Liverpool kemungkinan tidak akan diperkuat pemain terbaiknya, Van Dijk, hingga akhir musim ini. Cedera Van Dijk menghantui kans Liverpool mempertahankan gelar juara liga.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
LIVERPOOL, SENIN — Bek Liverpool, Virgil van Dijk kemungkinan menepi hingga akhir musim akibat cedera perusak karier, anterior cruciate ligament atau ACL. Tanpa sang penjaga benteng pertahanan terhebat, kans Liverpool mempertahankan juara Liga Inggris mengambang di udara. Kehilangan Van Dijk bagaikan ”kiamat” kecil yang akan menguji kematangan ”Si Merah”.
Laga derbi melawan Everton pada Sabtu (17/10/2020) bisa jadi yang terakhir bagi Van Dijk musim ini. Liverpool telah mengonfirmasi, bek kokoh asal Belanda ini harus menjalani operasi akibat cedera ACL. Cedera itu berawal dari tekel horor kiper Everton, Jordan Pickford.
Van Dijk mengatakan, dirinya sudah siap menatap tantangan terbesar dalam kariernya ini. Sekarang dia hanya ingin fokus pada pemulihan cederanya sambil berharap bisa kembali ke lapangan secepat mungkin.
”Terlepas dari kekecewaan, saya sangat percaya dalam kesulitan ada kesempatan, dengan pertolongan Tuhan saya akan kembali lebih baik, lebih bugar, dan lebih kuat dari sebelumnya,” kata mantan pemain Southampton ini dalam akun media sosialnya.
Bek berwajah tegas ini mengibaratkan sepak bola seperti hidup. ”Segala sesuatu terjadi karena suatu alasan. Penting untuk mencoba tetap melewati pasang surut dengan kepala dingin,” ujarnya.
Belum ada kepastian sampai kapan Van Dijk akan menepi. Namun, biasanya pemulihan ACL membutuhkan waktu 8-9 bulan. Cedera yang sama pernah dialami bek sayap Arsenal, Hector Bellerin, pada Januari 2019. Setelah operasi, Bellerin baru bisa main pada akhir tahun.
Cedera pada bagian lutut itu memang salah satu yang paling ditakuti oleh pesepak bola. Tidak hanya memakan waktu pemulihan panjang, pemain juga butuh penyesuaian saat kembali ke lapangan. Sering kali mereka tidak bisa menyentuh performa terbaik lagi, seperti saat sebelum cedera.
Bagi Liverpool, ini merupakan sebuah cobaan besar pada awal musim. Van Dijk merupakan pemain terpenting di skuad asuhan Juergen Klopp. Sejak kedatangannya pada Januari 2018, bek seharga 75 juta poundsterling ini menjadi benteng kokoh yang membawa ketenangan lini pertahanan ”Si Merah”.
Dua musim bersama Liverpool, Van Dijk mengembalikan status Liverpool sebagai raksasa yang ditakuti di Eropa. Dia mengantar Liverpool juara Liga Champions dan melepas dahaga gelar juara Liga Inggris selama tiga dekade pada musim lalu.
Karena pengaruh besar itu, legenda hidup Liverpool, Jamie Carragher, pun meragukan kans bekas klubnya mempertahankan gelar musim ini. ”Pertanyaan besarnya, mampukah Liverpool juara tanpa Van Dijk. Saya pikir itu membuat perburuan gelar terbuka lebar,” ucapnya kepada Sky Sports.
Kunci
Statistik BBC membuktikan, Van Dijk merupakan kunci kedigdayaan Liverpool. Sejak kedatangannya, dia hanya melewatkan satu pertandingan Liga Inggris. Dari sekian banyak laga, dia mengantar tim menghasilkan total 196 poin bagi tim, 97 poin pada musim penuh pertama dan 99 poin pada musim penuh kedua.
Pada 2018/2019, Van Dijk bermain di semua laga Liverpool. Hasilnya, skuad asuhan Klopp hanya kemasukan 22 kali dalam 38 pertandingan, jumlah terkecil di enam liga besar Eropa. Kehebatan itu berujung gelar pemain terbaik Inggris dan UEFA.
Pada musim juara, 2019/2020, dia membuat Liverpool hanya kemasukan 33 gol. Jumlah kemasukan ini merupakan yang terendah di antara tim Inggris di semua divisi yang ada.
Van Dijk sudah memainkan 95 laga bersama ”Si Merah”. Tim hanya kebobolan 78 gol atau kurang dari 1 gol per pertandingan. Jumlah itu timpang dibandingkan dengan sebelum dia bergabung, 117 gol dengan jumlah laga yang sama. Dari sekian banyak laga, Liverpool hanya kalah 8 kali.
Di semua kompetisi, setiap Van Dijk bermain, rekor kemenangan Liverpool mencapai 70 persen (130 laga). Sementara itu, tanpanya, tim mencatatkan rekor kurang baik, hanya 46 persen kemenangan (13 laga).
Menurut pengamat BBC, Chris Sutton, kehilangan kapten timnas Belanda tersebut akan berdampak besar. ”Dia adalah batu di area pertahanan mereka, juga pengaturnya. Sederhananya, dia tidak tergantikan,” kata mantan striker Blackburn era 90-an tersebut. (AP/REUTERS)