Menjelang balapan pertama di masa pandemi, ada kejanggalan besar yang belum terjawab, yaitu performa Ferrari yang tidak meyakinkan. Jika benar Ferrari menyamar, kedoknya akan segera terkuak akhir pekan ini di Austria.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·7 menit baca
SPIELBERG, JUMAT — Ferrari tidak pernah memunculkan tanda tanya besar terkait performa mobilnya. Tim paling sukses di ajang Formula 1 itu konsisten membangun mesin-mesin balap yang sangat cepat, selaras dengan filosofi Enzo Ferrari. Namun, musim ini, mobil SF1000 mereka seperti mengangkut batu, kalah cepat dengan mobil Mercedes W11 dan Red Bull RB16. Ferrari pun mengakui mereka kalah cepat, tetapi banyak yang menilai mereka menyaru.
Performa mobil SF1000 menjadi sorotan sejak dua kali tes pramusim di Barcelona pada Februari lalu. Mobil mereka memang lebih cepat dan stabil di tikungan dibandingkan musim lalu karena perubahan downforce. Performa di tikungan itu terkonfirmasi dengan nilai saat latihan bebas kedua (FP2) di Red Bull Ring, Spielberg, Austria, Jumat (3/7/2020), di mana Sebastian Vettel mendapat nilai 8,7 setingkat di bawah pebalap Marcedes Lewis Hamilton dengan poin 8,8 saat melewati tikungan cepat.
Namun, kecepatan SF1000 di trek lurus masih mengundang tanda tanya. Pada tes pramusim di Barcelona, misalnya, Ferrari bahkan kalah cepat dari Renault RS20 yang dipacu oleh Daniel Ricciardo.
Pada sesi latihan bebas pertama (FP1) di Austria, Vettel hanya berada di posisi ke-12, sedangkan rekan setimnya, Charles Leclerc, di posisi ke-10. Mereka terpaut lebih dari 1 detik dari Hamilton yang tercepat di FP1. Vettel dan Leclerc bahkan kalah cepat dari para pebalap tim papan tengah, seperti McLaren, Renault, dan Racing Point.
Sementara di akhir FP2, Hamilton dan Bottas masih menempati posisi satu dan dua. Akan tetapi, Vettel naik ke posisi keempat di bawah Sergio Perez. Pebalap kelima hingga ke-10 adalah Daniel Ricciardo, Lando Norris, Lance Stroll, Max Verstappen, Leclerc, dan Carlos Sainz. Hasil FP2 ini menguatkan indikasi bahwa Ferrari memiliki potensi tersembunyi yang bisa menjadi kejutan pada FP3 serta kualifikasi pada Sabtu.
Performa mobil Ferrari yang jauh di bawah musim-musim sebelumnya itu memunculkan dugaan tim asal Italia itu menerapkan strategi sandbag. Mereka sengaja menutupi kemampuan SF1000 sebenarnya hingga saat terakhir menjelang balapan. Bottas pun, saat tes pramusim, dengan ketus menyindir ada tim yang bermain-main. Hamilton bahkan menegaskan, dirinya tidak akan tertipu dengan strategi murahan seperti itu.
Namun, Kepala Tim Ferrari Mattia Binotto terus mengulangi bahwa SF1000 memang kalah cepat dari W11 dan RB16. ”Kami tahu, saat ini kami tidak memiliki paket (mobil) yang tercepat. Kami sudah mengetahui itu sebelum berangkat ke Melbourne dan itu tidak berubah,” kata Binotto, Kamis.
Setali tiga uang, Leclerc pun menilai musim ini balapan di Austria akan jauh lebih sulit bagi Ferrari. Namun, dia berharap ada kejutan yang bisa dilakukan pada saat balapan, Minggu (5/7) pukul 20.10 WIB. Musim lalu, dia meraih pole position di Austria, tetapi finis kedua setelah didahului oleh Verstappen dalam pertarungan sengit.
Performa mobil Ferrari yang terkesan melempem itu, jika dilihat lebih detail, memunculkan sejumlah kejanggalan. Pada FP1 di Red Bull Ring, misalnya, para pebalap Ferrari tidak membukukan waktu lap yang meyakinkan karena mereka masih menggunakan ban berkompon medium. Adapun pebalap lain, termasuk Hamilton, Bottas, dan andalan Red Bull Max Verstappen, menggunakan ban berkompon lunak yang lebih cepat. Hamilton pun mencatatkan waktu tercepat 1 menit 04,816 detik unggul 0,356 detik dari Bottas dan sekitar 0,6 detik dari Verstappen di posisi ketiga.
Jika benar Ferrari menyamar, semua akan terjawab paling lambat pada sesi kualifikasi pada Sabtu (4/7) pukul 20.00-21.00 WIB. Dalam penentuan posisi start itu, semua tim akan menurunkan setingan mobil terbaik dan para pebalap akan berjuang maksimal untuk mencetak waktu tercepat guna meraih pole position. Namun, jika performa mobil Ferrari memang melempem musim ini, harapan mereka untuk meraih gelar juara akan menipis. Apalagi, paket perbaikan mobil baru akan dipasang pada seri ketiga di Hongaroring, Hongaria, pada 17-19 Juli.
Persaingan seri pertama
Dengan jumlah balapan yang sedikit, saat ini baru delapan seri dalam 10 pekan, menuntut performa dan keandalan mobil yang ekstra. Ferrari musim lalu sangat cepat di trek lurus, tetapi mesinnya tidak tangguh sehingga membuat mereka kehilangan poin di beberapa seri. Kini, Ferrari mengedepankan keandalan, tetapi dampaknya menurunkan performa mobil.
