Nagelsmann, dengan usia 33 tahun, menjadi pelatih paling fenomenal saat ini setelah membawa RB Leipzig ke semifinal Liga Champions. Usia muda bukan penghalang bagi maestro taktik asal Jerman ini.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
Sekitar 13 Tahun silam, Julian Nagelsmann remaja memutuskan pensiun dini usai divonis cedera punggung. Kemarin, Nagelsmann menjadi pelatih termuda sepanjang sejarah, 33 tahun, yang sukses lolos ke semifinal Liga Champions. Perbandingan dua nasib itu sangat kontras, tetapi saling berhubungan.
Nagelsmann lebih muda dibandingkan pemain megabintang Cristiano Ronaldo ataupun Lionel Messi. Namun, dia sukses sebagai pelatih membawa timnya, RB Leipzig, menumbangkan tim unggulan Atletico Madrid, 2-1, di perempat final, pada Jumat (14/8/2020).
Pelatih “bau kencur” seperti Nagelsmann bisa mengungguli taktik dari pelatih berpengalaman sekelas Diego Simeone. Padahal, usia pria asal Jerman itu bahkan kalah lama dari karier sepak bola Simeone, sebagai pelatih maupun pemain. Fakta itu pun menimbulkan pertanyaan, dari mana kehebatannya berasal.
Ternyata, Nagelsmann terbentuk dari mimpi buruk saat masih menjadi pemain FC Augsburg II pada 2007. Cedera punggung bawaan memaksa karier sepakbolanya tamat sebelum genap berusia 20 tahun.
"Dia berkata tidak mungkin menjadi pemain profesional. Saya masih ingat, dia menatap mata saya dan mengatakan, akan menjadi pelatih Bundesliga". (Traesch)
Menyadari tubuhnya tidak ditakdirkan bermain sepak bola, dia memutuskan menjadi pelatih. “Dia berkata tidak mungkin menjadi pemain profesional. Saya masih ingat, dia menatap mata saya dan mengatakan, akan menjadi pelatih Bundesliga,” kata rekan setimnya, Christian Traesch, seperti dikutip The Athletic.
Nagelsmann langsung beralih ke dunia kepelatihan. Dia diberikan kepercayaan menjadi pemantau tim lawan di Augsburg II, di bawah didikan langsung pelatih Thomas Tuchel, yang sekarang menukangi Paris Saint Germain.
Di posisi itu, pelatih berkarisma ini menggunakan mata dan otak sebagai aset kariernya. Analisis pertandingan setiap pekan membuatnya sangat detail dan perfeksionis dalam memahami taktik. Semua pengamatan didukung dengan bakat besar dan pengetahuannya sebagai mantan pemain bertahan modern.
Kariernya berlanjut sebagai asisten pelatih tim muda di Hoffenheim. Aura kepelatihan yang besar membawa Nagelsman dipercaya melatih tim U-19 Hoffenheim. Pada 2014, dia membawa tim itu juara untuk pertama kalinya.
Sisanya adalah sejarah. Dia dipercaya melatih tim utama Hoffenheim (2016-2019), lalu pindah ke Leipzig pada awal musim ini.
Meski masih sangat muda sebagai pelatih, Nagelsmann justru bisa mengatasi ruang ganti dengan sangat baik. Menurut mantan rekan setimnya, Benjamin Kaufmann, dia lebih cepat dewasa karena guncangan besar di masa muda. Adapun, ayahnya, Erwin, meninggal tidak lama setelah Nagelsmann pensiun.
Maestro taktik
Intelejensi taktik Nagelsmann sangat terlihat kemarin saat melawan Atletico Madrid. Dia membuat skuad mudanya berusia rata-rata 25 tahun bermain menyerang dan mendominasi tim yang menaklukkan juara bertahan, Liverpool.
Legenda hidup Manchester United Rio Ferdinand berkata, penampilan gemilang Leipzig tercipta karena peran besar sang pelatih. “Para pemain melakukan tugas mereka sangat baik karena pelatihnya memberikan arahan spesifik. Itu sangat terlihat bagaimana mereka memainkan filosofi menyerang,” ucapnya.
Tanpa penyerang bintang Timo Werner, Nagelsmann memainkan formasi 3-3-3-1. Dia menurunkan tiga gelandang serang sekaligus, Dani Olmo, Christopher Nkuku, dan Marcel Sabitzer, untuk mengisi daya gedor yang ditinggalkan Werner.
Taktik ini sangat brilian. Ketika menyerang, empat pemain, termasuk striker Yussuf Poulsen, bersama-sama lari ke kotak penalti. Dua pemain sayap akan memfasilitasi umpannya. Situasi itu membuat pertahanan Atletico yang sangat rapat jadi kebingungan.
Poulsen, yang lari terlebih dulu, mengecoh bek-bek Atletico. Saat bersamaan, lini kedua akan punya ruang tembak yang lebih terbuka. Skema tersebut sukses menghasilkan dua gol Leipzig.
Untuk menghentikan serangan balik andalan Simeone, Nagelsmann memainkan lini pertahanan tinggi. Tekanan di area pertahanan membuat pemain Atletico kurang leluasa saat membangun serangan.
Pertahanan itu dipadukan dengan tiga bek tengah kokoh untuk mencegah jika tekanan tinggi yang dilakukan gagal. Terbukti lini belakang mereka yang dipimpin Dayot Upamecano sangat kokoh, hanya kecolongan satu gol dari titik penalti.
Nagelsmann terbilang pelatih yang hobi menggantik taktik setiap pertandingan. Dia menyesuaikan terhadap kelebihan dan kelemahan lawan. Pengamat Bundesliga Lutz Pfannenstiel menilai, Nagelsmann melampaui kehebatan Manajer Manchester City Josep Guardiola dalam hal membaca kelemahan lawan.
“Guardiola adalah seorang yang menganalisis banyak hal lalu membuat keputusan. Nagelsmann bisa melakukan analisis bersamaan dengan pengamatan sekaligus. Karena itu, dia bisa cepat mengubah taktik saat laga berlangsung,” kata Pfannenstiel kepada DAZN.
Perjalanan fenomenal Nagelsmann bersama Leipzig masih akan berlanjut di semifinal melawan PSG. Nagelsmann akan bertemu sang guru, Tuchel. Namun, dia memilih merayakan kemenangan ini terlebih dulu sebelum memikirkan lawan selanjutnya. “Kami akan minum bir dulu malam ini,” pungkasnya. (AP/REUTERS)