LeBron James akan berhadapan dengan masa lalunya di Final NBA. Megabintang LA Lakers ini akan melawan bekas klub dan dua figur penting di kariernya.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
ORLANDO, RABU — LeBron James meraih dua cincin juara pertama dalam kariernya di Miami Heat bersama pelatih Erik Spoelstra dan presiden klub Pat Riley. Romantisme masa lalu itu membayanginya di Final NBA 2020. James akan bertarung melawan klub dan figur penting dalam fondasi kesuksesannya.
Setelah enam tahun pindah dari Heat, James untuk pertama kali akan bertemu bekas klubnya di Final NBA. Bersama Lakers, dia akan memulai pertarungan melawan Heat pada gim 1, Kamis (1/10/2020) WIB, di ”gelembung” Orlando.
Selain bekas klub, dalam duel partai puncak, pemain berusia 35 tahun itu akan bertemu lagi dengan dua aktor belakang layar Heat, Spoelstra dan Riley. Keduanya masih setia membangun Heat sejak ditinggalkan sang megabintang.
Mereka merupakan bagian besar dari masa lalu James. Riley adalah orang yang membawanya ke Miami setelah gagal juara berkali-kali di Cleveland Cavaliers. Sementara itu, Spoelstra merupakan arsitek yang membuat James meraih 2 dari 3 cincin juara sejauh ini.
Masa lalu ini bisa menjadi batu sandungan James di final ke-10 kalinya. Mereka sudah saling mengenal saat empat musim bersama. Bahkan, mungkin Riley dan Spoelstra lebih memahami James dibandingkan dengan pelatihnya saat ini di Lakers, Frank Vogel, yang baru bersama musim ini.
Pengetahuan tentang James bisa jadi keunggulan tak terlihat bagi Heat. Mereka akan membuat obat penawar bagi pemain berjuluk ”sang raja” yang sangat dominan bersama rekannya, Anthony Davis, sejak putaran pertama playoff.
”Heat punya keunggulan unik. Mereka punya staf kepelatihan dan manajemen yang tahu LeBron dari luar hingga dalam. Tidak ada yang tahu kekuatan dan kelemahan LeBron lebih baik daripada mereka,” kata pengamat NBA, Skip Bayless, dalam Undisputed.
Seperti diketahui, Spoelstra merupakan salah satu pelatih terbaik di NBA. Sementara itu, Riley, mantan pelatih yang membawa Lakers juara empat kali di era 80-an, juga bisa memberi masukan dalam segi taktik. Kombinasi dua jenius dalam basket ini bisa jadi faktor pembeda.
Riley dan Spoelstra punya misi pembuktian. Mereka ingin juara tanpa bantuan James. Pembuktian akan semakin sempurna karena lawannya adalah James. Adapun sejak kepergian James, Heat melewati masa kemarau prestasi.
Meski begitu, akan sulit menghentikan James. Sang pebasket terbaik di dunia sedang dalam mode playoff. Ketika dalam mode itu, dia menjadi sosok yang nyaris tidak terhentikan.
James berkata tidak peduli siapa pun lawan di final. Tujuan dia hanya satu, yaitu juara bersama Lakers. ”Perjalanan menuju final begitu sulit. Karena itu, ketika berada di posisi ini, kami harus menang siapa pun lawannya,” katanya.
Pemain yang telah bermain di NBA selama 17 musim tersebut punya misi khusus. Dia ingin meraih gelar juara ke-4. Gelar ini bisa membuatnya mendekati status pemain terbaik sepanjang sejarah atau justru sebaliknya. Adapun legenda hidup Michael Jordan berhasil meraih gelar juara ke-6 di usia yang sama dengan James saat ini.
Selain itu, James juga ingin mempersembahkan gelar ini untuk mendiang sahabatnya, Kobe Bryant. Komitmen tersebut sudah disampaikan berkali-kali olehnya setelah kepergian Bryant pada awal tahun.
Pertarungan dalam
Di atas kertas, Lakers lebih unggul ketimbang Heat. Dari kedua tim, dua pemain terbaik berada di kubu Lakers. Mereka adalah duo fenomenal James dan Davis. Sejauh ini, belum ada tim yang mampu mengimbangi dominasi mereka. Keduanya selalu menanggung lebih dari separuh beban tim setiap gim.
Sebaliknya, Heat tidak punya megabintang. Meski begitu, tim asuhan Spoelstra ini punya kolektivitas yang terbukti sukses menjatuhkan lawan-lawannya. Dipimpin pebasket veteran Jimmy Butler dan pemain-pemain muda naik daun, seperti Bam Adebayo, mereka bisa saja mengejutkan.
Menurut pengamat dari ESPN, Brian Windhorst, pertarungan ini akan ditentukan pemain bertubuh besar kedua tim, antara Davis dan Adebayo. Di playoff, kedua pemain asal Universitas Kentucky ini menjadi faktor kemenangan lewat dominasi di area dalam.
Jika ingin menang, Adebayo harus bisa menekan eksplosivitas Davis yang mencatat rata-rata 28,8 poin dan 9,3 rebound. Adebayo sebelumnya telah membuktikan dia adalah salah satu center muda terbaik saat ini. Dia sukses meredam peraih Most Valuable Player dua musim beruntun, Giannis Antetokounmpo, pada semifinal wilayah.
”Pertarungan mereka akan jadi bingkai dalam seri ini. Adebayo memang tidak seperti Davis yang bisa konsisten mencetak 30 poin. Namun, dia bisa mengganggu Davis. Adebayo adalah pemain komplet yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Dia bisa menjaga pemain di lima posisi sekaligus dan menyerang dari mana saja,” tutur Windhorst.
Walaupun tidak diunggulkan, Butler menilai hal tersebut bukan masalah besar. Mereka sebagai unggulan ke-5 terbukti telah melampaui prediksi dengan mengalahkan unggulan teratas, Milwaukee Bucks dan Boston Celtics.
”Saya sendiri tidak merasa kami tim yang tidak diunggulkan. Pada akhirnya, kami akan menunjukkannya dengan cara sendiri. Cara Miami Heat itu yang sudah berhasil kami kerjakan sepanjang musim ini,” kata Butler yang baru pertama kali masuk Final NBA. (AP)