Dengan mobil tercepat musim lalu, Ferrari pun masih gagal finis terdepan di Red Bull Ring musim lalu. Leclerc berhasil didahului oleh Verstappen dengan manuver agresif yang berbuah podium pertama. Sementara Mercedes masih belum menemukan solusi pendinginan mesin di sirkuit yang panas itu. Pada 2018, Hamilton dan Bottas gagal finis karena masalah itu. Kini, menurut Direktur Teknik Mercedes James Allison, mereka akan menerapkan paket perbaikan dalam pendinginan mesin.
Jika Mercedes menemukan solusi sistem pendinginan mesin yang jitu, Hamilton dan Bottas berpotensi besar mendominasi Red Bull Ring. Mereka akan menghentikan usaha Verstappen meraih kemenangan ketiga beruntun di Spielberg. Red Bull dengan perbaikan performa mesin Honda, difavoritkan memenangi balapan seri pertama ini.
Untuk mengusik pesaingnya, Red Bull pun akan mengajukan permintaan klarifikasi kepada FIA terkait perangkat Dual Axis Steering (DAS) di mobil Mercedes. DAS bisa mengubah sudut ban yang menguntungkan saat trek lurus karena mobil bisa dipacu lebih kencang. ”Kami akan menunggu untuk melihat apakah itu dipasang pada mobil-mobil mereka. Jelas ini sistem yang rumit, ini sistem yang cerdas. Kami mencari beberapa klarifikasi dari FIA dan mulai mengajukan sejumlah pertanyaan terkait itu,” kata Kepala Tim Red Bull Christian Horner dikutip Motorsport.
Performa Mercedes W11 memang membuat resah tim-tim lawan karena mereka sangat cepat sejak tes pramusim. Pada sesi latihan bebas kedua (FP2) di Red Bull Ring, potensi itu jelas terlihat saat Hamilton menggunakan ban lunak yang baru. Dia mencetak waktu mengesankan 1 menit 04,304 detik. Hamilton bahkan bisa melesat lebih cepat di sektor satu jika tidak ada mobil-mobil lain yang sedang memasuki tikungan 3.
Hamilton menunjukkan dirinya di level berbeda dengan para pesaingnya, salah satunya tidak kehilangan kendali di tikungan 1, seperti dialami oleh Verstappen dan Bottas. Ini merupakan tikungan yang bisa menjadi jebakan setelah trek lurus panjang di akhir sektor 3. Pada sektor inilah Verstappen masih berusaha mencari limit RB16 hingga dirinya melintir pada FP1, sedangkan Bottas keluar lintasan pada FP2. Menjelang akhir FP2 Bottas masuk pit karena mengalami masalah dengan perpindahan gigi transmisi. ”Perpindahan gigi tidak berfungsi,” ujar Bottas kepada timnya melalui radio.
Performa Hamilton yang stabil musim ini menjadi modal kuat untuk menyamai rekor Michael Schumacher dengan tujuh gelar juara dunia. Gelar juara musim ini akan melepaskan pebalap Inggris berusia 35 tahun itu dari bayang-bayang Schummy. Adapun bagi Vettel, yang mengidolakan Schummy sejak belia, gelar juara di musim terakhirnya bersama Ferrari ini akan melepaskan dirinya dari beban cita-cita besarnya.
Vettel ingin mengikuti jejak idolanya itu dengan meraih banyak gelar juara bersama Ferrari. Namun, sejak bergabung pada 2015, Vettel tak pernah mendapat momentum untuk menghentikan Hamilton. Bahkan, memasuki musim keenamnya ini, dia sudah tidak ditawari perpanjangan kontrak oleh Ferrari. Musim ini akan menjadi pertaruhan terakhir Vettel untuk menyelesaikan misi besarnya, meraih gelar juara bersama Ferrari, sama seperti idolanya Michael Schumacher.
Persaingan musim ini akan jauh lebih ketat karena dengan jumlah seri yang sedikit, peluang juara menjadi lebih merata. Motivasi mereka pun menjadi lebih besar untuk berjuang ekstra keras, itu bisa terlihat dari rentang waktu 1,9 detik antara pebalap pertama dan ke-19 dalam sisa 26 menit FP2. Selisih waktu yang ketat itu juga menjadi fokus tim paddock terutama saat pitstop penggantian ban. Tim-tim telah melakukan simulasi kerja di tengah protokol kesehatan yang ketat untuk tetap menyelesaikan tugas dengan cepat.
Protokol kesehatan
Direktur Olahraga Laurent Mekies menegaskan, protokol kesehatan itu tidak akan mempengaruhi pitstop meskipun ada pengurangan personel. ”Kami sekarang dibatasi jumlah (personelnya), 80 orang totalnya. Jadi, kami harus memangkas sebagian besar personel nonteknik. Hasilnya, operasional pitstop dan yang terkait mesin tidak banyak terpengaruh,” ujarnya.
”Anda tidak akan melihat perubahan besar dalam jumlah orang yang terlibat di pit stop atau operasional,” ujar Mekies.
Balapan di masa pandemi ini membuat tim-tim menguatkan peran personel yang menganalisis balapan dari jarak jauh. Tim ini biasanya berada di markas besar dilengkapi komputer berkecepatan tinggi untuk mengunduh data dari mobil dan menganalisisnya. Hasil analisis itu menjadi salah satu pertimbangan tim menentukan strategi balapan. Ferrari menyebut tim ini dengan garasi maya.
Saat ini, semua tim F1 memiliki tim pengendali jarak jauh yang sangat krusial saat balapan, serta untuk pengembangan mobil ke depan. Di tengah pandemi ini, tim pengendali jarak jauh menjadi sangat penting untuk mendukung kerja tim di sirkuit yang jumlah personelnya terbatas dan wajib menjalankan penjarakan fisik saat bekerja.