Setiap berlaga, Serena Williams selalu menjadi favorit juara. Namun, penampilan pada dua ajang pemanasan jelang AS Terbuka membuat perjalanannya meraih Grand Slam ke-24 tak akan mudah.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·3 menit baca
NEW YORK, RABU — Lima kali berlaga pada dua ajang pemanasan jelang Grand Slam Amerika Serikat Terbuka menimbulkan keraguan akan kesiapan petenis putri AS, Serena Williams, untuk mencapai ambisinya meraih gelar juara Grand Slam ke-24. Bertanding dari titik awal, seperti para petenis lain, setelah turnamen tenis dihentikan sejak Maret karena pandemi Covid-19, kelima laga Serena berakhir dalam tiga set.
Secara total, Serena berlaga selama 11 jam 47 menit untuk meraih tiga kemenangan dan dua kekelahan, atau rata-rata 2 jam 21 menit untuk setiap pertandingan. Pada laga terakhirnya melawan Maria Sakkari (Yunani), pada babak ketiga ATP/WTA Cincinnati, Selasa (25/8/2020) waktu setempat, Serena kalah, 7-5, 6-7 (5-7), 1-6, setelah berlaga selama 2 jam 17 menit.
Pertandingan itu dijalani setelah sehari sebelumnya Serena tampil 2 jam 48 menit untuk mengalahkan Arantxa Rus, 7-6 (8-6), 3-6, 7-6 (7-0). Serena bahkan hampir tersingkir saat Rus hanya perlu dua poin untuk menang.
Sebelum bertanding di WTA Cincinnati yang berkategori Premier 5, Serena tampil di WTA Internasional Lexington. Tunggal putri peringkat kesembilan dunia itu menjadi satu-satunya petenis 10 besar dunia yang hadir sehingga ditempatkan sebagai unggulan pertama. Langkahnya dihentikan oleh sesama petenis AS, Shelby Rogers, pada perempat final setelah bertanding dalam tiga laga, masing-masing dalam tiga set.
Melawan Sakkari, yang mencapai penampilan terbaiknya pada babak keempat Australia Terbuka 2020, Serena seharusnya bisa menang dengan cepat. Dia unggul 5-2 pada set pertama, lalu 5-3 pada set kedua dan mendapat serving for the match. Situasi berubah karena Sakkari bertahan dan memenangi set ketiga.
Pada set penentuan, Serena kesulitan bergerak karena mengalami kram kaki. Dia tak ingin beralasan kondisi itu sebagai penyebab kekalahan. Namun, kegagalan memanfaatkan peluang untuk menang, bahkan harus berada di lapangan dalam waktu lama dan kalah, menjadi peringatan bagi dirinya.
”Saya harus menemukan cara untuk meraih poin dengan lebih cepat. Pada pertandingan tadi, saya memiliki banyak kesempatan untuk menang, tetapi tidak dapat memanfaatkannya. Akhirnya, saya harus bermain lebih lama dan mengalami kram pada set ketiga,” tuturnya dalam laman resmi WTA.
Serena (38) dan pelatihnya, Patrick Mouratoglou, hanya memiliki waktu kurang dari sepekan sebelum tampil dalam AS Terbuka pekan depan. Pertandingan panjang dalam rentang dua pekan bukan hal yang menguntungkan bagi ibu satu anak itu. Apalagi, Grand Slam menuntut tujuh kemenangan beruntun untuk juara.
Misi menyamai Court
Serena punya misi menjuarai Grand Slam ke-24 kali untuk menyamai prestasi Margaret Court sebagai petenis dengan Grand Slam terbanyak pada nomor tunggal. Setelah gelar ke-23 pada Australia Terbuka 2017, Serena selalu gagal pada empat final berikutnya, yaitu Wimbledon 2018 dan 2019 serta AS Terbuka 2018 dan 2019.
Tantangan makin berat karena AS Terbuka akan digelar tanpa penonton. AS Terbuka dan ATP/WTA Cincinnati diselenggarakan tanpa penonton yang membeli tiket sebagai bagian dari protokol untuk mencegah penularan Covid-19.
Akibat pandemi Covid-19 pula, turnamen Cincinnati yang seharusnya berlangsung di Negara Bagian Ohio dipindahkan ke New York. Asosiasi Tenis AS (USTA) membentuk gelembung, yaitu lingkungan yang lebih kecil dan steril, untuk mempermudah kontrol pada gerak semua partisipan.
Hal ini membuat Serena kehilangan tambahan energi dari penonton yang datang ke Flushing Meadows untuk mendukungnya.
Adapun Sakkari, yang akan berhadapan dengan Johanna Konta dalam perempat final, mengatakan, kunci kemenangannya adalah merebut set kedua dan gim pertama set ketiga berkat servis yang baik. ”Gim pertama set ketiga itu menjadi titik balik bagi saya. Serena adalah panutan semua petenis, saya sangat senang bisa mengalahkannya. Saya bahkan tak sadar ketika laga berakhir dan menang,” ujar petenis peringkat ke-13 dunia itu.
Tersingkirnya Serena membuat persaingan tunggal putri tinggal menyisakan Naomi Osaka sebagai satu-satunya petenis peringkat 10 besar dunia di perempat final. Dua petenis lain tersingkir lebih awal, yaitu peringkat ketiga, Karolina Pliskova, dan peringkat keempat, Sofia Kenin. (AP)