Mereka hanya boleh memiliki monokok cadangan dan suku cadang yang mencukupi untuk membangun mobil baru. Dengan sekitar 11.000 komponen di mobil F1, perlu perencanaan dan persiapan yang panjang dari setiap tim untuk penyediaan suku cadang. Memang tidak semua komponen itu terlepas per bagian. Suku cadang itu rata-rata sudah menyatu pada orderdil, seperti di girboks dan sistem pendingin.
Perubahan aturan itu diikuti dengan larangan tim mengubah mobil yang sudah menyelesaikan kualifikasi. Setiap mobil harus diparkir tanpa boleh disentuh di Parc Ferme hingga jam operasional keesokan harinya. Aturan ini sering disebut dengan jam malam. Saat itu, tidak akan lagi teknisi dan mekanik yang mengubah mobil di malam hari untuk membuat mobil lebih optimal saat balapan.
Ketersediaan suku cadang sangat penting karena sering kali onderdil dari mobil yang rusak tidak bisa dipakai lagi atau perlu waktu lama untuk melepasnya.
Jika ada tim yang mobilnya rusak parah, seperti Williams di Baku musim lalu, FIA menonaktifkan jam malam itu khusus bagi Williams untuk membangun mobil yang baru. Ketersediaan suku cadang sangat penting karena sering kali onderdil dari mobil yang rusak tidak bisa dipakai lagi atau perlu waktu lama untuk melepasnya.
Antisipasi Mercedes
Tantangan memiliki onderdil cadangan yang cukup bakal semakin besar di masa pandemi ini. Dengan pembatasan jam kerja dan jumlah karyawan yang aktif di pabrik, produksi tidak bisa maksimal. Apalagi, sejumlah tim harus meliburkan produksi pada Maret hingga pertengahan Mei.
”Ini menghadirkan tantangan yang unik bagi kami. Jika Anda memiliki dua mobil, Anda pergi balapan dan memiliki sejumlah suku cadang. Jika Anda memiliki masalah di balapan pertama, biasanya Anda bisa mengatasi untuk balapan kedua karena memiliki onderdil cadangan,” ujar Rob Thomas, Kepala Operasional Tim Mercedes F1, dalam video internal tim ”Panah Perak”.
”Ditambah dengan balapan ketiga dan mendadak kehabisan suku cadang. Ini akan membuat sakit kepala bagi pabrik terkait bagaimana kami bisa memastikan mereka yang di sirkuit memiliki cukup onderdil,” kata Thomas dikutip Crash, Minggu (14/6/2020).
Tim-tim Formula 1 selama pandemi ini meliburkan produksi selama 63 hari sehingga mereka tidak bisa memproduksi komponen untuk cadangan tim balap. Mercedes, misalnya, saat ini sedang mendata ulang cadangan onderdil mereka dan merancang strategi menyiasati masalah ini.
”Kami bisa merencanakan memiliki banyak onderdil. Akan tetapi, ini akan sangat mahal dan kami tidak ingin boros. Kami ingin efisien. Jadi, ini melibatkan penilaian. Apa yang akan kami lakukan adalah (mengidentifikasi) onderdil apa yang biasanya akan rusak atau aus dalam balapan dan memastikan kami memiliki onderdil-onderdil itu dalam suatu titik produksinya sehingga kami bisa dengan cepat mengatasinya,” tutur Thomas.
Meskipun situasi ini menantang, Thomas optimistis bisa mengatasi hal ini. Mercedes memiliki pabrik yang cepat dalam proses produksi dan fleksibel sehingga bisa merespons dengan cepat jika ada masalah suku cadang mobil Formula 1.