Balapan pembuka Formula 1 musim ini di Austria, pada 5 Juli, akan memicu para pebalap membuktikan dirinya paling siap setelah jeda delapan bulan. Sirkuit Red Bull Ring pun akan menjadi gelanggang pembuktiannya.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·5 menit baca
SPIELBERG, MINGGU — Balapan perdana Formula 1 musim 2020 tinggal dua pekan lagi. Para pebalap mulai menjalani persiapan akhir dengan kembali memacu mobil di sirkuit nyata. Mereka perlahan beradaptasi dengan atmosfer persaingan ketat balap ”jet darat” yang seharusnya bergulir mulai 13-15 Maret 2020 di Australia.
Tantangan besar di musim pandemi ini adalah tiga balapan beruntun yang menuntut kebugaran dan kekuatan fisik menahan ”G-Force” yang menguras tenaga. Jeda balapan delapan bulan, sejak seri terakhir musim 2019 di Abu Dhabi pada November, berpotensi membuat para pebalap kehilangan feeling pengendalian mobil F1 yang membutuhkan keputusan cepat dan presisi.
Meskipun mereka rutin berlatih di simulator, dinamika di sirkuit nyata jauh berbeda. Mereka perlu memacu mobil balap di sirkuit nyata untuk menyegarkan ikatan dengan mobil, menemukan kembali kecepatannya, dan membangun kepercayaan diri.
Sebagai profesi yang sangat menuntut kemampuan istimewa—hanya ada 20 pebalap F1 di muka bumi—para pebalap terbiasa dengan target tinggi. Kerja keras dan etos kerja tinggi menjadi DNA para pebalap F1. Saat menjalani lockdown pun mereka terus berlatih fisik, merawat mental positif, dan terus berlatih dengan simulator. Mereka mempersiapkan diri supaya selalu siap begitu balapan dimulai.
Kini, Formula 1 tinggal hitungan hari dengan dua kali tiga balapan beruntun. Pertama adalah tiga seri awal pada 5 dan 12 Juli di Red Bull Ring, Spielberg, Austria, serta 19 Juli di Hongaroring, Hongaria. Setelah jeda sepekan, mereka akan menjalani tiga balapan beruntun, yaitu pada 2 dan 9 Agustus di Silverstone, Inggris, serta 16 Agustus di Barcelona-Catalunya, Spanyol. Setelah jeda sepekan, dua seri berikutnya berlangsung di Spa-Francorchamps, Belgia, dan Monza, Italia. Dua seri itu juga berlangsung beruntun, pada 30 Agustus dan 6 September.
Tiga balapan beruntun pada musim ini menjadi tantangan ekstra bagi para pebalap. Mereka perlu memiliki fisik yang lebih bugar untuk menahan gaya gravitasi sebesar 4-5 G saat mengerem dan melewati tikungan saat memacu mobil F1. Ini membutuhkan kekuatan otot inti, stamina, dan konsentrasi. ”Untuk melatih itu, yang terbaik adalah dengan (memacu) mobil (F1),” tegas mantan pebalap Formula 1, Mark Webber, kepada The Telegraph.
Para pebalap yang memasuki tikungan akan mengerem keras untuk mengurangi kecepatan di trek lurus, yang bisa mencapai 300-350 km per jam, hanya dalam beberapa detik. Itu menghasilkan G-Force 4-5 G. Mantan pebalap F1, Jenson Button, dalam buku otobiografinya berjudul Life to The Limit, menegaskan betapa sengsaranya pebalap saat melewati tikungan. Itu terus berulang hingga putaran terakhir.
”Ketika melewati tikungan cepat, Anda menahan 5G. Artinya, kepala Anda menjadi lima kali lebih berat dari normal. Jika kepala Anda beratnya 5 kg, maka (bobotnya) menjadi 25 kg. Anda juga mengenakan helm dan HANS (penahan kepala dan leher). Helm dan HANS beratnya sekitar 2,5 kg. Jadi, kalikan itu lima kali sehingga menjadi 12,5 kg. Tambahkan semua itu dan Anda berusaha menahan hampir 40 kg hanya dengan leher,” ungkap juara dunia F1 2009 bersama tim Brawn GP itu.
