Dampak pandemi Covid-19 mulai dirasakan klub Eropa. Sektor pendapatan yang jauh menurun membuat klub harus menderita kerugian pada musim 2019-2020.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
NYON, RABU — Asosiasi Klub Eropa atau ECA memastikan mayoritas klub Eropa telah berada di ambang krisis finansial karena pandemi Covid-19 yang diprediksi akan berdampak pada tahun keuangan 2020 dan 2021. Sepak bola di ”Benua Biru” diprediksi akan mengalami penurunan pendapatan hingga 4 miliar euro (Rp 69,6 triliun).
Hal itu diungkapkan Ketua ECA Andrea Agnelli dalam rapat umum ECA yang dilakukan secara virtual, Rabu (9/9/2020) dini hari WIB. Agnelli, yang memberikan pidato di kantor pusat ECA di Nyon, Swiss, mengungkapkan, masa pandemi Covid-19 telah memberikan pukulan telak kepada 232 klub anggota ECA, baik klub kecil maupun klub yang memiliki kekuatan finansial besar.
”Kami telah membahas secara saksama dengan seluruh anggota bahwa masing-masing klub akan mengalami penurunan pendapatan selama tahun finansial 2020 dan 2021. Secara akumulasi, estimasi penurunan pendapatan seluruh klub di Eropa mencapai 4 miliar euro dalam dua tahun yang disebabkan hilangnya sejumlah elemen pendapatan klub,” ujar Agnelli dilansir Corriere dello Sport edisi Rabu.
Agnelli mengungkapkan, penyebab utama berkurangnya pendapatan klub disebabkan ketiadaan pemasukan dari tiket klub. Menurut laporan Football Money League 2020, pendapatan 20 klub terkaya di dunia dari penjualan tiket penonton menyumbang 16 persen dari total pemasukan di musim 2018/2019. Secara nilai, pemasukan 20 klub itu dari tiket penonton hanya 1,49 miliar euro (Rp 25,9 triliun).
Menurut Agnelli, pendapatan tiket penonton memang paling kecil dibandingkan dengan dua pendapatan lain, yaitu hak siar televisi dan pemasukan komersial klub. Akan tetapi, kehadiran penonton mampu memberikan atmosfer yang bisa memengaruhi jalannya pertandingan.
Kemudian, seluruh pemilik hak siar di liga domestik dan kompetisi antarklub Eropa, seperti Liga Champions dan Liga Europa, juga telah menegosiasikan penurunan nilai hak siar sebanyak 20 hingga 30 persen. Bagi 20 klub dengan finansial terbaik di dunia, hak siar merupakan sumber utama pendapatan dengan rata-rata menyumbang 48 persen dari total pemasukan atau berjumlah 4,1 miliar euro (Rp 71,3 triliun) pada periode 2018-2019.
”Tidak ada pendapatan stadion dan tidak ada pemasukan dari hak siar televisi berarti (pemasukan) sponsor juga akan berkurang. Banyak perusahaan masih mengalami masa sulit yang disebabkan pandemi sehingga memengaruhi nilai investasi mereka di industri sepak bola,” kata Agnelli yang juga Presiden Juventus.
Secara umum, pendapatan komersial yang berupa kontrak dengan sejumlah perusahaan memberikan porsi 36 persen dari total pemasukan 20 klub dengan total nilai 3,7 miliar euro (Rp 64,4 triliun) pada musim 2018-2019.
CEO ECA Charlie Marshall menilai, masa pandemi yang memberikan pukulan telak bagi sumber pemasukan klub perlu menjadi alarm untuk menyatukan seluruh klub di Eropa, Menurut Marshall, seluruh klub harus memiliki satu suara untuk berjuang bersama demi mengatasi berbagai kendala di masa depan yang membayangi klub pada krisis finansial.
”Seluruh klub tidak boleh berhenti untuk terus meningkatkan hubungan, struktur, kerja sama, dan penanganan manajemen krisis untuk mengatasi risiko besar yang akan menimpa olahraga paling indah di dunia ini,” ucap Marshall.