Tekanan (G-Force) yang terus-menerus menguras fisik Anda. (Jenson Button)
Tidak heran, banyak pebalap yang kehilangan bobotnya hingga 5 kilogram seusai balapan F1. Gaya G-Force juga kerap dialami pilot pesawat jet tempur dan ulang alik. ”Tekanan yang terus-menerus menguras fisik Anda,” tegas Button.
Webber juga menegaskan, pebalap F1 perlu memiliki kekuatan dan kebugaran ekstra prima. ”G-Force membuat tubuh Anda seperti diimpit. Pada tikungan cepat, tekanan gravitasi datang dari samping saat kami menikung. Jadi, rusuk, panggul, dan leher terimpit hingga tepi jok. Anda harus terbiasa dengan itu. Tekanan muncul perlahan dan puncaknya saat di tengah tikungan,” ujarnya.
Tekanan gaya gravitasi memang hanya sesaat, tetapi itu menguras tenaga dan membutuhkan teknik bernapas yang benar. Saat berada dalam tekanan gravitasi di atas 3G, akan sangat sulit bernapas seperti biasa. ”Ini bisa membuat Anda sedikit lemah karena kadang harus menahan napas. Anda harus kuat untuk menahan itu,” kata Webber, rekan setim Sebastian Vettel saat di Red Bull.
”Citius, altius, fortius”
Kemampuan pebalap menahan tekanan gaya gravitasi itu akan membuat pebalap lebih kompetitif. Prinsip citius, altius, fortius atau lebih cepat, lebih tinggi, lebih kuat berlaku di Formula 1. Dengan prinsip itu, para pebalap akan mampu mengimbangi mobil yang semakin canggih dan cepat.
Pebalap Mercedes, Lewis Hamilton, misalnya, pada 2017 membuat gempar karena menahan 6,5G saat melewati tikungan 11 di Sirkuit Albert Park, Australia. Itu menunjukkan mobil Mercedes W08 memiliki teknologi canggih hingga mampu melesat lebih cepat di tikungan.
Kini, mobil-mobil Formula 1 semakin cepat, termasuk saat melewati tikungan. Bahkan, Mercedes sejak beberapa tahun terakhir mengembangkan teknologi suspensi supaya bisa lebih cepat di slow corner. Itu juga menjadi salah satu faktor mengapa Mercedes W10 musim lalu bisa mengalahkan SF90 yang lebih cepat di trek lurus. Semakin cepat mobil mampu melewati tikungan, pebalap juga harus semakin kuat.
Selama jeda balapan di masa pandemi, Hamilton mengaku melatih fisiknya dengan latihan yang selama ini jarang bisa dilakukan dengan maksimal. Ia memperbaiki sisi-sisi kelemahan tubuhnya. ”Ketika pergi ke pusat kebugaran, sering kali Anda melatih otot-otot besar, tetapi tidak dengan otot-otot kecil. Jadi, saya benar-benar berusaha lebih dalam dan membenahi tubuh saya,” ujarnya.
Pebalap tim McLaren, Lando Norris, juga mengakui bahwa tantangan fisik jauh lebih besar dalam balapan di masa pandemi ini. Pebalap berusia 20 tahun itu menegaskan, kekuatan fisik sangat penting untuk mengimbangi gaya gravitasi akibat tenaga mobil yang sangat besar. Sebanyak apa pun latihan yang dilakukan oleh para pebalap, termasuk dirinya, selalu sulit mengatasi tekanan gaya gravitasi itu.
”Anda tidak bisa melakukan semua latihan yang diinginkan. Akan tetapi, tetap tidak wajar bagi tubuh untuk melawan lima hingga enam G di tikungan dan saat melewati gundukan (batas lintasan). Saya pikir ini akan menjadi sebuah tantangan,” ujar Norris.
Persiapan fisik menjadi kunci penting untuk menghadapi jadwal balapan yang ketat, yaitu delapan seri dalam rentang 10 pekan. Itu akan menjadi pembuktian kesiapan para pebalap untuk bersaing meraih podium.
”Balapan akan segera bergulir dan kami semua akan unjuk diri pada semua orang, ’Saya berlatih lebih keras selama masa karantina saya,’ atau ’Saya tidak seusang Anda.’ Saya yakin ego beberapa pebalap akan muncul,” ujar pebalap tim Renault, Daniel Ricciardo, dikutip Motorsport, Jumat (19/6/2020).