Sementara itu, Kepala Grup Bisnis Olahraga Deloitte Dan Jones menilai, akumulasi pemasukan tim Liga Inggris berkurang sekitar 1 miliar poundsterling (Rp 19,07 triliun) selama musim 2019-2020. Adapun jumlah distribusi dana yang dikeluarkan Premier League, operator Liga Inggris, yang menjadi sumber pemasukan 20 tim Liga Inggris berjumlah sekitar 2,5 miliar pounds (Rp 47,7 triliun) di musim 2019-2020.
”Karena kompetisi di musim 2020-2021 belum ada kepastian terkait dengan kehadiran penonton, kami memprediksi pendapatan tiket pertandingan di musim baru Liga Inggris akan berkurang 50 persen atau sekitar 350 juta pounds (Rp 6,7 triliun),” kata Jones.
Nasib klub
Juventus telah memastikan pendapatan selama musim 2019-2020 mengalami penurunan dibandingkan dengan musim sebelumnya. ”Si Nyonya Besar” meraih pendapatan 570 juta euro (Rp 9,9 triliun) sehingga mengalami penurunan dibandingkan dengan musim 2018-2019 yang memperoleh pemasukan 621,2 juta euro (Rp 10,8 triliun). Dengan jumlah pendapatan yang menurun, secara total Juventus mengalami kerugian di musim 2019-2020 sebesar 69,3 juta euro (Rp 1,2 triliun) yang mayoritas untuk menutupi ongkos operasionalisasi, terutama membayar gaji pemain.
”Efek dari pandemi akan lebih panjang memengaruhi sektor ekonomi yang menjadi tulang punggung mitra sponsor Juventus. Selain itu, ketidakpastiaan kalendar kompetisi masih akan membayangi, termasuk belum adanya lampu hijau kehadiran penonton ke stadion, telah menyebabkan Juventus menutup catatan finansial musim lalu dengan kerugian”, tulis pernyataan resmi Exor, perusahaan induk yang menaungi Juventus, akhir Agustus 2020.
Selain Juventus, dua raksasa Spanyol, Real Madrid dan Barcelona, juga tidak akan memiliki neraca keuangan yang sehat seperti di musim-musim sebelumnya. Presiden Barcelona Josep Maria Bartomeu mengungkapkan, pihaknya dipastikan tidak akan mampu menyamai rekor pemasukan di tahun 2019 yang mencatatkan pendapatan 840,8 juta euro (Rp 14,6 triliun).
”Sejak Maret, kami belum menerima 1 euro pun. Kami bahkan telah kehilangan 200 juta euro (Rp 3,5 triliun),” kata Bartomeu dilansir Mundo Deportivo.
Jumlah kerugian itu, lanjut Bartomeu, disebabkan tidak ada pemasukan dari tiket penonton dan kunjungan wisata di kompleks Stadion Camp Nou. Bahkan, ”El Barca” harus mengeluarkan uang untuk mengganti rugi uang fan yang sudah telanjur membeli tiket pertandingan di laga kandang pada paruh kedua musim 2019-2020.
Real Madrid, misalnya, dipastikan akan mengalami penurunan uang dari sponsor setelah dua merek utama yang menjadi penyokong klub, yaitu Adidas dan Fly Emirates, telah mengajukan penurunan nilai kontrak berkisar 10 hingga 20 persen. Real menerima 110 juta euro (Rp 1,9 triliun) per musim dari Adidas, lalu menerima 40 juta euro (Rp 696,9 miliar) per musim dari Fly Emirates.
Adapun tim Divisi Dua Liga Spanyol, Malaga, terpaksa melepas 11 pemain inti di musim 2019-2020 sejak 1 Agustus 2020. Melalui kebijakan itu, klub mampu menghemat 15 juta euro (Rp 261,3 miliar) untuk menghindari kebangkrutan. (AFP/REUTERS)